"XIAO ZHAN!!!"
Teriakan kencang itu membuat semua perhatian teralihkan pada Wang Yibo yang baru saja turun dari mobil, berlari tergopoh-gopoh sambil menenteng papan seluncur di tangan kirinya.
Xiao Zhan yang belum terlalu jauh dari pintu gerbang sekolah sama sekali tidak menoleh, tetap fokus menghadap ke depan, berjalan santai sembari menyembunyikan kedua tangannya dalam saku celana. Dia tidak peduli dengan tatapan-tatapan mata para siswa yang menatapnya iri dan dengki.
Tentu saja, siapa yang tidak iri jika murid biasa sepertinya bisa akrab dan dekat dengan Wang Yibo, yang mereka kenal sebagai putra konglomerat. Sedangkan selama ini walaupun banyak yang mendekatinya, tetapi Wang Yibo selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh.
"Aku membawa berita baik untukmu?" ujarnya sembari merangkul erat pundak Xiao Zhan.
"Apa itu?" tanpa menoleh Xiao Zhan bertanya.
Jujur saja, kejadian kemarin masih membuat Xiao Zhan bertanya-tanya dalam diam sekaligus merasa sedikit canggung. Hanya saja, dia tak tahu ... apa yang dirasakan oleh Wang Yibo?
"Ayah sudah setuju untuk memberikan beasiswa. Kita akan terus bersama Xiao Zhan! Kau senang, 'kan?"
Kali ini Xiao Zhan menghentikan langkah dan menoleh ke arah Wang Yibo.
"Kau serius?"
"Ya, aku serius."
"Tapi bagaimana mungkin ayahmu setuju dengan begitu mudahnya. Kau tidak bicara yang aneh-aneh pada ayahmu, 'kan?"
"Bicara apa?" Wang Yibo mengedikkan bahu lalu kembali merangkul pundak Xiao Zhan, diajak untuk kembali berjalan.
"Aku hanya bilang pada ayahku kalau aku punya teman yang miskin dan anak yatim. Ibunya pergi bekerja ke luar negeri, dan dia tinggal di apartemen kumuh yang sudah tua. Tidak ada yang bagus darinya selain wajahnya yang cukup tampan dan otaknya yang pintar. Jadi, apa ayah mau memberikan beasiswa untuknya? Setelah itu, ayahku bilang ... kalau mulai tahun depan kau tidak perlu memikirkan biaya sekolah sampai lulus kuliah. Bagaimana keren, 'kan?"
Berengsek! Keren apanya? Umpat Xiao Zhan dalam hati. Dia pun bertanya-tanya, sebenarnya Wang Yibo sedang mendeskripsikan keadaannya secara berlebihan itu untuk mendapatkan belas kasihan ayahnya atau sengaja menghina?
Tidak peduli apa pun itu yang penting sekarang Xiao Zhan sudah tidak perlu memuasingkan biaya sekolah. Setelah beasiswa itu resmi diberikan, Xiao Zhan harus segera memberitahu sang ibu agar tidak perlu bekerja ekstra dan pulang ke China. Bekerja seadaanya di negeri sendiri dan berkumpul bersama keluarga, bukankah itu lebih baik?
"Hmn, terima kasih."
"Itu saja?"
Sebelah alis Xiao Zhan terangkat. "Kau tidak mau ucapan terima kasih dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissing Addict [✓]
Fiksi PenggemarSegala yang membingungkan di antara Wang Yibo dan Xiao Zhan itu berawal dari ... ciuman. Ciuman pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hingga membuat mereka ketagihan dan akhirnya menjadi sebuah hal yang normal di antara mereka. Sampai suatu hari X...