1. Cocok Gak?

15.4K 949 202
                                    

Halooo!!! Ada yang masih nunggu Jaerose? Wkwk

Beberapa part ada yang ngacak, udah coba diperbaiki tapi masih eror. Terutama di part 2, 3, 4. Bacanya diliat liat dulu ya
.
.
.

Jerry melepaskan jas dokter yang dipakainya kemudian menggantungkannya di stand hanger setelah memeriksa pasien terakhirnya hari ini. Jerry adalah dokter bedah plastik. Dia bekerja di rumah sakit bedah plastik yang masih milik keluarganya, bahkan ibunya memegang jabatan sebagai kepala departemen. Hampir semua keluarga besar Jerry berkecimpung di dunia medis. Itu juga yang membuat Jerry bisa berada di tempatnya sekarang. Lelaki dengan potongan rambut koma itu bersenandung kecil, menikmati jam pulangnya yang lebih awal dari hari biasa. Sembari berjalan keluar dari ruangannya menuju lift, Jerry mengetikkan pesan di ponselnya untuk mengabari anak-anaknya kalau hari ini dia pulang lebih cepat. “Tumben gak pada langsung baca.” Jerry mengernyit bingung saat pesannya di grup chat tidak ada seorang pun yang membaca. Padahal Jerry hapal betul dengan anak-anaknya yang selalu memegang ponsel, bahkan di dalam kamar mandi.

“Jer, mau langsung balik?” Jerry mendongak ketika Saga, teman satu pekerjaannya sekaligus sohibnya sejak kecil bertanya ketika Jerry sedang menunggu lift datang.

“Iya dong.” Jerry menyimpan ponselnya ke saku celana. “Gak ada kerjaan lagi.”

Saga merangkul Jerry. “Sama dong. Golf yuk? Yang lain udah pada di sana duluan.”

“Ngedadak amat? Lagi gak minat. Mau pulang cepet gue, mau ngajak anak-anak gue jalan mumpung masih sore.”

“Yailah suruh sama maknya aja sih.” Jerry mendecih, dia menginjak kaki Saga sebelum masuk ke dalam lift, diikuti Saga sembari mengaduh kesakitan.

“Ngomong enak lo, masa Tari gue suruh bangkit dari kubur?”

Saga nyengir. “Makanya cari yang baru. Udah sepuluh tahun Jer.”

Jerry hanya diam, tidak menanggapi ucapan terkahir Saga. Memang, sudah sepuluh tahun Jerry menyandang status sebagai duda dengan dua orang anak perempuan, mereka Akshaya dan Ansha. Kedua anak Jerry tidak merasakan kasih sayang dan kehangatan dari ibu mereka selama sepuluh tahun terakhir karena Tari sudah meninggal dunia. Bukan cuma kedua putrinya, Jerry pun tidak bisa menerima lagi perhatian-perhatian yang biasanya dia dapatkan sebagai suami dari istrinya. Jujur, Jerry merindukan bagaimana dia yang diperhatikan oleh Tari, disiapkan setiap keperluan oleh istrinya, disambut dengan pelukan hangat setiap kali pulang bekerja. Sekarang, meskipun Jerry mempekerjakan orang di rumahnya untuk menyiapkan keperluannya sehari-hari, itu tidak bisa menggantikan mendiang istrinya.

“Gak kangen apa lo keramas subuh-subuh, bikin kasur berantakan, mandi sambil colek-colek istri?” Saga masih berlanjut menggoda Jerry sambil menuju parkiran mobil.

“Menurut lo gimana? Sepuluh tahun Ga gue gak dapet belaian.”

“Ya makanya cari. Apa mau gue cariin? Ah tapi lo mah gak pernah cocok sama pilihan gue. Dari mulai Rina yang dokter juga, Maya yang seleb. Circle gue yang segede itu aja masih gak bisa nemuin cewek yang cocok buat lo. Maunya lo yang gimana sih Jer?”

Jerry tertawa. Dia bersandar ke pintu mobilnya, mengingat-ingat Saga yang sudah memperkenalkannya kepada banyak perempuan. Tapi satupun tidak ada yang nyangkut. “Gimana ya, bingung gue juga.”

“Alah belaga bingung, cewek lo dulu banyak.”

“Dulu, pas ketemu Tari, 'kan tobat.”

Saga menghela napas, dia ikut bersandar sambil menyilangkan tangan ke depan dada. “Tari emang sesempurna itu ya Jer. Tapi masa lo mau stuck mulu sama dia? Come on bro, lo masih muda. Gue yakin, bakal ada cewek yang cocok sama lo. Tinggal lo nya aja yang harus buka hati.”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang