Bab 2: Malam Kedua

20 7 8
                                    

╔┓┏╦━━╦┓╔┓╔━━╗╔╗
║┗┛║┗━╣┃║┃║╯╰║║║
║┏┓║┏━╣┗╣┗╣╰╯║╠╣
╚┛┗╩━━╩━╩━╩━━╝╚╝
Cerita ini hanya fiktif. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan pengalaman, itu hanya kesamaan yang kebetulan saja. Maaf jika tidak terlalu horor seperti harapan.
Semoga karya ini menghibur. Mulai besok, akan sering diupdate malam hari.

Semoga kalian suka dan enjoy reading.

[CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM LOMBA CHARS WRITING MARATHON CharsPublisher]

MOHON DUKUNGAN DENGAN LIKE DAN KOMEN

Pagi-pagi sekali keluarga Dekker sudah tiba di kediaman Smit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali keluarga Dekker sudah tiba di kediaman Smit. Mereka membawa sekeranjang kecil roti tawar, kaas, dan erwtensoep untuk tetangga sekaligus keluarga baru. Sedari semalam, Anna sudah tidak enak hati meninggalkan mereka di rumah tersebut. Apalagi rumah itu sudah lama tidak ditempati. Konon, kata Justin rumah ini kosong sedari ia masih kecil. Hal itulah yang membuat ia dan Justin mendarat dengan cepat di rumah tua itu kala pagi menyapa.

“Tidak perlu repot-repot, Bi. Kami membawa bahan yang bisa dimasak dari Amsterdam,” ujar Esmee yang tidak enakan dibawa hidangan untuk sarapan. Saat Nyonya dan Tuan Smit datang, ia sedang menyiram patatje oorlog  dengan garlic. Makanannya siap disantap untuk sarapan pagi ini. Semakin beruntungnya ia kala melihat Anna mengeluarkan sarapan lainnya untuk mereka.

Anna tersenyum kecil. “Ah, tidak masalah. Bibi tidak merasa direpotkan. Lagian, kita bisa sarapan bersama,” sahutnya yang mengambil mangkuk bersih untuk mereka sarapan.

“Bagaimana tidur kalian semalam? Apakah nyenyak?” tanya Justin yang menerima secangkir kopi dari Esmee dan semangkuk sup kacang pun ikut diletakkan di depannya oleh sang istri. “Bedankt,” sambungnya berterima kasih atas dua hidangan tersebut.

“Cukup nyenyak,” jawab Esmee yang kini meletakkan cangkir kopi lain di hadapan sang suami.

“Tidak begitu nyenyak,” jawab Karel pelan yang dilirik malas oleh istrinya.

Pasalnya, saat bangun tadi mereka sudah sepakat untuk tidak membahas kejadian semalam. Namun, Karel yang memiliki penasaran tinggi tidak bisa melupakan pertanyaannya semalam.

Justin dan Anna saling pandang. Mereka melempar kode seakan sudah menebaknya semalam. “Kenapa? Apa yang membuatmu tidak begitu nyenyak?” tanya Justin penasaran dan mulai menebak kemungkinan buruk bagi orang yang menempati rumah kosong bertahun-tahun lamanya.

Karel mengedikkan bahunya. “Saya sulit tidur tanpa penerang,” jawabnya bernada lemas.

“Bukannya semalam kalian sudah membeli lilin?” tanya Justin lagi yang kurang puas atas informasi tersebut.

00.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang