FRIENDSHIP

614 49 3
                                    

Nara duduk disamping Ji-min. Ia tengah menunggu seseorang. Gelagatnya mungkin gelisah dan tampak tak nyaman.

"Nara-yaa ada apa denganmu?"

"Aku... Aku baik baik saja." Nara mengangguk yakin. Namun Ji-min malah semakin penasaran dengan apa yang mengganggu pikiran Nara. Ia mulai menelisik ekspresi gadis itu, sementara Nara tampak risih dengan sifat Ji-min.

"Mworago?!" Nara menatap Ji-min jengah. Sementara gadis itu tersenyum jahat.

"Ada sesuatu yang harus ku bicarakn dengan mu?" Ji-min berkata dengan nada serius. Ia mulai membisikkan Nara sesuatu.

"Wujin menyukaimu, jangan berpura pura kau tak mengetahuinya. Mulailah balas cintanya. Kau tau aku sudah mengejar Wujin, sejak kita sekelas di kelas awal SMA. Namun ternyata dia menyukaimu Nara. Setidaknya aku ingin melihat Wujin bahagia dengan wanita yang dia sukai." Sedari tadi Nara meminta Ji-min untuk menghentikan omong kosong itu. Namun, Ji-min tak juga berhenti sampai ia selesai mengatakan segalanya. Segala sesuatu yang mengganjal pikirannya Selama ini. Meskipun dirinya tau sekarang bukan waktu yang tepat.

Ji-min tau hubungannya juga Nara merenggang semenjak ia tau soal perasaan Wujin pada teman sebangkunya dulu -Nara-. Ia merasa dikhianati oleh Nara juga Wujin.
Padahal dirinya juga tau Nara tak pernah menggubris perasaan laki laki itu. Nara tak menyukai Wujin. Itu kenyataan. Namun rasa tak suka akan Nara terus berkembang pesat pada diri Ji-min. Ia memilih menjauh dari Nara, sembari mengembalikan pikiran jernihnya. Kini ia paham bahwa tindakannya selama ini benar benar salah.

Ia tak pernah bisa memaksa perasaan siapa pun. Nara juga Wujin.

"Apa yang kau bicarakan bodoh. Aku dan Wujin kami bertetangga. Aku sering bermain dengan kakak perempuannya. Kami hanya teman." Nara sudah pernah menceritakan tentang itu pada Ji-min. Tetap saja gadis itu keras kepala dengan mengatakan bahwa Wujin mempunyai perasaan-lebih dari teman- padanya.

"Arra! Aku hanya mencoba mengeluarkan salah satu beban pikiranku." Ji-min menyaut dengan wajah geram. Membuat Nara menarik kedua pipi gadis itu dan mulai menariknya kesana kemari.

"Shibal. Hentikan!" Nara terkekeh melihat ekspresi kesal Ji-min. Sudah lama rasanya ia tak bercanda dengan gadis itu. Bahkan jika diingat ingat kembali mereka begitu jarang bertegur sapa walau kembali  sekelas.

"Nee eomma!" Ji-min melayangkan pukulan kebahu Nara.

"Eomma melakukan kekerasan!! Haruskah aku berlari kearah appa dan berlindung?"*Nara

"Dasar gadis gila" *Ji-min.

Mereka berdua sama sama tertawa. Menertawai kebodohan keduanya.

┗⁠(⁠•⁠ˇ⁠_⁠ˇ⁠•⁠)⁠―⁠→

"Mwo??..Kenapa ponselnya bisa jatuh?" Nayeon berteriak pada Onjo.

"Hentikan!! itu tidak penting sekarang." Gyeong-su mencoba menengahi. Walaupun nyatanya ia sedikit kesal dengan kecerobohan Onjo.

"Kenapa kamu ikut campur?" Nayeon menatap Gyeong-su tak suka.

"Ini terjadi Karna kau tak menahan pintunya!"

"Mwo?"*Gyeong-su

"Jika kau menahan pintu, pak Kang tak akan masuk! Kita semua hampir mati karna mu!" Nayeon menaikan nada suaranya. Gadis itu memang terlihat paling egois.

"Seharusnya kau saja yang menahan pintu!"

"Dasar bedebah menyebalkan!" Gyeong-su menghampiri Nayeon. Pria itu terpancing emosi.

Yang lain mulai mengingatkan untuk tidak memulai pertengkaran. I-sak membawa Gyeong-su menjauh dari Nayeon.

Nayeon tampak begitu frustasi. Namun bukan hanya dirinya seorang yang kini kehilangan akal sehat. Mereka semua. Mereka semua bahkan tak bisa berpikir jernih sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi? Semua tampak kacau dan begitu tak terkendali.

"Dimana Suh-yeok?" On-jo menatap kearah semua teman sekelasnya.

"Nara-yaa apa kau tau? Bukankah kamu yang berada dibarisan paling belakang?"

"Ya, aku melihat Suh-yeok melawan beberapa zombie. Tapi aku yakin dia selamat. Suh-yeok cukup atletis. Dia pasti akan kembali bergabung dengan kita." Nara mencoba menyakinkan teman temanya. Semua tampak percaya karna memang yang dikatakan Nara benar. Namun beberapa orang meragukannya. Tak dapat dipungkiri mereka juga merasa khawatir. Tapi tak bisa berbuat apa apa.

On-jo mulai menjauh menunju jendela. Nara dan I-sak mengikuti langkah gadis itu.

"On-jo yaa mianhe." Ucap Nara, dia tau perasaan Onjo sekarang. Pasti gadis itu sedih karna Suh-yeok mungkin berada dalam bahaya. Suh-yeok adalah orang yang Onjo suka. Dan tadi pagi ia baru saja mengungkapkan perasaan nya pada laki laki itu.

"Itu bukan salahmu Nara-yaa." Nara tersenyum, ia kira Onjo akan marah padanya.

I-sak dan Nara mulai menghibur Onjo. Huh...Onjo tetap saja murung. Kedua gadis itu mulai meminta Cheong-san untuk menghibur hati Onjo.

suara dari speaker didalam lab sains berdengung, setelahnya terdengar suara seseorang. Itu Bu Sunhwa. Ia menghimbau agar semua orang disekolah mencari tempat aman dan berlindung sampai bantuan datang. Ataupu keluar dari sekolah jika memungkinkan. Ia juga meminta agar orang orang yang mempunyai ponsel untuk segera menghubungi polisi dan pemadam kebakaran.

Suasana begitu emosional. Bu Sunhwa mulai berbicara lagi. Kali ini, seperti benar benar berbicara tertuju untuk  mereka. Ia tampak bingung dengan apa yang terjadi. Dan meminta maaf Karna tidak dapat membantu. Nara mulai menyadarkan kepalanya pada bahu Onjo begitu pula dengan I-sak.

Para zombie tampak mengerubungi speaker dilorong. Mahluk mahluk itu berlari tak menentu. Menggila dan membuat kekacauan.

Aduh ngak kerasa udah beberapa part yang aku tulis(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Tengkyu buat vote dan komenannya(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

Kalian dapet Salam hangat dari delaaa(⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Jangan lupa vote dan komen ya bestiee. Karna itu buat aku nambah semangat untuk cepet update.┌⁠(⁠★⁠o⁠j☆⁠)⁠┘

Good Luck Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang