Pagi ini, Nara menyantap sarapan bersama bibi, paman dan Cheong-san. Ia mengikuti langkah sepupunya itu menuju apartemen On-jo. Mereka akan pergi bersama kesekolah. Tapi, seperti biasa, mereka akan kembali mengundi siapa yang harus membawa tas ketiga remaja tersebut. Dan kali ini On-jo lah orangnya.
Gadis itu nampak enggan membawa tas kedua sahabatnya. Ia memilih berjalan gesit kearah lift dengan cepat lalu segera menutup pintu lift itu. Nara dan Cheong-san tak tinggal diam. Mereka memilih tangga untuk turun. Namun, ini merupakan ide buruk.
" Aku benar benar lelah." Nara bertumpu pada lututnya. Ia masih berada di lantai 2. Nafasnya memburu. Ia seperti kehabisan energi untuk kembali melanjutkan langkahnya. Nara menyesal mengikuti ide cemerlang Cheong-san. Pemuda itu pasti sudah tiba dibawah sana.
Dan benar saja, ia tidak menemukan siapapun ketika telah berada dibawah. Nara mengumpat kesal seraya melirik jam tangannya, sedikit terkejut karna ia berpotensi terlambat. Tanpa pikir panjang, Nara segera berlari dengan kecepatan maksimum yang ia miliki. Namun usahanya gagal. Tetap saja ia tercatat sebagai salah satu murid yang datang terlambat walaupun hanya sekitar lima menit. Nara juga menemukan On-jo dengan dua tas ditubuhnya juga Cheong-san yang nampak lenggang. Agaknya Cheong-san tidak terlambat seperti kedua gadis itu. Pemuda itu masih setia meledek On-jo. Lalu pandangannya bertemu dengan tatapan jengkel Nara. Ia berlari menjauh daripada harus menjadi sasaran empuk amukan sepupunya itu.
On-jo telah selesai menulis namanya di kertas dengan kumpulan siswa yang telat. Ia melangkah menuju kelas. Sedangkan Nara, antriannya belum juga tiba. Ia harus menunggu sedikit lebih lama.
(@_@)
Kini, ia berada dilapangan. Nara melihat punggung lebar Suh-yeok yang dibalut blezer. Gadis itu menyeringai jahil. Nara punya ide bagus. Ia mengeluarkan pencil dan kertas dari dalam tasnya. Lalu menuliskan sebuah kata 'aku masih lajang. Para gadis menghindariku. Mereka bilang bau kaki Suh-yeok begitu menyengat.' diatas kertas.
Nara menghampiri Suh-yeok, lalu menepuk punggung pria itu dengan keras. Tujuannya tentu agar kertas kejahilannya dapat tertempel dengan baik dan tidak mudah terlepas. Rencananya berhasil dan berjalan mulus. Kini, suh-yeok tengah menatapnya bingung.
Nara segera merangkul bahu pemuda itu.
"Apa yang terjadi dengan mu?" Pemuda itu nampak bingung dengan sikap Nara yang merupakan musuh bebuyutannya. Ia tidak tau bahwa, ia menjadi korban kejahilan Lee Nara. Nara menggidik bahu acuh sebagai jawaban dari pertanyaan Suh-yeok. Tangan gadis itu masih merangkul pria tinggi disampingnya.Pandangan mata keduanya bersibobrok dengan kelompok pembully myeonghwan.
"Sepertinya kekasihmu berulah lagi. pergilah kekelas lebih dulu." Suh-yeok menyusul kelompok pembully itu. Nara tak menuruti perintah. Setelah dirasa punya jarak cukup jauh, Ia lebih memilih mengikutinya sampai gedung yang masih dalam pembangunan. Apa yang akan mereka lakukan disini?
Matanya membulat lebar ketika ia menyaksikan Gwi-nam dan salah satu anak buah myeonghwan membuka paksa pakaian Eunji. Gadis itu menutup mulut dengan telapak tangannya. Ia tak menyangka bahwa Gwi-nam sebejat ini. Suh-yeok menyadari kehadiran Nara yang sepertinya shock berat.
Mereka mulai merekam Eunji yang telanjang. Hal ini tentu tak bisa dibiarkan. Ia mulai melangkah menghampiri Eunji. Sementara Gwi-nam dan yang lain tampak terkejut akan kedatangan gadis itu. Nara melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh Eunji yang sama sekali tak berbusana. Seragam gadis malang itu nampaknya sudah rusak karna dirobek kasar.
Myeonghwan mendekat kearah Nara. Ia mulai mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Oh gadis baru? Apakah kamu menawarkan diri untuk direkam juga? Sepertinya kamu lebih cantik daripada dia." Omong kosong, Nara menampar myeonghwan sebelum tingkahnya makin kelewatan. Namun tak sampai disitu, myeonghwan kembali membalas tamparan Nara dan menendang tubuh gadis itu hingga menghantam tembok dengan keras.
Gwi-nam hanya diam. Ia memang laki laki pengecut disini. Gwi-nam menghampiri Nara hendak membantunya berdiri. Jelas gadis itu tengah kesakitan sekarang. Nara menghempas tangan Gwi-nam dengan kasar. Ia berdiri sendiri, lalu menghampiri Eunji. Menggandeng tangan gadis itu untuk keluar bersama.
"Kamu baik baik saja?" Eunji bertanya kepada Nara.
"Hem aku baik baik saja." Nara tersenyum, hatinya menghangat karna sapaan Eunji.
Suh-yeok memperhatikan interaksi keduanya. Dulu pemuda itu juga bergabung dengan kelompok pembully myeonghwan. Seni bela dirinya memang bagus. Namun, ia sadar telah menyalah gunakan kemampuannya. Tak ada yang keren dari membully seseorang. Bahkan kau akan terlihat seperti pecundang.
"Yak kenapa Lee Nara jadi seberani itu sekarang? Apa dia berpacaran dengan suh-yeok?" Myeonghwan bergumam kesal. Kepergian Nara, Suh-yeok dan kedua korban bulliannya membuat myeonghwan kesal.
Ia menatap Gwi-nam yang masih terpaku ditempatnya.
"Apa kamu masih menyukai Nara?" Gwi-nam menoleh kearah myeonghwan yang kini tengah memasang senyum jahatnya.
"Bukan urusanmu!" Gwi-nam memilih pergi, lagi pula sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Ia melangkah menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Luck Together
Actionꜱᴇʙᴜᴀʜ ʙᴇɴᴄᴀɴᴀ ᴍᴇɴɢᴇʀɪᴋᴀɴ ᴛɪʙᴀ ᴛɪʙᴀ ᴛᴇʀᴊᴀᴅɪ ᴅɪ ꜱᴇᴋᴏʟᴀʜ. ᴏʀᴀɴɢ ᴏʀᴀɴɢ ꜱᴀʟɪɴɢ ᴍᴇɴʏᴇʀᴀɴɢ ꜱᴀᴛᴜ ꜱᴀᴍᴀ ʟᴀɪɴ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴘᴀɴᴅᴀɴɢ ʙᴜʟᴜ. ᴛɪɴᴅᴀᴋᴀɴ ᴀɴᴀʀᴋɪꜱ ᴍᴇᴍᴘᴏʀᴀᴋ ᴘᴏʀᴀɴᴅᴀᴋᴀɴ ꜱᴇɢᴀʟᴀɴʏᴀ. ᴅɪꜱɪᴛᴜᴀꜱɪ ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ɪɴɪ, ᴀᴋᴀʟ ꜱᴇʜᴀᴛ ꜱᴇᴀᴋᴀɴ ʙᴇʀʜᴇɴᴛɪ ʙᴇʀꜰᴜɴɢꜱɪ. ʙᴀʜᴋᴀɴ ᴊᴀʟᴀɴ ᴋᴇʟᴜᴀʀ...