Setelah meletakkan anak itu di kasur, Sasuke melepaskan baju tidurnya.
Tubuh yang sudah dipadati otot itu tampak mengkilat karena keringat yang mengucur deras. Ia kini hanya mengenakan celana panjang yang menggantung di pinggangnya.
Sasuke merasa saat ini tubuhnya sangat panas, entah karena perapian yang berkobar besar atau karena tubuhnya yang terbakar gairah.
Dengan segera ia mendatangi tungku untuk memadamkan api yang berkobar besar. Dan keadaan rumah yang tadinya tampak terang benderang kini berubah temaram ketika tungku api dimatikan. Dan suasana dingin semakin terasa menembus pori-pori kulit.
Rumah itu kini hanya mengandalkan empat lentera berukuran kecil yang tersebar di sudut kamar hingga keadaan setiap ruangannya sedikit gelap.
Lalu saat Sasuke kembali menghampiri ranjang dirinya mendapati Hinata tampak duduk memojok di pojokkan kasur. Tampak menjauhkan dirinya.
"Kemari!" Sasuke berdiri di samping ranjang kayu yang memiliki tinggi sekitar 20cm itu.
Hinata yang masih ketakutan tampak enggan mendekat. Tampak masih betah mendekap tubuhnya yang terlapisi terusan yang memiliki garis leher kebesaran hingga membuatnya melorot diantara lengannya. Sehingga memperhatikan banyak bekas merah dan banyak bekas gigitan yang Sasuke tinggalkan di leher dan dada gadis itu.
Sasuke menatap diam bekas-bekas yang telah ia tinggalkan itu. Lalu matanya bergerak naik menatap sepasang bola mata Hinata yang langsung menunduk gemetar ketika mata mereka akan bertatapan.
"Tidak mau mendekat? Beraninya kau tidak mematuhi perintahku?" Sasuke merendahkan nada bicaranya dengan nafas memburu. Di dunianya yang penuh kuasa ini, Sasuke rasa hanya Hinata yang selalu berani tak langsung melaksanakan perintahnya. Dan itu terasa menyebalkan.
Hinata menatap tubuh menjulang itu di samping ranjang. Siluet hitam tingginya tampak menakutkan di keadaan remang-remang rumah ini.
Tanpa kata Hinata langsung berdiri, hingga tubuh mereka hampir memiliki tinggi yang sama karena tubuh pendeknya terbantu akan tingginya kasur itu, lalu bergerak mendekat pada sang calon penguasa yang tampak seperti predator itu secara perlahan penuh ketakutan.
Hinata meletakkan kedua tangan mungilnya di dada telanjang Sasuke yang lembab ketika laki-laki itu bergerak memeluk pinggang sempitnya hingga tubuh mereka kembali merapat dengan sedikit jarak yang sedikit tersisa.
Dan kini Hinata hanya bisa diam sambil menahan nafasnya saat pangeran mempertemukan bibir mereka. Mengulum bibir mungilnya dengan mata yang terpejam, menikmati.
Bagai diterbangkan ke langit, lalu dijatuhkan ke dasar bumi, untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Sasuke dibuat begitu murka.
Kegiatan yang membuat gairahnya memuncak harus terhenti, ketika Hinata mulai bersin-bersin dan jatuh lemas karena tiba-tiba terserang demam dan flu.
Gadis itu juga mulai mengeluh pusing dan dingin dalam ringkukan tidurnya. Bahkan kini bibir mungilnya yang pucat terus bergumam memanggil sang ibunda yang entah berada di mana.
Sasuke mendengus keras. Ia menendang ranjang dengan begitu kuat hingga membuat Hinata yang sedang tidak sadar sedikit melayang beberapa senti lalu kembali jatuh ke kasur.
Merasa tak terganggu, Hinata hanya terus meringkuk untuk menghangatkan tubuhnya yang hanya memakai baju terusan tipis itu dalam tidurnya. Ia bahkan tak mempedulikan kekalutan yang dirasakan tuannya. Hinata kini tampak berantakan dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cantik Milik Sang Raja
FanfictionHinata, remaja dengan wajah manis yang harus terjebak di hidup sang calon raja. Dia harus merelakan tubuhnya dimiliki anak penguasa negeri ini jika tidak ingin rumahnya maupun desa yang kini ditinggalinya dimusnahkan.