Sama seperti di setiap pagi hari seperti di hari-hari sebelumnya, kamar penginapan yang telah digunakan sebagai tempat memadu kasih itu tampak begitu berantakan. Banyak barang berserakan, yang tidak lagi berada pada tempatnya.
Bahkan tubuh mungil yang ringkih itu tampak menyedihkan. Tubuh telanjangnya hanya terbalut selimut tipis yang bahkan bisa dihempaskan dengan mudah.
Sedangkan si pelaku utama kamar itu porak poranda, kini tengah duduk di kursi tunggal dekat jendela dengan mata tajamnya yang terus mengintai sang pemilik tubuh ringkih itu. Menamati setiap gerak-gerik yang tengah mangsanya lakukan. Layaknya sebuah predator yang tengah mengawasi mangsanya.
Kedua tangannya bertopang pada sandaran armrest. Gaya duduknya bagai seorang penguasa yang memiliki kendali tinggi atas semua hal. Begitu angkuh. Begitu arogan. Namun celakanya, auranya sebagai seorang penguasa itu makin bersinar terang. Memamerkan betapa berkuasanya dia di sana.
Sasuke mengetuk-ngetuk kan ujung jari telunjuknya pada sandaran tangan tersebut, sehingga menimbulkan bunyi berisik yang mengganggu ketenangan yang dari tadi mengyerg6. Ia seperti predator yang tengah menunggu detik-detik mangsanya bangun untuk kembali ia lahap.
Sedangkan sang mangsa tidak juga kunjung menyadari bahaya yang mengintai dari balik punggungnya. Meski berulang kali telah menjadi mangsa sang predator ganas, instingnya masih saja tumpul akan bahaya yang akan datang di masa depan.
Bangkit dari singgasananya, Sasuke menghampiri sang wanita. Mata tajamnya terus menatap punggung mungil yang dipenuhi jejak keunguan yang khas.
Setelah sampai dihadapan Hinata, Sasuke sedikit merendahkan tubuhnya sejajar dengan kasur. Lalu tanpa kata tangan besar yang dipenuhi urat itu menyusup diantara helaian rambut panjang Hinata yang halus. Mengusapnya pelan sebelum berakhir menjatuhkan jemari panjangnya pada wajah mungil yang seukuran telapak tangannya itu.
Wajah yang begitu cantik dan menjadi pemikat bagi semua orang yang menatapnya. Tanpa disadari Sasuke sedang menulusri fitur wajahnya yang begitu menawan. Dan terakhir, jemarinya tanpa dikomando menyentuh bibir tipis yang berwarna merah muda alami itu. Bergerak mengusapnya begitu lembut dan sensual.
Hinata yang merasa tidurnya diusik tentu saja terbangun. Dan wajah kagetnya yang baru membuka mata begitu menggemaskan terpampang, begitu menyadari bahwa manusia yang tidak diharapkan kehadirannya tiba-tiba berada begitu dekat di depan mukanya.
Dengan segera Hinata membalikkan tubuhnya lalu bergerak sedikit menjauh dan menutup wajah menggunakan telapak tangannya. Tampak sangat ketakutan.
Sasuke mengangkat salah satu sudut alis tebalnya. "Menghindar, huh...?" Lalu tiba-tiba ia menarik sudut bibirnya saat mendapatkan sebuah cara untuk menarik perhatian Hinata. "Kau ingin pulang, kan?"
Hinata yang awalnya bersembunyi dan gemetar ketakutan dalam balik selimut, langsung membeku ketika perkataan itu membuat seluruh sarafnya bekerja dua kali lipat dari biasanya. Seolah penantian yang selalu ia harapkan kini sudah berada didepan mata. dengan segera ia beranjak duduk lalu menghadap Sasuke dan mengangguk. Dan ternyata laki-laki itu kini sudah duduk di pinggiran kasur.
Sasuke terkekeh, tangannya dengan kasar menarik dagu Hinata untuk mendekat ke wajahnya. "Kalau begitu kau harus memuaskanku dulu baru bisa pulang."
Hinata terdiam membeku. "B-bolehkah aku menolak....."
"Tidak. Aku tidak menerima penolakan." Jawabannya yang tegas tak terbantahkan itu membuat Hinata tutup mulut.
Sasuke bangkit untuk kembali duduk di kursi yang sudah seperti singgasananya. Ia duduk bagaikan seorang raja di singgasananya, menunjukkan seberapa besar kekuasaannya untuk menekan Hinata. Apalagi kimono tidurnya yang tidak diikat secara rapi itu dengan sengaja memamerkan dada kencang yang memiliki kulit putih bersih dan begitu kontras dengan warna kimononya yang hitam. Gayanya yang angkuh terlihat begitu keras dan sensual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cantik Milik Sang Raja
FanfictionHinata, remaja dengan wajah manis yang harus terjebak di hidup sang calon raja. Dia harus merelakan tubuhnya dimiliki anak penguasa negeri ini jika tidak ingin rumahnya maupun desa yang kini ditinggalinya dimusnahkan.