Bujukanmu Tidak Bekerja

470 44 52
                                    

"Jangan bahas hal itu lagi."

"Aku senang melihatmu tersipu malu. Oh ... ayolah Ara bukan waktunya lagi menahan segalanya. Kau wanita dewasa dengan tiga anak yang luar biasa. Bukan sesuatu yang tabu saat dua wanita membahas masalah ranjang."

Tentu Laura hanya ingin menggoda temannya yang masih saja malu. Ara sangat menggemaskan, sedari awal mengenalnya tidak pernah berubah.

Ya, Ara-nya tidak pernah berubah bahkan setelah menjadi nyonya Thompson.

"Ok, kita abaikan tentang yang satu itu. Sekarang katakan padaku bagaimana hidupmu setelah menjadi nyonya? Bisa beradaptasi? Bisa berperan baik?"

"Sepertinya tidak terlalu. Pie selalu mengingatkanku tentang hal itua, mau bagaimana lagi? Aku hanya mencintai suami dan ketiga anakku, tidak dengan status nyonya yang mengharuskanku memerintah ini dan itu."

Laura menghela napas panjang, "sudah kuduga. Aku harap kau bisa menyesuaikan diri dengan baik. Nyonya Thompson memiliki power yang sangat besar, baik dalam rumah ataupun ditengah masyarakat yang menyorotinya."

"Menurutmu aku harus bagaimana? Kau lebih tahu bagaimana dia dulu, dan aku ingin tahu dari sudut pandangmu. Jangan sungkan."

Dia yang dimaksud Ara tentu saja Lily.

"Hem ..., tegas dan pemberani. Dia tidak ubahnya seperti kita, terlepas bagaimana akhirnya, dia berawal dari tempat yang sama seperti kita. Yang membuatku kagum adalah, dia tidak mengizinkan siapapun menginjak harga dirinya, dagunya terangkat pada siapapun. Kau harus seperti itu juga."

Ara mengangguk, "aku mengagumi sifatnya yang satu itu. Dan berharap bisa sepertinya, terlepas dari perbuatannya dimasa lalu, aku sempat mengaguminya, sama sepertimu."

"Kau tidak dendam?"

Ara menggeleng, "dari semua kejadian itu aku mendapatkan hidup yang bahagia, tidak pernah bermimpi sebelumnya. Dan tidak bisa di pungkiri dia salah satu penyebabnya."

"Benar, kalau dia tidak berulah mustahil kau bisa naik sampai ketitik ini. Tuan orang yang setia meski nyonya mengkhianatinya." Laura berdehem saat melihat tatapan penuh arti Ara, "yang terjadi diantara kalian aku tidak menganggapnya sebagai pengkhianatan. Aku sangat tahu tuanku seperti apa begitupun dirimu."

"Tidak baik membahas masa lalu. Kalimat yang keluar biasanya bisa di maknai dengan cara yang salah." Pie mengintrupsi.

Wanita itu mengantarkan minuman dan cemilan. Laura mengerling manja pada mantan atasannya itu.

"Kau tahu ma'am? Kalau dulu aku menganggapmu atasan yang kejam sekarang aku menganggapmu ibu yang begitu cerewet. Ibu yang terlalu mendisiplinkan anak-anaknya, tidak memberi jeda untuk bersantai."

"Bersantai bisa membuat kalian lupa waktu, dan lupa apa yang seharusnya kalian lakukan." Dia menatap Laura lamat, "aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi ibu yang baik, buktikan padaku."

"Apa aku kurang membuktikannya? Aku sudah menjadi ibu yang baik, memberi asi exlusive tanpa memikirkan bentuk payudaraku masih tetap indah atau tidak."

Pie berdehem, "pembuktian bukan hanya tentang bentuk payudara." Laura tergelak.

***
Disekolah Zo membuat masalah, gadis cantik itu menggunting tambut temannya dengan gunting kertas yang ada diruang kreatifvitas.

Karena perbuatannya itu Ara terpaksa kesekolah tanpa memberi tahu suaminya. Laura tadinya ingin menemani tapi Ara melarang, putrinya akan menggunakan Laura untuk melindungi diri.

Dia harus mendisiplinkan putrinya tanpa campur tangan orang lain termasuk suaminya.

"Jangan terlalu keras padanya, dia pasti punya alasan." Entah darimana Luke tahu apa yang terjadi pada Zo.

Pria itu meninggalkan rapat begitu mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Sepertinya Zo meminta salah satu gurunya mengirim pesan padanya.

"Sebaiknya kau pergi, biar aku yang menghadapinya." Ara berjalan masuk kedalam lobi diikuti Luke yang masih mencari peruntungan pada Ara.

"Kita harus mendengar penjelasannya, aku datang karena salah seorang gurunya mengirimiku pesan."

Ara berhenti, menghadap Luke dengan tatapan permohonan, "jangan ikut campur. Kalau kau terus membelanya, kapan dia akan belajar dari kesalahannya?"

Ara melanjutkan, "kau sama seperti Leo, tidak bisa tegas." Ara melanjutkan langkahnya, "harusnya saat ini kau matah padanya, terlebih atas apa yang dia lakukan. Tapi lihat? Kau masih memanjakannya, mau sampai kapan?"

"Kalau bukan aku siapa lagi yang memanjakannya? Dia keponakkanku, kau yang mengatakannya."

"Karena itu jangan salah mendidiknya. Sekarang lebih baik kau pergi, jangan sampai dia melihatmu atau aku tidak akan bisa mendisiplinkannya."

Ara langsung masuk kedalam ruang kepala sekolah, Luke ikut masuk tanpa perduli tatapan peringatan Ara. Dia lebih mengkhawatirkan nasib Zo daripada dirinya sendiri.

Zo duduk dengan tenang sedangkan temannya menangis histeris dalam pelukkan ibunya. Saat melihat Ara, Zo langsung tersenyum senang.

Ara bisa menyimpulkan rasa tidak bersalah putrinya, amarah yang sedari tadi menggerogoti hatinya mendadak menguar.

"Selamat siang nyonya Thompson." Kepala sekolah menyambut Ara dengan sopan dan penuuh antusias.

"Selamat siang Mrs. Coutney, apa yang terjadi?"

Kepala sekolah meminta guru pembimbing Zo menjelaskan apa yang terjadi. Ara langsung menatap putrinya, meminta penjelasan pada gadis kecil itu.

"Dia mengejekku! Dia bilang mama mantan pelayan, menikah dengan papa karena berhasil menggodanya." Wajah Luke merah padam mendengar itu.

"Harusnya yang kau gunting bukan rambutnya tapi lidahnya," ucap pria itu yang mendapat tatapan peringatan dari Ara.

Sementara anak yang dalam pelukkan ibunya semakin histeris.

Wanita itu menatap Ara lirih, "nyonya, saya mohon masalah ini sampai disini saja ya, saya akan mendidik anak saya lebih baik lagi."

"Tidak mungkin anak berusia enam tahun bisa mengatakan kalimat seperti itu kalau tidak mendengarnya dari orang dewasa."

"Aku dengar mama bicara dengan teman-temannya sambil tertawa. Aku pikir hal itu lucu makanya aku katakan pada Zo. Tapi dia malah menggunting rambutku."

Rambut gadis itu awalnya panjang sepinggang, dikepang menjadi dua bagian, Zo menggunting yang sebelah kiri, bisa bayangkan sehancur apa rambut gadis cilik itu.

Wajah yang memeluk wanita itu merah padam, tatapan Luke membuatnya gemetar ketakutan. Sedangkan Ara menatapnya datar, enggan mencari masalah dengan orang yang menghinanya.

Dia tahu cukup banyak yang menghinanya, kalau mudah terprovokasi bukankah tidak pantas di sebut nyonya Thompson?

"Bagaimana penyelesaian ini, Ma'am?" Tanya Ara pada kepala sekolah.

"Saya akan memberi sanski pada siswi yang dengan atau tidak sengaja membully." Dia menatap ibu sigadis, "terpaksa saya merumahkan putri anda selama satu bulan. Selama itu dia harus menyadari kesalahan dan berjanji tidak akan mengulanginya."

Tanpa mengatakan apapun Ara membawa Zo pulang, tidak dengan Ze karena putranya berada dalam kelas yang berbeda. Ze sedang mengikuti kelas anggar saat ini sementara Zo masuk kekelas kreatifvitas.

***
Ara duduk diatas pangkuan suaminya, melumat bibir Leo penuh sensual, tangannya mulai meraba punggu penuh tato, keras dan berotot.

Leo melepas ciuman Ara, suaranya terdengar serak dan dalam saat mengatakan, "aku tidak akan melepaskan mereka yang menyinggung istri dan anak-anakku. Bujukanmu tidak bekerja."

Leo mengambil kendali, mendudukkan Ara diatas meja kerjanya lalu menarik gaun tidur sampai kebatas pinggang, tanpa aba-aba melahap vagina Ara yang sudah siap menyambutnya.

Ara tidak bisa menahan diri lagi, jiwa raganya melayang.

"Ahhhhhhh ...."

The Thompson : Perjalanan Cinta Arabella & Leonard ThompsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang