Tahta dan raja. Dua kata yang membuat seorang manusia bernama Sasuke Uchiha hidup bagai dibelenggu takdir hingga akhir hayatnya.
Karena dari awal mereka sudah merencanakannya. Merencanakan kehadirannya untuk melanjutkan tahta.
Karena Sasuke memang sengaja dilahirkan dengan mengemban masa depan yang sudah dirancang dan kedudukan yang sudah diperhitungkan secara matang.
Hidupnya telah diatur sedemikian rupa. Tidak ada kecacatan dalam setiap rencana yang telah ditetapkan dalam hidupnya. Sehingga setiap keputusan dan jalan yang akan ditempuhnya nanti akan memiliki tujuan dengan dampak yang jelas untuk masa depan.
Namun dibalik semua kesempurnaan rencana yang telah dirancang, tetap saja pasti akan ada sebuah celah untuk terjadinya kecacatan.
Layaknya berjalan menampaki jalan takdirnya yang lurus tak ayal membuatnya mendapat hambatan juga. Jalannya yang seharusnya mulus ternyata tak selamanya mulus. Kini ia dihadang terjalnya rintangan.
Bagai berjalan diatas kaca yang kokoh tapi tanpa peringatan tiba-tiba retak saat ia menampakkan kakinya. Seketika membuat Sasuke merasa was-was. Seolah dirinya lahir memang hanya untuk dipermainkan.
Meski Sasuke telah memendam semua sifat manusiawinya untuk terus menjadi boneka sang ibunda, meski ia telah merelakan rasa bebasnya untuk menjelajahi dunia, tapi ia tiba-tiba merasa tidak berdaya saat Hinata yang manis dan rapuh datang untuk menghancurkan pertahanannya yang sekuat baja.
Nyatanya, interaksi mereka hanya terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat itu membuat Sasuke sadar, keberadaan Hinata di hidupnya saat itu berhasil membuat keadaan dan segala rencana yang telah tersusun dalam hidupnya porak poranda.
Dan pikirannya yang terlalu simpel saat itu adalah, selama masih bisa diperbaiki ia hanya harus berusaha kembali fokus pada prioritasnya, lalu mengabaikan keberadaan sang pengganggu.
Namun nyatanya mengatakannya tak semudah dengan apa yang harus ia jalani. Mengatasi ketertarikannya pada anak perempuan bernama Hinata bukanlah hal yang mudah ditangani. Seperti apa yang telah diprediksi, anak itu akan mengacau dalam hidupnya.
Sasuke mengelus lebatnya bulu burung berwarna-warni yang berada ditangannya. Menatapnya dengan penuh rasa kasihan yang terkesan mengejek.
Menyayangkan bahwa burung itu harus terjebak dalam sangkar yang Sasuke buat supaya tidak bisa terbang bebas kemanapun sesuka hatinya lagi. Karena beberapa syaraf di sayapnya dengan sengaja telah ia putus hingga burung mungil itu hanya bisa meloncat-loncat dengan sayap terbuka lebar tapi tanpa bisa terbang seperti sediakala.
Sasuke seperti melihat dirinya sendiri. Namun burung itu sedikit beruntung, dia pernah merasakan kebebasan sebelum akhirnya dia harus terkurung disangkar. Sedangkan Sasuke benar-benar tidak pernah merasakan kebebasan sedikitpun dalam hidupnya.
Sampai saat Hinata hadir membawa Sasuke pada perasaan asing itu, membuat dirinya sedikit merasakan kebebasan karena bisa meluapkan amarahnya pada tubuh gadis itu.
Namun perasaan itu harus ia singkirkan dengan segera. Sehingga Sasuke harus memikirkan segala keputusan dengan pertimbangan matang, lalu saat itu ia mengambil keputusan untuk kembali ke ibu kota lebih awal dari apa yang dirinya rencanakan.
Sungguh rasanya begitu sesak nafas saat mengingat dirinya berusaha menyingkirkan perasaan yang ternyata tanpa disadari sudah mengakar kuat dalam hatinya.
Bahkan hal itu membuatnya sampai mengalami tekanan batin. Karena nyatanya Sasuke sendirilah yang begitu banyak merasakan perbedaan sikapnya ketika dirinya hilang kendali ketika berurusan dengan Hinata hingga berdampak pada kehidupan sehari-harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cantik Milik Sang Raja
FanficHinata, remaja dengan wajah manis yang harus terjebak di hidup sang calon raja. Dia harus merelakan tubuhnya dimiliki anak penguasa negeri ini jika tidak ingin rumahnya maupun desa yang kini ditinggalinya dimusnahkan.