06. Starting to get Interested?

99 16 0
                                    

Halo all apa kabar?
Ada yg nungguin cerita ini ga si?
Oke langsung lanjut aja—wait, jangan lupa vote nya okey<3

Bagi yang sudah lupa dengan alur ceritanya, kalian bisa baca ulang lagi hehe

Happy Reading

Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kini Ananta berjalan menuju gerbang sekolah bersama kedua pengikut sekte.

"Lo yakin mau pulang sama dia?" tanya Areksa.

"Iya, yakin."

"Bukan nanya ke lo!" Areksa mendelik sambil menggeplak punggung lebar Sena hingga sang empu meringis merasakan punggungnya sedikit panas.

"Anta coba dulu aja." Ananta antusias.

"Coba? Maksudnya?" bingung Areksa.

"Ya, siapa tau Arga berubah pikiran mau pulang bareng Anta."

"Lah! Lo belum bilang kalo lo mau ikut pulang ke dia?" sahut Sena.

Ananta menggeleng, tersenyum seperti tidak ada dosa sama sekali, "Nggak."

"Terus tadi pas istirahat lo ngilang, lo bilang mau pulang sama Digo?"

"Sekarang berubah pikiran. Sekarang Anta mau pulang sama Arga lagi."

Ananta merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan mulai memanggil seseorang.

"Hallo? Lo di mana?"

"Digo duluan aja, ya. Bye!"

"Lah, ko—"

Tut!

Setelah memutuskan telepon, Ananta berlari kecil menuju parkiran di mana ada Arga di sana.

Areksa menunduk, tertawa pelan tanpa suara. Tangan kanannya kini terangkat untuk mengusap dadanya. Sungguh, kalau boleh jujur, Areksa sangat tertekan jika bersama dengan Ananta.

"Untung lo temen gue, kalo bukan dah pasti gue kebiri burungnya. Iya ga, Sen?" Areksa menggerutu, namun kini kekesalannya bertambah karena orang yang ia ajak ngobrol sudah tidak ada di sisinya.

"SENA BABI!"

*****

"Arga!" Arga menoleh ke arah sumber suara.

Arga menatap Ananta yang tengah berlari dengan kaki pendeknya. Melihat itu membuat Arga tersenyum.

Namun beberapa detik kemudian ia pun tersadar dari lamunannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan mata.

Gila! Ngapain lo senyum-senyum! Lo udah gila Arga!

"Arga." panggil Ananta pelan. Namun tidak ada sahutan dari Arga.

"Arga?" belum ada sahutan juga.

Ananta memejamkan mata sambil menghela napasnya, " Arga!" Ananta menepuk bahu lengan Arga lumayan keras.

Kedua mata Arga terbuka lebar, tubuhnya kini berhadapan dengan tubuh kecil Ananta yang tingginya hanya sebatas dadanya.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya, namun Arga bisa mempertahankan ekspresi datarnya.

"Apa?" tanya Arga dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sungguh, ini adalah sejarah paling memalukan dalam hidup seorang Argantara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMERTA: The Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang