07 : Pantai

121 11 5
                                    

Srek! Srek! Srek!

Kinara sibuk memainkan pasir berwarna putih di pinggiran pantai. Sama seperti ucapan Kinara kemarin, kini Jerovan si lelaki sempurna itu telah menuruti keinginannya dan justru sekarang ia sedang duduk tepat di samping Kinara.

"Liat!" kata Kinara antusias sambil menunjuk sebuah tulisan yang ia buat.

Jerovan melihat tulisan itu kemudian terkekeh pelan. "Make a wish?" tanyanya meminta penjelasan pada si penulis.

"Lo tau gak sih, katanya kalo kita tulis keinginan kita di pasir atau sebut keinginan kita waktu matahari terbenam, keinginan kita bisa terkabul tau!" jawab Kinara penuh percaya.

"Hah? Hahaha!" Jerovan tertawa pelan. "Dapetin mitos dari mana lo kata-kata begitu?" lanjutnya heran tak habis pikir.

"Ih serius tau!" balas Kinara. "Belum tentu sih, tapi gak ada salahnya kan nyoba?" Kinara menaikkan kedua alisnya menggoda. "Lagian ya, kalo misalnya terkabul terus..."

Gadis dengan rambut terurai itu terus saja mengoceh hingga Jerovan kewalahan sendiri mendengarnya, tetapi kadang menahan tawanya karena omongan Kinara yang tak masuk akal. Ia heran, mengapa ada orang seceria ini?

"... so, waktu matahari mulai terbenam nanti, gue pasti bakalan make a wish!" akhinya, gadis cantik itu mengakhiri kata-katanya.

Jerovan menggelengkan kepalanya heran, kemudian meminum es kelapa hijaunya. "Iya iya, silahkan." Katanya pasrah.

"Ra," panggila Jerovan tiba-tiba.

Kinara menengok ke sumber suara dengan antusias. "Apa? Apa?"

"Lo tuh..." Jerovan menengok ke arah samping untuk menatap wajah cantik gadis itu. "Emang gitu, ya?"

"Hah? Gitu? Gitu gimana Jer?" tanya Kinara penasaran.

"Ceria," jawab Jero singkat.

"Mmm..." gadis itu berpikir sejenak, kemudaian berkata dengan mantap. "Enggak sih, gue mah ceria kalo lagi seneng aja," katanya sambil tersenyum.

"Ooh..." Jerovan ber-oh ria, padahal sebenarnya ia merasa janggal dengan ucapan itu. Setiap Kinara menghampirinya, gadis itu terlihat selalu ceria. Apa jangan-jangan karena gadis itu selalu senang bila berada di dekatnya? Oh tidak, apa yang ia pikirkan? Ia pasti sedang tidak sehat sekarang.

"Jer, ayo make a wish!" ajak Kinara antusias.

"Hah?" Jerovan kebingungan. "Hahaha! Enggak ah, elo aja," tolaknya sambil tertawa.

"IH AYO JER AYO!" gadis itu sedikit memaksa sambil mendorong pelan lelaki kaku itu.

Dengan terpaksa, Jerovan menurutinya. "Oke oke, tapi abis ini makan ya? Gue laper," ujarnya bernegoisasi.

"Oke!" balas Kinara cepat, karena gadis itu juga merasakan hal yang sama.

"Satu, dua, tiga!"

Kinara mulai memejamkan matanya, diikuti Jerovan. Sesuai dengan ucapannya, kini Kinara telah memanjatkan beberapa keinginannya.

Namun, berbeda dengan Jerovan. Lelaki itu justru perlahan membuka matanya, kemudian menatap Kinara yang sedang terpejam. Sedikit senyuman manis terukir di bibirnya saat melihat wajah manis gadis itu. Entah mengapa, akhir-akhir ini gadis bersuara cempreng itu telah membuat dirinya berdebar-debar.

Lama-kelamaan Jerovan jatuh pada kecantikan Kinara, sebelum akhirnya gadis itu membuka salah satu matanya mengintip.

Jerovan yang kaget pun segera mengalihkan padangannya ke arah lain.

Aku Milikmu | JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang