017

4.9K 327 9
                                    

Malam itu, lapangan luas di depan markas Zero dipenuhi oleh kerumunan orang. Semakin ramai saat Fatah dan rombongan Sinister tiba dan langsung disambut baik oleh ketua Zero, Samuel.

Mereka dipersilahkan masuk dan bergabung. Suasana di acara tersebut begitu penuh semangat. Terdengar tawa riuh dan musik yang menggema di udara. Semakin malam semakin ramai rombongan yang datang dari setiap geng dengan membawa keseruan yang mereka ciptakan. Mereka saling menyambut dengan hangat, dan bersenang-senang bersama menikmati acara ini.

Fatah bergabung dengan Fino dan Samuel yang tengah berbincang. Menyapa Samuel sesaat dan larut dalam obrolan yang mereka ciptakan.

"Sam, lu inget tawuran setahun lalu-"

"Ya enggak lah. Lu gila? Kita tawuran udah sering kali tawuran, ya mana bisa gua inget tawuran setahun yang lalu" sungut Samuel memotong ucapan Fino. Dia cengengesan kikuk ketika mendapati Fino yang sudah menatapnya jengah. "Hehe, iya iya maaf. Apaan sih? Tawuran setahun lalu yang mana?"

"Yang katanya ada kabar burung geng lawan narikin orang-orang buat ikut jadi pasukannya. Kita lawan siapa hari itu?" tanya Fino lagi dengan lebih jelas.

Samuel diam dengan ekspresi penuh keraguan, mencoba keras untuk mengingat-ingat sesuatu yang terjadi setahun yang lalu. Wajahnya terlihat serius dengan alis yang menukik, menunjukkan kebingungan yang jelas kentara. Samuel sedang berusaha menyusun potongan-potongan memori yang tersebar di pikirannya, menyusuri setiap peristiwa tawuran yang mungkin pernah mereka lakukan untuk mencapai memori tentang tawuran satu tahun yang lalu.

"Yang kita sempet di introgasi polisi karena dikira ada korban jiwa itu bukan?" tanya Samuel memastikan.

Sekarang gantian Fino yang diam mencoba mengingat. "Gua gak yakin sih" gumamnya pelan.

"Oh yang akhirnya kebukti gak ada korban jiwa di tawuran hari itu kan?" Samuel mengangguk mengiyakan pertanyaan Fatah. "Lu tau gak itu korbannya meninggal karena kenapa?"

"Kayanya gua sempet denger korbannya meninggal karena dibegal gitu lah, tapi ada yang bilang dia ribut sama penagih utang, ya pokoknya bukan meninggal di tempat kejadian tawuran. Itu juga pihak keluarganya lapor polisi pas jasadnya udah mau dimakamin kan katanya" jawab Samuel sedikit ragu dengan ucapannya.

"Kita lawan siapa hari itu?" tanya Fino serius.

"Astral? Kayanya sih iya kita bentrok sama Astral, tapi kalo sekutunya gua gak yakin siapa aja, yang gua inget cuman Astral"

Fino mengernyitkan alisnya. "Astral?"

"Iya. Yang gua denger itu tawuran terakhir geng Astral. Setelah itu Astral gam pernah kedengeran lagi"

"Mereka udah gak aktif? Bubar?"

"Gak tau ya, tapi gak pernah denger juga tuh kalo mereka bubar. Kaya yaudah ilang aja gitu. Ketuanya aja gak pernah keliatan. Mungkin mereka pindah"

"Jadi Astral yang ngajak orang-orang random gitu buat gabung jadi pasukannya?" tanya Fatah terperanjat.

"Ya gak tau. Itu kan cuman kabar burung aja. Gak tau bener apa enggak"

"Oh gitu" Fatah mengangguk-ngangguk mengerti. "Oke deh makasih ya, Sam"

"Yoi. Gua tinggal kesana ya, bro" Samuel berlalu pergi, walaupun dengan tanda tanya yang tidak dia suarakan.

Kemudian hening menyelimuti. Fatah dan Fino larut dalam pikiran mereka sendiri, kemudian mereka saling beradu pandang yang penuh makna. Fino akhirnya memberikan gelas minumannya yang belum tersentuh kepada Fatah sambil bilang, "Jangan dibawa pusing! Ini biar gua yang urus." Fatah hanya menghela napas lelah sebagai tanggapannya.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang