54. Berusaha Tak Perduli

2.3K 460 180
                                    

Waduh waduh triple update
.
.
.

“Teteh cantik!” Raihan melompat ke kasur Kalya, menimpa tubuh sang kakak yang semuanya tertutup selimut.

“Han ngapain sih?” Suara serak Kalya terdengar. Tapi dia tak menyingkap selimutnya. Kalya masih bertahan di dalam, meski matahari pagi sudah naik dan masuk ke kamarnya melalui celah jendela.

“Kata Mama minggu depan Teteh sama Bang Jerry mau prewed ke Jogja ya?”

Kalya tak menjawab.

“Teh Kalya?”

Pemilik nama lengkap Kalya Maheswari itu belum juga menggubris.

“Teh ih!” Sebal tak direspon, Raihan menarik selimut Kalya. Wanita itu bergegas menyembunyikan wajahnya ke bawah bantal.

“Lo ngapain sih?! Gue masih ngantuk!” Kalya mengomel.

“Udah jam sembilan Teh, biasa bangun jam tujuh juga.”

“Suka-suka gue. Udah lo sana.”

“Minggu depan ikut ke Jogja dong, mumpung matkul gue online. Boleh ya?” Lagi-lagi Kalya diam. Raihan yang ingin ditanggapi, kini menarik bantal Kalya juga.

“Raihan!” Wajah Kalya terpampang jelas, dan itu membuat Raihan terkejut. Pemuda tersebut melihat mata Kalya yang memerah, wajahnya sembab, jelas sekali menunjukkan bahwa Kalya habis menangis.

“Lo kenapa dah?”

Kalya menghela napasnya. Gagal sudah rencananya menyembunyikan bekas tangisnya dari keluarga. Padahal dia berniat tidak keluar kamar hari ini karena semalaman suntuk dia hanya menangis, tanpa tidur. Kalya menangisi dirinya sendiri yang merasa bodoh karena terlalu berharap besar pada Jerry, berharap jika calon suaminya sudah benar-benar melupakan Tari, namun kenyataannya Jerry belum bisa melepaskan kepergian Tari dan masih sangat mencintai mendiang istrinya. “Habis maraton melodrama, makanya sembab gini.” Tanpa curiga, Raihan membulatkan mulutnya mendengar jawaban Kalya. “Sana lo, mau tidur gue.”

“Mau ikut ke Jogja dong, please. Butuh healing nih.”

“Gak.”

“Ah Teh!”

“Ya lagian orang mau prewed lo ngapain ikut-ikut? Pergi sendiri aja sana.”

“Mana boleh sama Mama ke sana sendirian. Lagian kalau sama lo, 'kan gue gak perlu mikirin duit. Tiket pasti dibayarin Bang Jerry, uang jajan juga pasti dikasih.”

“Sejak kapan lo jadi suka minta-minta ke Jerry?”

“Minta apasih?”

“Itu tiket.”

“Gak minta Teh, cuma kalau gue perginya bareng kalian pasti seratus persen, Bang Jerry yang nanggung biayanya. Dia aja sering ngasih gue barang-barang, makanan, top up diamond juga pernah.”

“Gue gak suka ya Han lo jadi ketergantungan dan suka ngarep gini sama Jerry, apalagi soal uang. Gue kakak kandung lo masih mampu beliin lo tiket atau sekedar jajanin lo. Jangan kebiasaan apa-apa Jerry.” Nada bicara Kalya terdengar sarkas dan tak suka, hal tersebut membuat nyali Raihan agak ciut. Dia tak bermaksud apa-apa dengan perkataannya, dia juga tidak pernah minta sesuatu pada Jerry, calon kakak iparnya itu yang selalu lebih dulu berinisiatif memberikan ini dan itu pada Raihan, dan Raihan hanya berpikir, jika dirinya meminta ikut ke Jogja, maka kemungkinan besar Jerry yang akan membiayai akomodasinya. “Kalau lo mau ke Jogja, pergi aja sendiri, gak usah ikut gue, nanti tiketnya biar gue yang beliin, gue juga yang bakal bilang ke Mama biar lo diizinin.”

BAD JERRY [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang