Bab 3: Girlboss is Unbossing

496 73 13
                                    

"Gimana, An, jadi resign?" tanya seorang teman sambil berlalu melewati Andri yang sedang membuat kopi di pantry.

Andri langsung menghela napas. "Nggak jadi, cicilan gue masih banyak," sahut Andri dengan wajah lelah. Defan mengangkat sebelah alisnya heran. Lalu laki-laki beralis tebal itu bersandar di sisi pantry sambil menatap sahabatnya.

"Memang kenapa sih lo mau resign?" tanyanya lagi. Andri kemudian mendelik sebal. Defan seolah-olah tidak mengerti penderitaannya. Posisinya sekarang sebenarnya adalah posisi yang paling diinginkan di kantor ini. Salah satu alasannya adalah karena status dan gajinya cukup tinggi. Namun mereka melupakan bahwa posisi ini juga berurusan langsung dengan Kana, si monster betina.

Reputasi Kana di kantor tidak terlalu buruk tapi juga tidak terlalu baik. Semua proyek yang ada di tangan Kana selalu selesai dengan hasil yang sempurna. Namun dibalik kesempurnaan itu ada air mata, keringat, dan darah yang dikorbankan. Dengan kata lain, target yang diberikan Kana selalu menyiksa jiwa dan raga para bawahan. Terutama Andri.

"Menurut lo?" ucap Andri sengit.

Defan kemudian terkekeh geli. "Kalau gue jadi lo, biarpun kerja rodi, selama di dekat Bu Kana mah betah-betah aja. Sudah cantik, seksi, harum... pesona janda memang beda."

Andri memutar bola mata. "Justru karena dia janda makanya sensi banget sama kita-kita. Gue berdoa dia cepat nikah lagi biar ada yang pawangin."

Defan terkekeh sekali lagi. Tiba-tiba tawanya berhenti lalu ia menyenggol lengan Andri berkali-kali. Andri menoleh dengan kesal. "Pokoknya gue harus tahan karena, apa sih, fan?! Eh—"

Kana berdiri di ambang pintu pantry dengan mug berwarna putih bertuliskan 'best mom♥︎' di tangan kanan dan laptop serta map berisi dokumen-dokumen pendukung di pelukan tangan kiri. Andri dan Defan langsung menunduk sopan.

"Pagi, Bu."

"Selamat pagi, Bu Kana."

Andri mendelik Defan setelah mendengar suara Defan yang dilembut-lembutkan demi menyapa Kana. Kana berjalan mendekati island, kedua pemuda itu langsung membuka jalan.

"Pagi," jawab Kana singkat.

Defan pura-pura menghabiskan kopi di tangannya selagi ia mengamati Kana yang tampak tidak kalah mempesona dari kemarin-kemarin. Kemeja berbahan licin berwarna hijau pastel dengan kancing atas dibiarkan terbuka itu tampak sangat cocok dipadukan dengan celana kain berpinggang tinggi warna khaki. Celana itu memperlihatkan lekuk tubuh indahnya dan membuat Defan terus menempelkan gelasnya di mulut meski kopinya sudah habis. Banyak yang menolak percaya bahwa Kana sudah pernah menikah dan memiliki anak.

"Andri," ucap Kana kemudian. Suaranya tenang namun tegas. Andri yang baru berjalan menuju pintu langsung menegakkan punggung.

"Iya, Bu?"

"Data-data yang saya minta kemarin sudah siap?"

"Sudah, Bu. Rencana akan saya kirim setelah rapat pagi ini."

Kana terdiam sebentar. "Kirim sekarang saja."

"Tapi saya harus persiapkan–"

"Kirim sekarang supaya kita bisa cepat selesaikan, Andri. Kamu ini kebiasaan suka menunda-nunda pekerjaan." Kana menyela ucapan Andri sambil bergeleng-geleng. Kemudian perempuan itu berjalan dengan mengetukkan sepatu hak tingginya keluar dari pantry.

Defan dan Andri sama-sama tercengang. Andri mendengus setelah Kana hilang dari pandangan.

"Lo lihat sendiri kan? Masih mau lo jadi gue?" ujar Andri sinis sambil berlalu. Tak lama Kana kembali menengokkan kepala ke dalam pantry membuat dua pemuda itu tersentak. Keduanya langsung pura-pura sibuk dengan hal lain.

MOMMY, I Want DADDY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang