1 Month later...
Sudah sebulan hubungan Gara dan Kalinda berjalan. Tapi akhir-akhir ini, Kalinda merasa aneh dengan sikap Gara yang selalu menolak jika diajak untuk bertemu.
Selalu alasan yang sama, ingin menyelesaikan tugas-tugas terlebih dahulu, baru menyibukkan diri untuk dirinya. Jujur, Kalinda lelah dibuatnya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, itu sudah menjadi tujuan Gara untuk menyelesaikan pendidikannya.
"Gara belum ada chat lo?" Julia bertanya usai menghabiskan makanannya.
Kalinda memilih untuk berlama-lama dikampus demi melihat wajah kekasihnya. Dilanda kesibukan mengerjakan skripsi membuat Gara harus bolak-balik ke kampus, atau bahkan menetap di kampus sampai sore.
"Belum, seharian ini gue belum liat dia."
Julia tersenyum melihat Lingga dan Yudha berjalan menghampiri keduanya, memilih duduk berhadapan setelah memesan makanan. Kantin masih belum terlalu ramai, sebab masih jam-jam kelas berjalan.
"Ceritain dong pengalaman lo waktu KKN."
Yudha menanggapi perkataan Julia dengan senyuman, mau cerita apa dia. Kegiatan KKN ada seru dan tidaknya, ia susah menjabarkannya.
"Ya gitu-gitu aja, dibilang seru karna dapet pelajaran dan pengalamannya, yang gak seru nya itu pada susah diatur, berisik, banyak mau nya. Tapi untungnya yang se-jurusan sama gue bisa di omongin."
"Untung jurusan gue belum, denger cerita lo jadi sekacau apa nanti kalo anak Farmasi ikut KKN." Lingga menanggapi, membuat Yudha terkekeh.
"Ambil senengnya aja."
Lingga mengangguk, netranya kini menatap Kalinda yang hanya diam melamun, raut wajahnya seperti tak bersemangat.
"Lin, lo kenapa?" Pernyataan Lingga membuat Kalinda tersadar, lalu setelahnya menggeleng.
"Hari ini gue belum liat Gara, kemana tu anak?"
Lingga berniat menanyakannya pada Kalinda. Merasa ditanya, Kalinda hanya menggeleng pelan. Ia juga belum melihat Gara seharian, ditambah pesannya juga belum dibaca.
"Apa tu anak gak kuliah?"
"Gak mungkin, dia kan ngejar sidang, kalo skripsi nya selesai terus di acc, lulus dia."
Ucapan Yudha membuat Kalinda terkejut, kenapa dirinya tidak tahu? Apa ini yang menjadi penyebab Gara jarang untuk bertemu dengannya? Tolong, Kalinda sudah berpikir yang tidak-tidak.
"Tau darimana lo?"
"Kemarin dia bilang, main ke kamar gue terus ngeluh. Kapan selesainya skripsi, dia juga kangen sama Kalinda."
Kalinda mengerjapkan matanya kala namanya disebut, netra ketiga temannya tertuju padanya.
"Terlalu maksain diri, kadang gue kasian sama Gara. Ngejar hal terlalu cepet, padahal orang masih bisa santai. Lain kalo dia, harus dapet kalo mau nyantai." Yudha mengangguk, menyetujui ucapan Lingga.
✧✧✧
Gara diam, menatap Heru di depannya. Dengan pakaian berwarna orange bertuliskan TAHANAN. Ia tatap lamat sang ayah yang hanya menunduk, tak berani menatap Gara.
"Maafin ayah, Gara..."
Gara muak dengan ucapan Heru yang hanya mengeluarkan kata maaf, maaf, dan maaf. Gara memaafkan ayahnya tapi tidak untuk melupakan perbuatannya dulu.
"Pulang saja nak, ayah gak pantes untuk dikunjungi, apalagi kamu."
Gara ingin menangis rasanya, penyesalan memang selalu diakhir. Heru tak luput dari perannya sebagai sosok ayah, walau hati nya dulu sempat mengguncangkan lingkaran keluarga. Mau bagaimana pun Gara tetap menganggap nya sebagai ayah, walau terkadang bayang-bayang masa lalunya tak luput dari otaknya.