Please be a smart and wise reader, yes..and don't forget to leave the trace!!!
Sorry for typo and happy reading!!😍***
Jutaan keping salju turun mendarat di bumi menimbulkan rasa dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang. Hujan salju. Bukanlah sebuah hal yang aneh ketika tengah berada di musim dingin seperti sekarang ini. Mantel, syal, sepatu boots, dan sarung tangan selalu menjadi starter pack ketika bedada di luar ruangan di saat situasi seperti ini. Lagi pula siapa yang rela sengaja mendinginkan tubuhnya di tengah cuaca yang amat sangat dingin begini? Kalaupun ada, pastilah orang itu sangat bodoh karena menyiksa tubuhnya sendiri.
Seperti satu orang pemuda berambut hitam lurus yang tengah berdiri di pinggir jembatan di mana ada sungai membentang luas di bawahnya. Dia hanya mengenakan sandal rumah dan jaket biasa seolah kebal terhadap rasa dingin. Sorot sendunya nampak begitu kosong menatap lurus ke depan seolah bentangan sungai berarus tenang itu adalah pemandangan yang sangat indah, padahal jika sungai terlihat berarus tenang justru mempunyai kedalaman yang cukup menyeramkan. Dia sengaja membiarkan rambut hitam legam nan halus itu tertutupi salju. Masa bodoh. Dia memasa bodohkan semuanya.
"Sambut aku sebentar lagi, ya, Hyung. Dunia terlalu kejam untuk anak lemah sepertiku." Ucapan lirih itu meluncur pasti dari bibir tipisnya dibarengi dengan setetes air mata dari mata kirinya.
Kaki itu mulai menaiki pembatas jembatan. Dia amat sangat bersyukur di malam ini jalan tersebut sangat sepi hanya ada dirinya seorang---pikirnya---sehingga kecil kemungkinan akan ada yang memergoki aksi tidak warasnya ini. Senyum itu tersimpul ketika dia telah siap melayang dari jembatan tersebut sebelum mendarat di bentangan sungai bertabur salju di bawahnya.
"Akhh!"
Sial. Usahanya gagal ketika ada satu orang yang menarik tangannya sekuat tenaga sehingga kini dia kembali berpijak di tepi jalan.
Dia menatap tajam orang tersebut yang ternyata menatapnya jauh lebih tajam. "Kenapa kau menarikku? Kau menggagalkan usahaku, brengsek!" desisnya emosi.
Orang itu hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan, tidak seperti tadi yang tatapannya begitu tajam. Namun, dia kembali dibuat tersentak di saat tangan itu merangkul—oh bukan—lebih tepatnya menarik lehernya cukup kencang sehingga jarak tubuh keduanya semakin dekat. Bahkan, deru napas pemuda yang hendak melancarkan aksi gilanya itu begitu terasa hangat di leher si penolong.
"Harusnya kutanya padamu apa yang kau lakukan dengan hal bodoh itu?" tanyanya menekan.
"Tentu saja aku ingin mati!" jawabnya yakin.
Dapat dia lihat jika pemuda yang lebih tinggi darinya itu menyeringai dan detik berikutnya dia dikejutkan ketika ibu jari milik pemuda tersebut menekan lehernya kuat.
"Kalau begitu aku yang akan membuatmu mati."
"Uugghh...uhukk..uhukk..ugghh.."
Erangan dah suara batuk yang menyakitkan itu kian terdengar bersamaan dengan tekanan di lehernya yang semakin kuat saja. Padahal itu hanya ditekan oleh satu ibu jari, tampaknya pemuda itu mengerahkan seluruh tenaga untuk menekannya.
“K-kau... Akkhh...sa-kit..akkhhh...”
Bukannya berhenti, si pelaku justru semakin menekannya kuat. Mata bersorot sendu itu membulat ke atas, semakin lama semakin melotot bak orang sekarat yang hendak melepaskan nyawa dari raganya. Erangan juga masih terdengar dan makin memilukan. Sementara si pelaku justru menyeringai puas, dan kembali melontarkan kata-kata sadisnya.

YOU ARE READING
Torment On Protect
FanfictionRate : 20+ Warning!!! Jangan terkecoh dengan banyak kalimat ambigu di cerita ini. ... Bagaimana jadinya jika si sandera justru merasakan hal yang lain dari si penyanderanya? Wajarkah jika kemudian ada ikatan psikologis yang positif dari si korban pa...