P R O L O G
•••
Chongqing secondary school, tahun pertama adalah saat di mana Xiao Zhan pertama kali melihat Wang Yibo Laki-laki dengan tampilan modis, datang ke sekolah tanpa menggunakan seragam, turun dari pintu belakang mobil mewah.
Di antara tangan kiri dan pinggangnya terdapat sebuah papan seluncur. Ke mana pun ia pergi, salah satu kaki jenjang itu selalu berdiri di atas papan seluncur sementara yang satu mendorongnya agar bergerak.
Berwajah tampan dan berperawakan tinggi-ramping. Sayangnya, Wang Yibo memiliki tatapan mata sehitam eboni yang begitu tajam hingga terasa dihujam saat tak sengaja bertemu tatap. Oleh karena itulah, enggan yang mau mendekati anak lelaki tersebut.
Tidak dengan Xiao Zhan yang justru dilanda rasa penasaran setiap kali maniknya bertemu tatap.
Siang ini, terik matahari serasa membakar kulit. Xiao Zhan berjalan santai di atas jalan setapak di belakang area sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang ketika ia melangkahkan kaki menerobos ilalang dan menyibak rumput liar setinggi pinggang. Maniknya membulat cerah saat visualisasinya menangkap pemandangan di depan sana.
Sebuah aliran sungai asri nan tenang yang tersembunyi dan dikelilingi pilar-pilar alam berdaun rindang.
Segera Xiao Zhan mempercepat langkah, menapak di atas permukaan bebatuan di pinggir sungai tersebut. Ia memejamkan mata, merentangkan kedua tangan sembari menghirup udara yang terasa sangat menyejukkan.
"Hei!"
"ARGH!!!"
Teriakkan melengking dibarengi tubuh yang berjengit kaget mengarahkan Xiao Zhan secepat kilat menoleh ke sumber suara. Di sana, di bawah pohon yang besar sosok yang dikenalinya, Wang Yibo, duduk dengan kaki selonjor sembari menyandarkan tubuh. Di sampingnya sebuah papan seluncur tergeletak beserta ransel berwarna hitam dan hoodie senada.
"K-kau! Sedang apa kau di sini?" panik Xiao Zhan cukup terbata-bata saat bertanya.
"Mencari angin."
Ini adalah kali pertama Xiao Zhan berbicara dengan lelaki ini. Sejak tahun pertama hingga kini tahun kedua, ia sama sekali tak pernah bertegur sapa walaupun dalam hati meronta-ronta karena dilanda rasa penasaran tinggi. Selama ini, Xiao Zhan hanya mengamati dan memperhatikannya dalam diam.
"Kau sendiri, sedang apa di sini?"
Xiao Zhan sedikit gugup. "A-aku ... eum, kebetulan hanya mencari tempat yang menenangkan. Dan aku dengar dari anak-anak, katanya di belakang sekolah ada tempat yang bagus jadi aku mencoba datang sendiri. Aku tidak sengaja mengikutimu, kok! Aku benar-benar tidak tahu kau ada di sini," lirih Xiao Zhan berkata dengan intonasi nada rendah setelah sempat meninggi.
"Aku tidak menuduhmu menguntitku." Seringai tipis tersemat di bibir Wang Yibo.
"Kemarilah, duduk di sini."
Wang Yibo memindahkan papan seluncur, ransel dan hoodie-nya ke sebelah kiri. Menaikkan pandangan lagi dan berkata, "Di sini udaranya memang sangat bagus, sebentar saja matamu terpejam tidak lama setelah kau akan tertidur pulas. Aku sering seperti itu."
"Kau sering ke sini?"
"Sejak tahun pertama."
Sejak tahun pertama? Ulang Xiao Zhan dalam hati keheranan. Pasalnya ini sudah tahun ketiga, dan sebentar lagi mereka akan lulus dari sekolah. Sudah selama itu Xiao Zhan tidak pernah tahu Wang Yibo suka berkeliaran di sini. Pantas saja ia tidak pernah melihat lelaki itu di jam-jam terakhir kelas. Terkadang Wang Yibo juga menghilang di tengah hari aau bahkan sejak pagi tak memunculkan diri.
Oleh karena itulah, walaupun sejak tahun pertama Xiao Zhan begitu penasaran dan ingin dekat dengan lelaki ini, ia tidak bisa melakukannya.
Karena Wang Yibo sudah seperti hantu yang dapat muncul-hilang, timbul-tenggelam sesuka hatinya.
"Kau selalu ke sini sendirian?" Xiao Zhan bertanya lagi sembari melangkah untuk duduk di samping Wang Yibo.
"Ya. Biasanya aku akan mengusir siapa pun yang datang kemari."
Xiao Zhan tiba-tiba terhenyak sesaat. "Kau akan mengusirku juga?"
"Menurutmu?"
" ... "
"Hahaha! Tenang saja, aku menyukaimu jadi aku tidak akan mengusirmu."
Selain terkejut, tubuh Xiao Zhan juga tiba-tiba membeku mendengar kalimat tersebut meluncur dari celah bibir lelaki yang ada di sampingnya. Ia bingung, maksud dari ucapan tersebut apa? Hanya kata-kata tanpa makna khusus dan hanya candaan semata atau Wang Yibo benar-benar menyukainya.
"Kenapa kau tegang?"
"Tidak, siapa bilang?"
"Kau pikir aku buta? Aku bahkan bisa melihat keringat dingin yang muncul di pelipismu." Wang Yibo merentangkan kedua tangan, melemaskan otot-otot, kemudian menyandarkan kepala pada batang pohon.
"Apa aku terlihat menyeramkan? Tapi, kalau aku menyeramkan kenapa kau selalu menatapku dengan intens selama ini?"
Sial! Dari mana ia tahu?!! Seru Xiao Zhan dalam hati. Ia terkejut karena ternyata Wang Yibo tahu selama ini dia selalu memperhatikan dan mengawasinya.
"Eum, itu ...."
"Aku yakin kebalikkannya, 'kan?"
Xiao Zhan seketika mengeryit bingung. "Hah???"
"Karena aku tampan, aku menarik dan aku membuatmu penasaran. Karena alasan inilah kau selalu memperhatikanku dari jauh, 'kan? Hahaha!"
Ucapan Wang Yibo yang diikuti tawa renyah itu tepat mengenai sasaran. Mau ditolak pun memang begitu adanya, jadi Xiao Zhan hanya bisa menghela napas dalam-dalam dan melengos ke arah samping. Membenarkan kalimat yang terucap dari bibir Wang Yibo.
"Jadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissing Addict [✓]
FanfictionSegala yang membingungkan di antara Wang Yibo dan Xiao Zhan itu berawal dari ... ciuman. Ciuman pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hingga membuat mereka ketagihan dan akhirnya menjadi sebuah hal yang normal di antara mereka. Sampai suatu hari X...