22. Denger Gak?

2.7K 490 92
                                    

Alooo apakabssss?!?!?
.
.
.


Jumat sore, satu hari sebelum pergi berlibur bersama teman-temannya ke Puncak, ketika Kalya sedang mengajar les anak-anak di ruang keluarga, Jerry nampak sibuk di dapur. Lelaki itu sedang memilah-milih bahan makanan yang aman untuk Kalya konsumsi selama mereka berlibur, meski hanya dua hari. Jerry tidak ingin Kalya jatuh sakit dan dirawat sampai berhari-hari lagi. Sudah terbayang di benak Jerry berapa banyak keluhan Kalya apabila wanita itu tahu jika lebih banyak makanan dari olahan sayuran, tidak banyak micin, dan tidak pedas yang Jerry sengaja siapkan untuk kekasihnya. Mau tidak mau Kalya harus menerimanya, demi menjaga kondisi tubuhnya tetap sehat. Setelah menaruh bahan-bahan dan makanan ke dalam beberapa kotak agar besok bisa langsung dibawa, Jerry menghampiri Kalya dan anak-anaknya sambil membawa potongan buah. “Belajarnya sambil nyemil dong.” Jerry menusukkan garpu ke apel dan menyodorkannya ke mulut Aya.

Aya mengangkat sebelah alisnya.

“Terima dong Mbak.”

Aya menerima suapan Jerry.

“Manis ya? Kayak Papa.” Jerry nyengir. Sementara Kalya dan Ansha kompak berakting muntah.

“Orang asem. Papa cobain aja sendiri.”

“Ah moso?” Jerry menyuapkannya sendiri ke mulut. “Asu iya lagi.”

Kalya memukul paha Jerry. “Mas mulutnya, depan anak-anak juga.”

“Aduh pedes pukulanmu Kal.” Jerry mengusap-usap pahanya.

Aya tersenyum kecil, sedangkan Ansha tergelak. “Sukurin! Papa emang harus sekali-kali dipukul. Mulutnya suka asal, giliran anaknya ikut-ikutan diomelin.” Ansha mengompori.

“Lho kamu masih kecil, ora pantes ngomong kasar.”

“Kecil apa? Aku udah mau tujuh belas ya Pa.”

Jerry bergantian menyuapi apel ke Ansha. “Yaiya masih kecil.” Kemudian lelaki itu menyuapi Kalya, tapi dengan buah melon yang manis. Aya yang memperhatikan sang papa diam-diam, menghela napasnya kemudian melanjutkan mengerjakan soal-soalnya.

“Terus umur berapa aku bisa dibilang gede? Dua puluh?”

Jerry menggeleng.

“Dua tujuh?”

Lagi-lagi Jerry menggeleng.

“Tiga puluh?”

Untuk kesekian kalinya Jerry menggeleng, membuat Ansha berdecak frustasi.

Kalya terkekeh. “Sha, mau sampai umur kamu lima puluh, enam puluh juga Papa kamu tetep anggap anak-anaknya sebagai anak kecil. Kamu nikah, punya cucu, cicit, itu gak merubah pandangannya kalau kamu anaknya yang masih kecil.” Kalya memahami perasaan Jerry, karena dia selalu diperlakukan bak anak kecil oleh Sadi meski umurnya sudah di pertengahan dua puluhan.

Jerry tersenyum. Dia menyetujui perkataan Kalya. “Bener tuh. Kamu dan Mbak Aya selalu jadi anak kecilnya Papa.”

⭐️

Di hari keberangkatan, Jerry tidak menjemput Kalya di rumah wanita itu, melainkan apartemen Clara. Sudah jelas, Kalya tidak memberitahu orang tuanya jika dia pergi berlibur bersama Jerry. Kalya menjual nama Clara agar dia diizinkan pergi. Kalau hanya pergi satu hari dan tidak menginap, Kalya berani bilang dirinya jalan bersama Jerry. Tetapi karena menginap, dan jika dia berkata jujur, Kalya yakin dia akan dikunci di dalam kamar seharian.

“Eh topi sama baju kita samaan Sayang.” Jerry menyadari lebih dulu jika pakaiannya dan Kalya mirip, seperti tanpa sengaja menunjukkan kalau keduanya pasangan serasi.

BAD JERRY [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang