03. Sebuah Gelang

137 16 3
                                    

Menit telah berganti menjadi jam, kini Kinara telah menunggu di kursi dekat lapangan. Sesuai dengan isi pesan yang ia titipkan di bekal yang ia berikan pada sang pujaan hati, kini ia telah menunggu Jerovan dengan sebuah barang kecil di tangannya.

Sudah hampir dua puluh menit gadis itu menunggu kehadiran sosok lelaki bertubuh tinggi itu, tetapi sosok yang ditunggunya pun tak kunjung datang. Bahkan hingga sekolah sepi.

Wajah cantiknya pun murung seketika. Benar juga, mengapa seorang super star seperti Jerovan mau menemuinya di saat pulang sekolah begini? Bukankan ia hanya buang-buang waktu saja?

Dengan penuh kecewa, Kinara berniat untuk pulang. Namun, suara langkah kaki itu seketika mengurungkan niatnya, bahkan hanya dengan melihat tubuh lelaki berambut hitam pekat itu saja, dapat mengembalikan senyumannya.

"Jero!" panggilnya antusias.

"Cepetan."

Dasar manusia sedikit kata. Jika bukan karena kebaikannya dan pesonanya yang menarik, Kinara pasti sudah terus-terusan memakinya.

"Jadi... gue mau ngasih lo seusatu. TARAA!"

Kinara menunjukkan sebuah gelang berwarna hitam dengan ornamen bintang dan bulan pada Jerovan. "Ini itu gelang couple Jer!" katanya antusias.

"Kita bukan couple."

Satu kata skakmat dari Jerovan tak membuat semangatnya luntur.

"Salah, bukannya bukan Jer. Tapi, belum." Kinara tersenyum pada lelaki yang terus menatapnya dingin.

"Gue gak suka, Kinara." Kata Jerovan penuh penekanan.

Senyum gadis itu sedikit memudar, ia melihat gelang yang susah payah ia buat. Berusaha agar dirinya tak kecewa. "Jelek yaa?"

Sadar akan perilakunya yang berlebihan, lelaki itu berdecak pelan. "Ck. Bukan," katanya menggantung.

"Gue gak suka dikasih barang, sama siapapun. Termasuk lo. No offense, please."

Kinara terdiam, ia merutuki dirinya sendiri yang bodoh. Bodoh karena telah jatuh hati terlalu dalam pada lelaki yang tak menganggapnya. Bahkan, ia rela tak tidur demi membuat gelang itu.

Mengetahui gadis itu tak seceria biasanya. Jerovan menghembuskan napasnya pelan.

"Yaudah, sini."

Hanya dengan dua kata itu, membuat Kinara kembali menatap kedua mata Jerovan dengan mata yang berbinar.

"Yeay!" soraknya kesenangan.

Dengan lancang, gadis itu mengambil tangan kekar milik Jerovan, kemudian memasangkan gelang bersimbol bintang di pergelangan tangan lelaki itu.

"TARAA!"

Kinara menunjukkan pergelangan tangannya yang juga memakai gelang hitam bersimbol bulan. Kemudian menyandingkannya dengan tangan Jerovan.

"Dasar anak kecil," umpat Jerovan pasrah.

"Udah kan?" tanya Jerovan yang dijawab dengan sebuah anggukkan dari Kinara.

"Gue duluan."

Jerovan pamit, tetapi gadis berambut panjang disertai pita itu terus saja berjalan dan mengoceh di sampingnya.

"Tebak kenapa bulan sama bintang simbolnya?" Kinara terus menatap Jerovan yang menatap ke arah jalan.

"Gatau."

"Karena biar bareng terus!" gombal Kinara garing.

Gombalan aneh itu hampir saja membuat seorang Jerovan tertawa. Namun, ia menahannya dan lebih memilih untuk mengucapkan kata lain.

"Aneh."

Kinara sudah terbiasa dengan hal itu. Tapi, satu hal yang baru saja ia sadari. Mengapa Jerovan menggunakan baju basket sekarang?

"Eh kok lo make baju basket Jer?" tanya Kinara basa-basi.

Lagi dan lagi, Jerovan tak habis pikir dengan pertanyaan itu. Jika orang menggunakan baju basket, maka sudah jelas bukan bahwa orang itu akan bermain basket?

"Sparing," jawab Jerovan singkat.

"WOW!" Kinara berteriak di kala sepinya sekolah.

"Jam berapa? Dimana? Sama sekolah mana? Tim basket sekolah kan? Lomba yang tingkat nasional itu ya?"

Beribu pertanyaan itu membuat Jerovan menutup sebelah kuping kanannya.

"Satu-satu napa."

"Hehehe... maaf maaf," kata Kinara malu sendiri.

"MAU NONTON DONGG!" pinta Kinara antusias. "Pokoknya nanti lo bakalan gue support paling kenceng! Nanti—"

"Cuma sparing, gausah nonton."

Penolakan itu membuat Kinara sedikit kesal. "Yah Jer... emangnya kenapa sih kalo sparing? Kan mau nonton!"

"Please please please..." pinta Kinara terus-terusan.

Suara cempreng itu membuat Jerovan semakin muak, hingga mau tak mau ia harus menurutinya, meskipun bukan hari ini.

"Kalo mau nonton, mending besok pas final cup perebutan juara tiga di gor, lawan SMA Garuda."

Mendengar hal itu, Kinara refleks lompat-lompat antusias. "YES! Bener yaa boleh?" katanya sambil menatap Jerovan penuh harap.

"Ya..."

"YEYY!" Kinara bersorak kegirangan.

Mengambil kesempatan itu, Jerovan buru-buru meninggalkan Kinara yang sedang kesenangan.

Menyadari sang pujaan hati yang mulai menjauh, Kinara hanya bisa berteriak saja.

"Hati-hati ya Jero! Besok gue pasti bakal nonton! DADAH!"

Entah Jerovan mendengar teriakannya atau tidak, ia tak peduli. Yang paling penting sekarang adalah ia harus mengajak Gina untuk menonton acara final cup besok.

Matanya melihat gelang yang melekat di pergelangan tangannya, kemudian gadis itu tersenyum manis.

Bahkan hanya dengan melihat gelang pasangan itu saja dapat membuatnya tersenyum. Apalagi membayangngkan seorang Jerovan Biantara?

Kinara pasti sudah gila.

Entah dia yang gila, atau justru pesona Jerovan yang membuatnya gila?

***

terima kasih sudah membaca, semoga suka! lanjut gak nih? 😽

Aku Milikmu | JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang