Chapter 2

463 18 0
                                    

Mereka menoleh secara bersamaan dengan wajah terkejut. Mas Rega menatapku dengan tatapan terluka. Mama dengan tatapan yang penuh kesedihan.
    “Jadi aku bukan anak kandung Mama sama Papa?!” tanyaku mengulangi pertanyaan yang sama.
    “Nay……….”ucap Mama sambil menghampiriku. Aku begitu terluka saat ini. Jadi selama ini aku tinggal dengan orang lain. Bukan dengan orangtuaku sendiri. Terlebih pengakuan Mas Rega pada Mama.
    “Ma please jawab dengan jujur…”ucapku sambil meneteskan air mata.
    “Maafkan Mama, Nay….”ucap Mama sambil memelukku.
    “Siapa orangtua kandung Nay, Ma?!”tanyaku kalut sambil terisak dalam tangisku.
    “Mama nggak tau, Nay. Mama adopsi kamu dari panti asuhan di dekat rumah kita yang lama.”ucap Mama sambil menyeka air mataku.
    “Kenapa Mama nggak pernah jujur sama Nay?!”tanyaku lagi sambil menepis tangan Mama dari wajahku.
    “Kamu nggak boleh bersikap seperti itu sama Mama, Nay!”bentak Mas Rega padaku. Baru kali ini aku dibentak olehnya.
    “Kenapa?! Mas nggak suka sama sikapku tadi?!”tanyaku sambil menantangnya.
    “Iya Mas nggak suka!”
    “Aku juga nggak suka sama pengakuan Mas Rega ke Mama!”ucapku, lalu segera meninggalkan mereka berdua. Aku lebih baik keluar dari rumah ini. Apa aku pantas untuk membawa semua pakaianku sebelum pergi dari rumah ini? semua barang yang kupunya semua pemberian dari Mama sama Papa, sedangkan aku bukan siapa-siapa dirumah ini. Aku tidak jadi masuk ke kamar dan langsung pergi begitu saja dari hadapan mereka. Aku harus pergi sejauh-jauhnya dari rumah ini.  Ini lebih baik bukan? Dengan aku yang berada jauh dari mereka akan membuat semuanya lupa denganku.
    Aku ingin menghubungi Mas Davi, namun apakah tidak mengganggunya? Dia pasti baru sampai rumah. Lagipula apa Mas Davi akan menerima aku yang ternyata tidak memiliki keluarga yang jelas asal usulnya. Aku malu pada diriku sendiri. Aku masih kekanakan. Dan aku sekarang tidak tahu harus kemana. Apa kerumah Zena aja?
    “Hallo Zen?”ucapku pada seseorang disebrang sana ketika sambungan telepon diangkat.
    “……….”
    “Gue boleh nginep dirumah lo nggak selama beberapa hari?”tanyaku tak enak hati.
    “…….”
    “Yaudah gue kerumah lo sekarang ya.”ucapku, lalu segera memberhentikan taksi menuju rumah Zena.
    Setibanya dirumah Zena, kulihat dia sudah menungguku di teras rumahnya. Dia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya padaku.
    “Gue seneng lo mau nginep di rumah gue!!!”ucapnya kegirangan. “Yuk masuk, dirumah lagi nggak ada siapa-siapa. Makanya gue seneng lo nginep jadi nggak sepi rumah gue.”
    Aku pun mengikuti langkahnya masuk kedalam kamar. Kamarnya serba putih abu-abu. Benar-benar menunjukkan kalau dia tomboi. Tidak ada satupun boneka dikamarnya. Yang ada hanya piala kejuaraan taekwondo yang dia ikuti sejak duduk dibangku SD.
    “Lo lagi ada masalah ya?”tanya Zena sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
    “Ya gitu deh. Jadi nggak apa-apa nih kalo gue nginep selama beberapa hari disini?”
    “Bolehlah Nay. Lo kan udah lama nggak nginep disini.”ucap Zena sambil menyuruhku ikut berbaring disebelahnya.
    “Lo kabur dari rumah nih ceritanya?terus nggak bawa pakaian sama sekali?”tanya Zena dengan kening berkerut. Aku hanya menggelengkan kepala.
    “Yahampun, kenapa bisa?!”tanyanya kaget dengan mata melebar.
    “Gue nggak berhak bawa pakaian gue, Zen.”ucapku lemah.
    “Nggak berhak apa maksud lo?”
    “Gue bukan anak kandung mereka.”ucapku sambil memejamkan kedua mataku, berusaha memendam rasa sedih ini.
    “Jadi lo bukan anak kandung mereka?!”tanyanya kaget sambil mengguncang tubuhku.
    “As I said for you, I’m not their daughter.”
    “Lo tau darimana emangnya?”tanya Zena lagi.
    “Gue tau dari pertengkaran Mama sama Mas Rega, Zen.”ucapku sedih, tak kuasa untuk menahan tangisan yang sudah mau keluar dari pelupuk mataku.
    “Terus orangtua kandung lo ada dimana sekarang?!”tanya Zena ikut sedih akan kondisiku.
    “Gue nggak tau mereka ada dimana sekarang. Gue nggak tau sekarang harus jalanin hidup gue kedepannya kayak gimana….”
    “Udah lo nggak usah pikirin mau tinggal dimana, lo bebas mau tinggal disini sampe kapan. Gue terima lo dengan baik disini dan gue akan bantu lo,  Nay. Please lo jangan nangis kayak gini, gue paling nggak bisa liat sahabat gue nangis.”ucap Zena sambil menarikku kedalam pelukannya. Tangisku semakin pecah. Lalu bagaimana hubunganku dengan Mas Davi? Akankah harus terhenti sampai disini? Aku takut dia tidak  bisa menerimaku setelah tahu akan kejadian ini.
__________________________
    Aku tidak  mengangkat panggilan telepon dari Mas Davi. Dia juga mengirimiku pesan singkat namun tak ada satupun pesannya yang kubalas. Hari ini aku juga tidak kuliah, takut Mas Rega mencariku kesana.  Akankah ia mencariku? Aku kan bukan bagian dari keluarga mereka. Aku hanya seorang anak yang diadopsi dari panti asuhan. Apa aku juga harus berhenti kuliah? Ataukah aku tetap melanjutkan kuliah dengan biayaku sendiri. Yap, aku harus cari pekerjaan dan membayar biaya kuliahku sendiri. I did it!
    “Zen, lo ada lowongan pekerjaan nggak?”tanyaku ketika melihatnya baru keluar dari kamar mandi.
    “Ehm setau gue ada deh, temen gue kan punya perpustakaan kecil gitu di deket café ariel, semoga masih butuh satu pegawai lagi ya disana. Biar gue tanyain lagi deh ke temen gue. Okey?”
    “Okey, thanks ya!”ucapku sambil menepuk-nepuk bahunya.
    “Yaudah makan yuk, laper nih gue.”ucap Zena sambil mengusap-usap perutnya.
    “Yuk, eh tapi gue nggak bisa masak….”ucapku pelan.
    “Ah iya yaaa, gue juga nggak bisa masak. Makan diluar aja yuk?!”ajak  Zena sambil menarikku untuk segera keluar kamar.
    “Dimana?”tanyaku penasaran ketika sudah berjalan sekitar 10 menit tapi tak kunjung sampai tempat yang akan dituju.
    “23 langkah lagi juga sampe kok.”ucap Zena bersemangat. Dia mah suka olahraga jadi jalan kaki juga nggak bakal capek mau sejauh apapun. Huh.
    Akhirnya kami sampai di sebuah rumah makan padang. Tempatnya cukup luas dan pandanganku langsung terhenti ketika melihat Mas Davi sedang makan bersama seorang wanita yang terlihat seusianya. Mas Davi sedang bersama siapa?
    “Nay mau pesen apa?”tanya Zena.
    “Ayam bakar aja.”jawabku lemah. Aku tak henti-hentinya menengok kearah Mas Davi dan wanita itu. Siapa sih wanita yang bersama dengan Mas Davi? Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa cemburu dihatiku.
    “Lo kenapa sih, Nay?”tanya Zena dengan tatapan penuh tanya.
    “Ah enggak apa-apa.”kilahku, lalu sok sibuk memainkan ponsel.
    Akhirnya makanan yang dipesan tiba juga. Aku menjadi tidak berselera.  Sungguh. Terlebih ketika Mas Davi mendekatkan wajahnya ke wanita itu.  Aku geram! Aku segera bangkit dan menghampiri Mas Davi. Mas Davi terlihat kaget akan kehadiranku.
    “Jadi begini kelakuan kamu, Mas?!”tanyaku dengan wajah yang sudah memerah.
    “Nay, kamu jangan salah paham dulu. Ini tidak seperti apa yang kamu liat.”ucapnya sambil memegang kedua bahuku.
    “Mas jangan bohong sama aku. Aku liat Mas mau mencium dia kan?!”tanyaku sambil menunjuk wanita itu.
    “Mas tidak mencium dia, Nay.  Mas cuma…….”aku tidak ingin mendengarnya lagi, aku segera pergi dari tempat itu sebelum mendengar penjelasannya lebih lanjut. Kudengar suara Zena yang terus memanggil namaku. Entahlah, saat ini aku hanya ingin sendiri. Sendiri? Kenapa dua hari belakangan ini rasanya….. sungguh menyedihkan buatku. Apa aku tidak pantas untuk bahagia? Aku segera pulang kerumah Zena.
    Drt…drt…drt…
    Mas Rega calling…
    “Buat apa masih telepon aku?!”ucapku kesal setengah mati.
    “Mama sakit mikirin kamu, Nay…”ucapnya lemah.
    “Mama sakit?!”tanyaku kaget, walaupun aku kesal tapi aku masih tahu diri bahwa Mama sudah merawatku hingga aku sebesar ini.
    “Mama sakit karena mikirin kamu, pulanglah… Mama pasti senang liat kamu ada dirumah.”
    “Mama atau Mas Rega yang senang?!”tanyaku dengan nada tinggi.
    “Bisa lupain sebentar masalah itu?”tanyanya pelan.
    “Entahlah.”
    “Kamu dimana sekarang? Biar Mas jemput.”ucapnya lagi.
    “Mas nggak perlu jemput, biar aku yang kesana sendiri.”ucapku, lalu segera mematikan sambungan telepon.
    Aku benar-benar khawatir akan keadaan Mama. Aku segera menyetop taksi menuju rumah Mama. Benar-benar situasi yang membingungkan sebenarnya. Sesampainya dirumah, aku melihat Mas Rega yang sudah menungguku di teras. Dia menatapku dalam. Aku segera membuang muka menghindari tatapannya. Ketika aku berjalan mendahuluinya, tanganku dicekal olehnya.
    “Apa?!”tanyaku galak.
    “Maaf…..”ucapnya parau. Aku segera menepis tangannya dan berjalan cepat menuju kamar Mama.
    “Nayla?!”ucap Mama kaget begitu melihatku masuk ke kamarnya. Dia berusaha bangun dari tempat tidur namun kutahan.
    “Ssst.. Mama jangan bangun.  Mama kan lagi sakit. Mama sakit apa?”tanyaku sambil mengelus lengannya.
    “Mama cuma kepikiran kamu. Mama takut kamu nggak akan balik lagi kerumah ini.  Mama takut kehilangan kamu. Jangan tinggalin Mama. Kamu sudah Mama anggap anak kandung Mama sendiri, Nay….”ucap Mama panjang lebar sambil menarikku kedalam pelukannya.
    “Tapi Ma, aku bukan siapa-siapa dirumah ini. Aku tidak pantas mendapatkan perlakuan manis disini.  Aku lebih baik pergi dari sini. Mungkin dengan itu, Mas Rega bisa secepatnya melupakan perasaannya padaku.”
    “Jangan pergi dari rumah ini. Biar Mas saja yang pergi dari sini.”ucap Mas Rega yang sudah berdiri dibelakangku.
    “Rega?! kalian berdua anak Mama dan tidak ada yang boleh pergi dari rumah!”ucap Mama marah.
    “Ini demi kebaikan kita semua, Ma… mungkin dengan itu, aku bisa melupakan perasaanku ke Nay. Mungkin juga perasaan ini hanya perasan sesaat.”ucapnya lalu segera keluar dari kamar.
    “Ma, aku aja yang pergi dari sini.”ucapku pelan.
    “Kalian berdua tidak boleh ada yang pergi dari sini!”ucap Mama dengan tegas.
    “Biar aku susul Mas Rega, Ma.”ucapku, lalu segera berlari menuju kamar Mas Rega. Aku masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan alangkah terkejutnya begitu melihat Mas Rega menangis. MAS REGA MENANGIS?!
    “Mas….”panggilku sehingga dia menoleh dan segera menghapus air matanya.
    “Mau apa lagi?”tanyanya dengan tatapan yang tajam.
    “Mas nggak perlu pergi dari sini. Biar Nay aja yang pergi…” Aku segera berbalik meninggalkanya. Namun tanganku ditarik hingga aku menghadapnya kembali. Dia langsung menarikku kedalam pelukannya. Erat. Sangat erat.
    “Mas……”lenguhku pelan.
    “Mas sayang sama kamu, Nay… Biar Mas yang pergi, Mas nggak akan tenang kalo kamu tinggal diluar sendirian.”ucapnya sambil mencium puncak kepalaku.
    “Aku bukan siapa-siapa disini, jadi aku yang pantas pergi…”
    “Kamu bagian dari keluarga ini sejak kamu diadopsi Nay. Jadi jangan berpikiran macam-macam.”ucapnya sambil mengusap kepalaku.
    “Terus Mas akan tinggal dimana?”tanyaku sambil menatap matanya.
    “Mas tinggal nggak akan jauh dari sini, Mas juga akan datang seminggu sekali untuk melihat keadaan Mama.”ucapnya sambil melepas pelukanku.
    “Mas…..”
    “Ya?”
    “Sejak kapan Mas suka sama aku?”tanyaku ragu.
    “Boleh Mas nggak jawab pertanyaan kamu?”
    “Mas harus jawab.”ucapku sambil duduk di sofa kamar Mas Rega.
    “Keras kepala…”umpatnya sambil ikut duduk disebelahku.
    “Jadi?”tanyaku sambil menaikkan satu alisku.
    “Sejak kamu menangis setelah putus dari Bima. Mas merasa kalo Mas benar-benar marah melihat kamu menangis seperti itu. Mas rasanya ingin menghajar habis-habisan mantan kamu yang brengsek itu! Mas ingin selalu ngelindungin kamu dan rasa ngelindungin itu berubah menjadi rasa cinta. Mas nggak mau ada yang menyakiti kamu. Mas sayang sama kamu, Nay….”ucapnya dengan tatapan yang sangat sulit kuartikan. Ia tersenyum tipis.
    “Udah Mas jangan dilanjutin..”ucapku lalu segera bangkit dari sofa.
    “Kenapa?! bukannya kamu yang minta penjelasan dari Mas?!”tanyanya sambil menarikku kembali hingga terduduk diatas sofa.
    “Sudahlah Mas, lupain perasaan Mas ke aku…”ucapku pelan, tidak berani menatap matanya. “Sudah ya, aku mau ke kamar Mama lagi.”ucapku lalu segera bangkit dan membuka pintu. Alangkah terkejutnya begitu melihat Mas Davi berdiri dibalik pintu kamar Mas Rega.
    “Mas Davi?!”ucapku kaget dengan mata yang membulat sempurna.

************************************************
Hai aku langsung update lagi nih, padahal baru bangun tidur, jadi niatnya udah nge-post dari tadi eh taunya ketiduran jadilah baru di post setelah bangun tidur:)))))
semoga suka yaaaaa part yang kedua ini.

Ohya itu yang meluk Nayla ialah Mas Rega^^

Please vote+comment-nya :)) Thank You.

















THIS IS LOVEWhere stories live. Discover now