70. Karir

2.1K 403 76
                                    

Mohon maaf yaa, asem gabakal bisa sering update kayaknya. Soalnya udah mulai banyak kegiatan di rl lagi
.
.
.

Nyatanya benar bagi Jerry penyesalan selalu datang di akhir. Kini, setelah Kalya memutuskan hubungan dengannya, meninggalkannya jauh ke negeri Sakura, Jerry menjalani hidupnya dengan penuh penyesalan dan kehampaan. Ketidakhadiran Kalya di sisinya, merubah kehidupan Jerry. Lelaki itu tak bisa tersenyum lepas lagi, hati dan pikirannya dia curahkan untuk memikirkan dan menebak-nebak bagaimana keadaan Kalya setelah hampir tiga bulan ini wanita itu berpindah ke Jepang. Jerry tak bisa menghubungi Kalya, mengingat kontak dan media sosialnya sudah di blokir, bertanya melalui kedua putrinya pun bagaimana Kalya, keduanya hanya menjawab baik, dan jawaban itu tak cukup memuaskan Jerry. Dia ingin tahu lebih, namun Aya mengecamnya agar tak bertanya terus mengenai Kalya dan meminta Jerry membiarkan Kalya bahagia dengan caranya sendiri. Sungguh, Jerry ingin Kalya bahagia, dia pun sedang berusaha menerima konsekuensinya jika Kalya sudah tak mau lagi berhubungan dengannya, tapi Jerry merindukan wanita itu, merindukan wanita yang hampir menjadi calon istrinya hingga rasanya begitu menyiksa.

“Jerry.”

Si pemilik nama yang baru selesai mengganti pakaiannya dari seragam operasi ke kemeja di ruang ganti, menoleh, melihat Seli masuk dengan wajah yang sulit di deskripsikan, tapi Jerry sudah tahu apa tujuan sang Ibu menghampirinya dan itu berkaitan dengan tindakan yang baru saja Jerry lakukan.

“Ini kali keempat kamu lalai selama tindakan dan dokter lain yang harus memperbaiki pekerjaan kamu.”

“Maaf Bu.”

“Gak butuh Ibu maaf kamu. Kalau gini terus, kita bisa dituntut malpraktek. Untung sejauh ini belum ada korban yang menuntut kamu, menuntut rumah sakit. Kalau sampai ada, bisa turun reputasi rumah sakit kita, reputasi kamu yang udah kamu bangun dari lama. Kamu wajah rumah sakit Jer, gak bisa kamu ngelakuin kesalahan kayak gini terus.” Kepala Jerry tertunduk. Rasa bersalahnya sendiri yang membawa Jerry sampai ke titik ini. Dia menjadi seorang yang mudah kehilangan fokus bekerja. “Ibu tau hidup kamu hancur setelah ditinggal Kalya, kehancuran itu sendiri pun kamu yang buat, tapi cukup lah Jer, cukup Kalya, Ibu, keluarga kita yang ngerasain dampaknya dari perbuatan kamu. Jangan kamu bikin orang lain yang gak tau apa-apa juga jadi korban kelalaian kamu. Sebagai Ibu mungkin Ibu memaklumi kamu, tapi Ibu sebagai kepala departemen rumah sakit dan petinggi rumah sakit yang lain udah gak bisa mentoleransi kamu lagi. Kami ingin kamu berhenti dari rumah sakit.”

“Bu...”

Seli menghela napas. Sebagai Ibu, dia tidak tega melihat putranya yang sudah terpuruk, semakin jatuh karena kabar tidak mengenakan ini, tapi di sisi lain dia kecewa karena Jerry tak bisa memisahkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. “Ibu gak bisa berbuat apa-apa, ini keputusan bersama demi menjaga nama baik rumah sakit.” Seli mengusap bahu putranya. “Tapi kamu tenang aja, Ibu lagi mempersiapkan klinik bedah plastik buat kamu kerja di sana. Selama ini kamu dikenal sebagai dokter yang handal, Ibu gak mau kamu menyia-nyiakan kemampuan kamu. Kalau kamu bisa kembali seperti dulu, bisa kerja dengan baik di sana, Ibu yakin kamu bisa lebih sukses di banding di sini. Asal kamu bisa memisahkan mana pekerjaan, dan mana kehidupan pribadi kamu.”

Sulit bagi Jerry memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaannya saat ini, karena semua hati dan pikirannya hanya tercurah pada Kalya.

“Beresin ruangan kamu hari ini, malam nanti, kalau Ibu ada waktu, kita makan bareng.”

Jerry tak bisa memaksakan kehendaknya meski dia masih ingin bekerja di rumah sakit keluarganya tersebut. Apalagi rumah sakit itu yang menjadi saksi bisu bagaimana Jerry yang meniti karir dari nol, dan kini harus berpisah dalam sekejap, lagi-lagi karena kesalahan yang dibuatnya. Di titik ini, Jerry jadi percaya tak ada yang bisa dibanggakan darinya, sebab dia hanya orang jahat, orang yang gagal dalam mensyukuri apa yang sudah dimilikinya. Dia harus melepaskan sumber-sumber kebahagiaannya karena kebodohannya sendiri. Dengan langkah berat, hati yang tak siap, Jerry memasukkan barang-barang di ruangannya ke dalam kotak. Ketika dia di depan komputer, dia menemukan foto Kalya, tak sebesar lukisan Tari yang pernah dipajangnya di tembok, bahkan hanya berukuran 3×4 tapi foto tersebut selalu tertempel di pojok kiri atas komputernya, dan selalu Jerry pandangi tiap kali duduk di kursinya. Jerry tersenyum pahit, dia meraih fotonya, menciumnya, kemudian menaruh di dadanya, Jerry memejamkan mata membayangkan Kalya berada di dekapannya. Air matanya menetes, membasahi pipinya.

BAD JERRY [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang