06 : Satu Kata

143 12 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seperti kesepakatan mereka di room chat tadi, kini Kinara telah berada di rooftop sekolah sendirian. Gadis itu melihat jam di ponselnya, kemudian menekuk wajahnya sebal.

"Yang butuh siapa, yang lama siapa," gerutunya kesal.

Tak lama, suara pintu rooftop terbuka begitu saja. Kinara tak menengok sedikitpun ke arah pintu, yang ia lakukan hanya duduk di pembatas rooftop saja.

Jerovan yang baru saja datang segera menghampiri gadis berambut panjang itu dengan khawatir.

"Lo jangan gila, Kinara."

Tanpa meminta perizinan si pemilik tubuh, Jerovan menggendong Kinara begitu saja agar turun dari pembatas rooftop sehingga gadis itu berteriak.

"AAA! APAAN SIH, JER?" protesnya kaget sambil menepuk keras pundak Jerovan.

Lelaki itu menurunkan Kinara sambil melindungi pundaknya yang terus-terusan dipukul.

"Jangan duduk di situ lah, kalo jatoh langsung mati," kata Jerovan berpendapat.

Kinara menjaga jarak dari lelaki itu, kemudian memasang wajah kesal. Lagian, siapa juga yang mau mati sekarang?

"Bukan urusan lo," balas Kinara singkat.

Mungkin ini pertama kalinya bagi Jerovan mendengar intonasi suara Kinara yang dingin seperti itu. Ia semakin merasa tidak enak.

Suasana canggung seketika, hanya ada suara kicauan burung ditemani warna langit yang perlahan berubah menjadi warna oranye yang cantik.

"Tumben gak pake pita." Jerovan basa-basi.

Sebenarnya lelaki itu merutuki dirinya sendiri, basa-basinya sungguh buruk bukan?

"To the point, Jer."

Mendengar itu, Jerovan semakin sadar bahwa apa yang ia lakukan telah membuat gadis yang berada di sampingnya ini berubah drastis dari yang biasanya.

"Gue mau balikin ini, makasih ya."

Jerovan menyodorkan sebuah handuk kecil berwarna biru pada Kinara, sedangkan Kinara segera mengambilnya dan hendak pergi dari sana. Namun, lelaki itu memegang tangannya.

"Gue tau ucapan gue minggu lalu keterlaluan," kata Jerovan penuh penyesalan.

Kinara tak bersuara, ia melepas genggaman tangan Jerovan kemudian berjalan menuju pintu rooftop tanpa memedulikan ucapan lelaki itu sedikitpun.

"Gue cuma gak suka ada orang lain yang ngehina lo, Kinara."

Satu kalimat itu membuat Kinara berhenti melangkahkan kakinya. Ia memutar balikkan tubuhnya penuh dendam, kemudian melempar handuk kecil itu keras ke arah Jerovan.

Dengan sigap, lelaki itu menangkapnya.

"Orang gak boleh ngehina gue. Tapi lo boleh, gitu?" Kinara penuh penekanan.

Jerovan terdiam, ia tahu bahwa dirinya memang salah.

"Brengsek lo!"

Plak!

Kinara melayangkan satu tamparan keras di pipi kanan Jerovan, sehingga membuat lelaki itu terdiam menahan rasa sakit.

Lelaki itu menatap Kinara dalam.

"Maaf."

Satu kata itu membuat Kinara sadar akan semuanya, ia menatap balik kedua bola mata Jerovan yang tulus. Gadis itu merasakan sebuah ketulusan di dalam sana.

"Lakuin lagi sampe puas, Kinara." Jerovan mengambil tangan Kinara kemudian menampar dirinya sendiri dengan tangan mungil itu.

Kinara yang sadar akan kelakuannya pun menghampas tangan lelaki itu begitu saja.

"Cukup, Jer!" bentak gadis itu pada lelaki yang terus-terusan menatapnya.

"Mau maafin gue?" pinta Jerovan lembut.

"Enggak," jawabnya ketus.

Kemudian gadis itu menaruh tangannya di pembatas rooftop, tak ingin melihat wajah lelaki itu yang sedang kecewa.

"Maksudnya... belum."

Seperti es krim yang meleleh begitu saja, hati gadis itu mudah sekali mencair bukan?

Mendengar hal itu, senyuman Jerovan muncul seketika. Entah mengapa. Lelaki itu segera mengambil posisi tepat di samping Kinara.

"Maksudnya?" tanyanya sambil menatap gadis itu butuh penjelasan.

Kinara menengok dan membalas tatapannya.

"Kecuali kalo lo mau nemenin gue liat sunset besok."

***

terima kasih sudah membaca kawan-kawan, semoga kalian suka ya! 🤍

Aku Milikmu | JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang