Barusan Aku Bergurau

332 36 21
                                    

"Kau tak bisa menutupi ini dari Ara, waktu tak sama lagi seperti dulu. Dia berhak tahu yang sebenarnya, semakin menutupi ini darinya, masalahmu semakin besar." Saran Max.

"Lebih baik kau urus masalahmu sendiri." Ketus Leo. Leo menatap layar tabletnya dengan serius, mencerna tiap kalimat yang tertera.

Max mengedik acuh, "masalahku tak sebesar masalahmu dan sekarang sudah selesai. Itulah kelebihan hidup sendiri, tidak ada hati dan perasaan yang harus di jaga." Setelah mengatak itu Max pergi.

Leo tentu tidak menghiraukannya, masalah yang saat ini di hadapinya memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa menyelesaikannya, Ara tidak akan tahu masalah ini sampai tiba waktunya.

"Kau yakin?" Tanyanya pada Luke.

"Sangat yakin, saya memastikannya sendiri." Leo mengangguk.

"Seberapa besar pria itu turut andil dalam hal ini?"

"Lebih dari setengah, dia mempertaruhkan segalanya. Dia mengumumkannya dengan percaya diri di acara lelang waktu itu." Leo mengangguk paham.

"Biarkan saja mereka bergerak bebas untuk sekarang, nanti disaat semua yang ada pada mereka habis, kau tahu apa yang harus kau lakukan."

"Baik, tapi masalahnya ..."

"Untuk yang satu itu, aku akan selesaikan sendiri." Luke mengangguk.

Kemudian Luke menyerahkan dokumen lain pada Luke, "mereka ingin bertemu, ingin meminta maaf secara langsung. Aku sudah menolak tapi pihak mereka selalu datang memohon."

Leo mempelajari perusahaan milik orangtua temannya Zo, perusahaan bergerak dibidang taman hiburan anak-anak, sepuluh tahun terakhir cukup maju, bisa dikatakan taman bermain yang paling maju di London.

"Mereka sedang merambah kebidang lain, membangun super market khusus anak-anak, heaven kids. Rencananya tahun depan resmi di luncurkan."

"Kalau begitu sekarang waktu yang tepat untuk memukul mereka sampai kandas."

"Tapi apa tidak sebaiknya anda bertemu dengan mereka? Tuan Hans dikenal sebagai pembisnis yang cukup bersih, masalah yang sering menjeratnya hampir rata di sebabkan oleh istrinya. Istrinya sendiri mantan guru disebuah desa kecil, keduanya bertemu saat tuan Hans melihat lahan yang baru dibelinya. Bisa dikatakan wanita itu penyebab dari banyaknya masalah yang menimpa beliau."

"Maksudmu kau ingin aku memberi ampunan pada orang yang sudah menghina istri dan anakku?"

"Bukan begitu, kita bisa membuat perhitungan pada istrinya dengan mengembalikannya dimana seharusnya dia berada, melalui tuan Hans tentunya. Tuan Hans tidak mungkin merelakan perusahaannya hancur hanya karena wanita seperti itu. Dan kita bisa memanfaatkan perusahaannya."

"Aku serahkan padamu."

***
"Kau cukup sehat untuk hidup sepuluh tahun lagi," ucap Rob selesai memeriksa kondisi Leo.

"Maksudnya setelah sepuluh tahun dia jatuh sakit?" Tanya Ara polos.  Rob terkekeh kecil mendengar itu, Ara masih saja polos padahal sudah mengalami jalan hidup yang pahit.

"Kau tidak pernah berubah, selalu saja menganggap serius gurauan orang lain." Wajah Ara bersemu.

Rob bangkit dari duduknya, menuju rak untuk mengambil obat yang sudah di siapkannya.

"Hanya tonik, bagus untuk menjaga kesehatan tubuh suamimu. Orang yang pernah cedera harus extra menjaga diri apalagi yang pernah lumpuh seperti suamimu. Kita harus memastikan kondisi tubuhnya sehat luar dan dalam."

Ara menatap Leo, "kau dengar itu? Jangan lagi membantah kalau aku sedukan herbal ini."

"Jangan terlalu percaya pada pak tua ini, bisa jadi itu bukan herbal melainkan narkoba. Kau tidak tahu segila apa seorang peracik obat dalam menciptakan ramuan."

The Thompson : Perjalanan Cinta Arabella & Leonard ThompsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang