CHAPTER 13

276 17 3
                                    

Haiii ada yg masih nungguin cerita abal ini?
Silahkan dibaca;)

Cinta itu bagaikan alunan musik
Mengalun begitu indah....
Cinta itu bagaikan langit malam tanpa bintang
Serasa hampa bila tak ada dirinya...
Aku menulis puisi dibawah fotoku bersama Mas Davi yang sedang berangkulan mesra. Kututup album foto berisikan fotoku bersama Mas  Davi yang baru saja diambil beberapa minggu yang lalu setelah pernikahan Mas Rega dengan Adelia. Sekarang mereka sedang honeymoon di Bali. Aku benar-benar sudah merelakan hubungan mereka berdua, memang sebaiknya aku turut bahagia atas pernikahan kakakku sendiri karena aku juga sudah memiliki seseorang yang teramat mencintaiku yang tidak lain ialah Mas Davi.
Kupandang langit biru yang menjulang sejauh mataku memandang, aku tersenyum menatap langit kali ini.... rasanya lega, karena aku bisa memahami arti cinta sesungguhnya. Aku mengerti rasanya dicintai oleh dua orang pria sekaligus, merasakan kebimbangan untuk memilih dua orang yang ternyata membuatku terpikat diam-diam, hingga aku tersadar bahwa semua tidak benar jika aku harus meninggalkan Mas Davi dan memperjuangkan hubunganku dengan Mas Rega, itu suatu kesalahan terbesar dan akan kusesali bila aku bertindak bodoh seperti itu. Kedua orangtua-ku akan sangat menyesal bila aku juga membalas perasaan Mas Rega terhadapku. Aku harusnya berterima kasih pada mereka yang telah merawatku seperti anak kandung mereka sendiri, berkat mereka... aku bisa seperti sekarang ini, menjadi perempuan yang akhirnya bisa mandiri.... hidup yang merubahku seperti sekarang ini, merubah sifat kekanakanku menjadi pribadi yang lebih dewasa. Bertemu dengan mereka merupakan suatu hal yang sangat berarti untukku, aku dipertemukan dengan Mas Rega dan juga sahabatnya, Mas Davi.
Aku tersenyum lagi sambil menatap langit yang baru saja dilewati pesawat terbang, kutatap langit sekali lagi lalu menghembuskan napas pelan, aku sudah tidak memiliki beban lagi kali ini...
Tok...tok...tok...
Kubuka pintu kamarku dan segera memeluk mama begitu melihat mama sedang tersenyum sambil membawa bungkusan besar ditangannya, itu pasti kado ulang tahun untukku.
"Maaaaa....."ucapku sambil memeluknya erat. Lalu mama balas memelukku dan membisikkan kata-kata yang sangat berharga untukku.
"Selamat ulang tahun ya kesayangannya mama, semoga bisa cepet nyusul mas-mu ke pelaminan. Kasian Davinya kalau nunggu terlalu lama... mama dan papa setuju apapun yang sudah kamu pilih untuk hidup kamu kedepannya..."
"Makasih ya ma, aku sayang banget sama mama."ucapku sambil mencium kedua pipi mama bergantian. Mama meneteskan air mata sambil mengusap rambutku.
"Mama gak nyangka sekarang kamu sudah makin dewasa..."
Aku memeluk mama lagi, kali ini lebih erat, "Ma... makasih telah merawat Nay hingga seperti sekarang ini... makasih udah ngerawat Nay seperti anak kandung mama sendiri. Nay, sayang banget sama mama. Pokoknya sayangnya Nay gak ada matinya buat mama sama papa!"ucapku menggebu-gebu.
"Udah jangan sedih gitu ah, papa udah nungguin kamu dari tadi tuh dibawah."ucap mama sambil melepas pelukannya dan menarikku untuk mengikutinya turun ke lantai bawah.
"Selamat ulang tahun kesayangannya papa, boneka Barbie-nya papa..."ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, aku segera menghambur kedalam pelukannya. "Selamat ulang tahun anaknya papa yang cantiknya melebihi Barbie. Semoga kamu cepet nyusul mas-mu ke pelaminan ya sama Davi kesayangan kamu itu..."ucap papa sambil mengusap kepalaku lembut.
Aku mencubit pinggang papa pelan, "Papa ih godain anaknya terus."ucapku sambil mengerucutkan bibir kesal. Papa hanya tertawa lalu menarikku untuk duduk di sofa yang didepannya terdapat kue bertuliskan angka 21 beserta kata-kata indah dibawahnya;
Happy Birthday Our Cutest Barbie!
"Make a wish dulu ya Barbie-nya papa...."ucap papa yang duduk disebelah kananku sedangkan mama di sebelah kiriku.
"Aku harap, orang-orang yang aku sayangi selalu bahagia..... dan aku bisa secepatnya nyusul Mas Rega ke pelaminan bersama Mas Davi. Amin."ucapku dalam hati.
"Potong kuenya.... potong kuenya.... potong kuenya sekarang juga... sekarang juga.... sekarang juga...."
Aku memberikan potongan kue pertama untuk mamaku tersayang pastinya, lalu potongan kedua aku berikan untuk papaku. Tiba-tiba pandangan mereka beralih ke arah pintu, aku mengikuti arah pandang mereka dan terkejut begitu mendapati Mas Davi datang dengan sebuket bunga mawar ditangannya. Aku langsung menghampirinya lalu menatapnya dengan mata berbinar.
"Happy birthday kesayangannya mas..."ucapnya sambil memelukku erat. Aku tersenyum senang, "Makasih ya mas, aku kira kamu lupa."ucapku sambil menengadahkan wajahku agar bisa menatap matanya.
"Mana mungkin mas lupa sama ulangtahun calon istri mas?"ucapnya sambil menatapku intens. Aku tersipu malu, "Ih... aku kan bukan calon istri mas."ucapku sambil melepaskan pelukannya.
Dia menatapku lama, "Jadi kamu tidak mau menikah dengan mas?"tanyanya sambil menggenggam tanganku.
"Aku mau kok, jangan cemberut gitu ah mukanya!"ucapku sambil mengusap pipinya dengan sayang. Dia lalu menampilkan senyum manisnya dan menarikku masuk kedalam rumah.
"Mama sama papa kamu kemana? Kok sepi."tanyanya masih sambil menggenggam tanganku. Aku juga bingung kemana perginya mereka, "Aku juga gak tau mas, tadi rame..."ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Kamu sudah makan?"tanyanya lembut.  Kugelengkan kepala, "Belum. Baru makan kue aja tadi, mas mau cobain kue ulangtahun aku gak?"
"Boleh, tapi kamu suapin ya?"tanyanya sambil mengedipkan satu matanya.
"Yaudah, mas tunggu di ruang tamu dulu..."ucapku sebelum meninggalkannya ke dapur. Kulihat mama sama papa sedang duduk di pantry.
"Ma... ada Mas Davi diruang tamu."ucapku pada mama.
"Papa sama mama disini aja dulu, gak mau ganggu pasangan muda lagi melepas rindu."ucap papa sambil mengedipkan matanya ke arahku. Aku memeletkan lidah lalu meninggalkan dapur.
"Kok lama sih?"tanya Mas Davi begitu aku sudah duduk disebelahnya.
"Biasalah, papa ngegodain aku tadi."keluhku sambil mengerucutkan bibir kesal.
"Ayo buka mulutnya...."ucapku sambil menyendokkan sepotong kue kedalam mulut Mas Davi. Mas Davi tersenyum tiap menerima suapan dariku.
"Malam ini keluarga mas mau datang."ucapnya sambil mengusap pipiku. "Mau melamar kamu secara resmi."
"Se-serius mas?!"tanyaku kaget.
"Emangnya mas pernah bercanda?"
Aku menggeleng, "Gak pernah. Tapi apa mas sudah yakin?"tanyaku tanpa berkedip.
"Mas gak pernah seyakin ini."ucapnya sambil mencium ujung bibirku singkat. Aku tersipu malu. "Nayla mau kan jadi istri mas?"bisiknya ditelingaku.
"Hm, i-iya...."ucapku sambil menundukkan kepala, malu bertatapan dengannya.
"Persiapkan diri kamu buat nanti malam ya!"ucapnya sambil mengacak-acak rambutku pelan, "Mas harus pulang sekarang, mempersiapkan semuanya buat nanti malam."ucapnya lagi yang membuatku kesal, baru juga ketemu udah mau pulang lagi. Huh.
"Nanti siang aja mas pulangnya..."rajukku sambil menoel-noel lengannya.
"Yaudah...."ucapnya pasrah.  Aku tersenyum senang, lalu kembali menyuapinya dengan kue.
--
Aku sedari tadi diam sambil bersandar di dada Mas Davi, keluarga kami sudah sepakat ingin melangsungkan pernikahan tiga minggu lagi. Terkesan cepat memang, tapi Mas Davi sudah terlalu berumur untuk menunggu lebih lama lagi. Jadi dengan kesepakatan bersama... pernikahan akan dilaksanakan tiga minggu dari sekarang.
"Kenapa diam aja?"tanya Mas Davi sambil mengelus rambutku.
"Gapapa mas... aku gak nyangka aja kalo aku bakal jadi istri mas..."ucapku sambil menatap matanya.
"Kamu ragu?"tanyanya sambil mendongakkan wajahku ke arahnya. Aku menggeleng pelan, "Aku gak pernah ragu mas, tapi aku gak nyangka aja hehe..."ucapku sambil melingkaran lenganku dilehernya.
Dia terkekeh pelan lalu menarikku kembali kedalam pelukannya. Kami memandang langit yang dihiasi bintang... betapa indahnya langit malam ini dengan aku yang berada dalam pelukan hangat Mas Davi.
--
Aku baru saja ingin memejamkan mata begitu mendengar ponselku berdering menandakan ada telpon masuk. Kulirik ponselku dan bingung begitu melihat nama yang tertera pada layar ponselku. Bu Maudy.
"Ha-halo?"
"Hai kakak ipar."ucapnya sambil terkekeh pelan.
"Hm, h-hai..."ucapku kikuk.
"Kamu udah siap jadi istri Mas Davi?"
"S-siap... kenapa memangnya?"
"Dia daritadi senyum-senyum terus, kamu yakin mau nikah sama orang gila kayak dia?"tanyanya lagi sambil tertawa.
"MAS GAK GILA HEI." teriakkan Mas Davi terdengar ditelingaku. Aku tertawa pelan.
"Kurasa dia cinta mati sama kamu, Nay.. semoga kamu sabar ya ngadepin Mas Davi."ucapnya tulus.
"Mas mau ngomong sama Nay."ucapan Mas Davi lagi-lagi terdengar ditelingaku.
"Malam sayang? Besok kita harus fitting baju pernikahan, jam 9 aku kerumah."ucapnya dengan nada menggoda.
"Iya mas aku inget, udah ya... aku ngantuk nih."ucapku sambil menguap.
"Yaudah, good night. Loveya."ucapnya sebelum mematikan sambungan telpon.
--
Aku harus bahagia atau sedih saat ini? Melihat  Mas Davi mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan napas. Aku menangis bahagia... sekarang aku sudah sah menjadi istri dari Mas Davi.
Resepsi pernikahanku dan Mas Davi berjalan dengan baik, kakiku sampai pegal seharian berdiri menyalami para tamu dan tak lupa gigiku juga kering seharian ini terus tersenyum.  Aku duduk ditepi ranjang sambil memijit kakiku. Mas Davi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit bagi bawah tubuhnya. Aku terpaku dan segera menutup wajahku.
"Hei kenapa wajah kamu ditutupin?"tanyanya sambil terkekeh pelan.
"Mas buruan pake bajunya!"teriakku sambil mendorongnya menjauh dari tubuhku.
"Jadi gak malam ini?"tanyanya sambil mengacak-acak rambutku.
"A-apanya yang ma-malam ini?"tanyaku bingung. Mas Davi tidak menjawab dan segera memakai bajunya. Dia menghampiriku begitu selesai memakai baju, "Yaudah, kamu istirahat gih... atau mau mas pijitin?"tanyanya sambil memijat tengkukku.
"En-enggak usah mas."ucapku, lalu segera masuk kedalam selimut.
"Mas akan tunggu sampai kamu siap."ucapnya pelan, lalu ikut berbaring disampingku dan memeluk tubuhku erat sehingga membuatku mengantuk dan tertidur dengan nyenyak.
Keesokan paginya, aku terkejut begitu merasakan sebuah tangan melingkar dipinggangku dengan erat. Kudongakkan kepalaku untuk melihat wajah suamiku... betapa tampannya dia ketika sedang tertidur seperti ini.
Aku mengelus wajahnya pelan, lalu menoel hidung mancungnya dan terakhir kuusap bibir merahnya...
"Mau menciumku, nona?"tanyanya sambil menahan tanganku yang masih berada dibibirnya.
"E-enggak tuh. Udah ah aku mau mandi dulu."ucapku gugup sambil berusaha bangkit dari tempat tidur, namun Mas Davi malah menarikku kembali hingga terjatuh disampingnya.
"Morning kiss-nya mana?"tanyanya sambil mendekatkan wajahnya padaku.
Kukecup bibirnya singkat namun Mas Davi malah menahan tengkukku sehingga bibirku semakin menempel dengan bibirnya dan dia melumatnya lembut.
Aku pasrah dibawah kendalinya saat ini,  baru pertama kali aku seintim ini dengan laki-laki. Dan itu hanya untuk suamiku, Mas Davi.
Aku harap pernikahanku dengan mas Davi akan baik-baik saja kedepannya.... semoga kami bisa menghadapi semua rintangan bersama-sama. Karena kuyakin.... Mas Davi memang jodohku dunia akhirat....
❤❤
Apakah ini ending-nyaaaa? Hahaha tenang masih ada beberapa part lagi:) terimakasih yang masih mau vomment ceritaku yang gak jelas ini.
Baca ceritaku yg lain juga ya; Cinta datang terlambat & Kara.
By rindingdong❤

THIS IS LOVEWhere stories live. Discover now