E7: Pengendalian Chi

64 6 2
                                        

Masyarakat awam memang sangat kurang mengetahui tentang pengendalian Chi. Namun ini sangat wajar, mengingat pengendalian Chi merupakan ilmu yang baru ditemukan beberapa abad ini. Berbeda dengan Sihir yang sedari dulu bahkan turun menurun menjadi bagian dari cerita masyarakat.

Mereka semua yang melihat kekuatanku kebingungan, dan penasaran dengan cara menggunakannya. Berbeda dengan sihir milik Alz tadi yang banyak menimbulkan efek ke sekitar. Chi dapat memfokuskan ledakan energinya dengan sempurna seiring dengan seberapa baik kau mengendalikannya.

Aku mulai menjelaskan cara kerja chi ke masyarakat desa dan melihat potensi apa yang dimiliki mereka. Hal pertama yang aku lakukan adalah menyuruh mereka mengerumuniku langsung. Aku bukanlah seorang pencetus teori yang baik, jadi lebih baik aku langsung mempraktikkan semuanya sendiri.

"Apa yang kalian bayangkan jika keluarga kalian mati di hadapan kalian!?" lantang, aku bertanya ke mereka. Menanyakan untuk apa mereka datang kepadaku, dan untuk siapa mereka berjuang. Namun tak seperti ekspektasiku, hanya diam yang menemani. Tak ada balas, tak ada semangat.

Dengan kuat aku bertanya sekali lagi.

"APA YANG AKAN KALIAN LAKUKAN JIKA ANAK DAN ORANG TUA KALIAN MATI DIBUNUH OLEH ORANG LAIN?!"

- APA HANYA SEPERTI INI MENTAL KALIAN? BAGAIMANA KALIAN BISA MENGAKU SEBAGAI ORANG YANG BERTHAHAN DI PEGUNUNGAN? Apakah kuatnya leluhur kalian yang mendirikan desa ini hanya bualan?!"

"Jangan bawa leluhur kami-!"

Salah seorang pemuda berteriak kepadaku, merasa kesal, merasa tak terima desa dan leluhurnya dihina oleh seorang pendatang sepertiku. Kami berdebat panjang, satu sama lain, saling mengatai dan mengadu emosi.

Tak hanya satu, kini teman-temannya mulai bersahutan, mengeluh, dan menanyakan apa tujuan dari semua ini. Mengapa sesuatu yang awalnya menjadi latihan malah menjadi lahan saling mencaci-maki?

Tak terima, mereka beramai-ramai mengancam untuk melaporkanku ke kepala desa. Sontak aku yang mendengarnya langsung tertawa kencang.

"Ahahaha, jadi seperti ini mental asli kalian? Jadi hanya sampai sini orang yang mengaku memiliki leluhur yang kuat dan penakluk semuanya? Menangislah, dan terus andalkan orang lain seperti ini. Sungguh kalian tidak layak hidup sebagai manusia."

Ungkapku risi, meski awalnya sebagai pancingan, namun hal ini telah menjadi momok lama bagiku. Mental mereka terlalu lemah, penakut, dan hanya bisa mengandalkan orang lain. Bagaimana bisa mereka mengatasi masalah lain jika terus seperti ini? Bagaimana mereka bisa memiliki sebuah permintaan yang egois untuk tidak pergi dari desa jika gaya pikir mereka masih seperti ini? Aku sungguh marah, namun mungkin tak semarah mereka.

Mereka yang sebelumnya membelakangiku untuk kembali ke desa kemudian menjadi tak terkendali. Mengerumuni, dan mulai menyerangku dengan sepenuh tenaga. Berlari, ke sana kemari, membentuk sebuah formasi, menyiapkan sebuah tempo yang tepat untuk menyerang. Bersamaan, mereka tahu bahwa cara cepat melumpuhkan seseorang adalah menyerangnya secara bersamaan.

Seorang warga berusaha menyerang, namun tidak dengan tangan kosong, melainkan dengan parang yang ia sembunyikan selama ini di sampingnya. Nafas tertarik, aliran Chi mulai mengalir, pusaran energi meluncur dari tanganku dan menghempaskan parangnya ke udara.

Tangan kananku menangkap tangan kirinya, memutar dan mengunci gerakannya hingga ia tersungkur ke tanah. Hawa serangan dari belakang dapat kurasakan. Aku berbalik, memegang pergelangan tangan orang yang menyerang, dan membantingnya ke belakang.

Kuda-kuda semakin siap, kini menyerang tiga orang secara bersamaan. Dari depan, kanan, dan serong kiri. Mereka maju secara bersamaan. Memutar? Ah, tak sempat. Meski begitu aku bisa melihat gerakan mereka, terdapat sedikit celah di antaranya. Dengan bantuan chi, aku mempercepat gerakanku. Menghantam orang di depan, mendorong perutnya dengan pusaran chi. Kemudian menyerang orang yang berada di serong kiriku, lalu memukulnya dengan dua buah tangan yang terbuka. Seperti pisau, tanganku menyerang tengkuk lehernya dari belakang.

RattleheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang