016

5K 326 3
                                    

Fatah berdiri sendiri di depan gerbang sekolahnya sambil asik bermain hp. Dia berharap dapat bertemu dengan Gilang yang mungkin menunggunya di sepan gerbang SMK di seberang sana, tetapi sudah beberapa menit sejak bel pulang sekolah berbunyi, Gilang masih belum keliatan juga.

Fatah akhirnya menghentikan aktivitasnya bermain hp dan mulai celingukan mencari sosok yang ia harapkan akan menunggunya disana. Pikirannya melayang bebas memikirkan hal-hal yang belum pasti, membuat hatinya sedikit gelisah karena tidak bisa mendapati sosok yang dia cari. Kakinya terus bergerak-gerak kecil, tak bisa diam.

"Fuh~" Fatah bergidik kaget dan spontan menoleh ketika merasakan ada yang meniup telinganya dari sebelah kanan. Dan ternyata, pelakunya adalah Gilang. "Nungguin siapa nih manis?" tanyanya dengan nada seperti om-om mesum yang suka menggoda wanita.

"Ish" Fatah memukul Gilang asal. Alisnya menukik dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Kenapa gua dipukulin mulu dah?" protes Gilang berbanding terbalik dengan hatinya yang merasa puas karena dia tau bahwa dia berhasil membuat Fatah salah tingkah.

"Lu dari mana sih?"

"Oh jadi daritadi tuh lu nungguin gua?" Satu pukulan lagi kembali Gilang dapatkan, tapi yang ini jauh lebih keras dari yang sebelumnya sampai membuatnya sedikit merasakan panas menjalar di lengannya. "Ini gua abis beli batagor noh di abang-abang yang itu. Ambil nih buat lu!"

Fatah menerima bungkusan batagor itu dengan bingung. "Lu beli satu doang? Buat lu mana?" tanyanya.

"Udah makan aja itu buat lu. Gua mau naik motor kan gak bisa sambil makan. Oh ya lu mau balik kan? Ayo ke parkiran bareng nih gua juga mau balik. Motor lo diparkir disebelah mana? Sini biar gua keluarin dari parkiran"

"Gua gak bawa motor" ucap Fatah setelah menelan batagor dalam mulutnya.

"Loh terus lu baliknya gimana?"

Fatah hanya bergumam tak jelas dan menggedikan bahunya tak acuh. Dia memakan batagornya dengan santai, pura-pura tidak memperdulikan kehadiran Gilang disebelahnya.

Beberapa menit Gilang sempat diam kebingungan, tapi kemudian dia menyadari sesuatu. "Oh kode minta pulang bareng sama gua, ya? Bilang dong. Ayo lah gas" ucapnya sambil cengengesan karena senang.

"Ayo" sahut Fatah dengan pelan.

Refleks Gilang menoleh untuk menatap Fatah dengan wajah terkejut yang dibuat-buat. "Ih ih ih, kesambet apaan nih ketua Sinister akhirnya mau boncengan sama gua dengan suka rela gini?"

Fatah melotot marah menatap Gilang. "Lu kalo gak mau nganterin gua balik yaudah biar gua pesen ojol aja, gausah nyindir-nyindir gitu!!"

Gilang tertawa puas karena bisa menjahili Fatah dan dengan cepat langsung menahan tangan Fatah ketika dia hendak berbalik pergi. "Enggak nyindir itu sebagian ucapan syukur karena akhirnya lo mau balik bareng gua. Gua nih lagi seneng banget, anjir" jelas Gilang dengan intonasi yang lebih halus dari biasanya.

Fatah terperana sedetik sampai dia kembali pada tabiatnya semula. "Yaudah buruan mana motor lo? Panas nih!"

"Siap paduka. Mohon ditunggu sebentar" canda Gilang yang kemudian berlalu pergi mengambil motornya.

Tidak perlu waktu lama untuk Gilang kembali lagi dengan membawa motor. "Ayo naik!" ajak Gilang yang sudah berhenti tepat didepan Fatah berdiri.

Bukannya naik ke atas motor sesuai apa yang Gilang perintahkan, Fatah justru menyuapi Gilang dengan batagor terakhir yang tersisa dibungkus miliknya. "Buka mulut lu, Lang!"

Gilang, yang masih bingung dengan tingkah Fatah, hanya membuka mulutnya sehingga Fatah bisa memberinya satu suapan batagor. Gilang benar-benar bingung. Pikirannya melayang, bertanya-tanya mengapa Fatah bertingkah seperti ini. Mungkin karena pernyataannya di rumah sakit semalam, yang bilang bahwa Fatah mencoba untuk membuka hati untuknya? Gilang merasa bahwa situasi seperti ini tidak baik untuk kesehatannya, karena sekarang saja dia bisa merasakan jantungnya berderak tak katuan.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang