6. Boleh Gak?

4.5K 679 118
                                    

Selamat soreeeee para jomblo!!!
.
.
.

Di jam makan siang, Jerry nampak serius di pojok kantin rumah sakit. Tangan kanannya dia pakai menyuap nasi, tangan kiri dan matanya fokus pada ponselnya yang sedang menampilkan media sosial milik Kalya yang diberitahu Ansha. Lelaki itu memiliki hobi baru sekarang, setiap kali ada waktu luang, Jerry akan segera menggali berbagai macam media sosial Kalya, mengamati setiap foto wanita cantik tersebut, dan tersenyum untuk tiap satu fotonya.

“Wih boleh juga tuh.”

“Bangke! Kaget gue!” Jerry nyaris menjatuhkan ponselnya karena terkejut dengan kehadiran Saga tiba-tiba. Sahabatnya itu terkekeh, kemudian ikut duduk di samping Jerry untuk makan siang bersama.

“Siapa Jer?” Saga menunjuk ponsel Jerry dengan dagunya.

“Kalya.”

“Yang kemarin lo kasih tau itu?” Saga merebut ponsel Jerry, ikut melihat-lihat foto Kalya. “Pantes demen, selera lo banget sih ini kalau dari segi penampilan. Udah lo coba deketin?”

“Baru kemarin gue makan berdua sama dia.”

“Buset, sat set juga. Emang gak diragukan sih, mantan playboy kelas teri.” Jerry tertawa. Dia bahkan sengaja mengirim pesan dengan dalih salah kirim kepada Kalya agar bisa memulai topik pembicaraan. “Tapi Jer, gue mau ngingetin aja sih. Lo udah gak muda, anak juga udah dua, kalau mau seriusin Kalya gak usah ditunda-tunda.”

“Maunya juga gitu. Doain ajalah yang baik-baik. Kalya juga baru putus sama cowoknya, gak mungkin langsung gue ajak serius.”

Di lain tempat, Kalya nampak serius membantu Clara memasang hair extension kepada pelanggan salon. Sahabat Kalya tersebut memiliki salon rambut, meski salonnya sudah besar dan memiliki banyak pegawai, Clara tidak jarang turun tangan langsung melayani pelanggannya, dan Kalya yang beberapa waktu ini tidak memiliki kesibukan apa-apa selain mengajar, tidur, terkadang menjadi asisten dadakan Clara. “Gimana Kal lo sama Jerry?” Clara bertanya di tengah aktifitas.

“Apanya yang gimana?”

“Jalan, 'kan lo semalem sama dia?”

“Jalan apa? Orang makan doang.”

Clara menatap malas sahabatnya. “Sama aja. Kenalin dong kapan-kapan ke gue. Biar gue bisa menilai secara langsung gimana sosok Jerry.”

“Asik sih orangnya. Topiknya ada aja, cuma kadang cringe. Mungkin gitu kali ya selera humor orang seumuran dia.”

“Jerry sama Tama gantengan mana?”

Gerakan tangan Kalya berhenti. Dia menatap sebal Clara. “Udah di bilang jangan bahas Tama.”

“Cuma perbandingan aja lho Kal. Sensi bener.”

“Gue males sebenernya mengakui ini. Tapi mereka berdua sama-sama ganteng. Ngerti gak sih? Gantengnya tuh gak bisa di bandingin. Kita sama-sama tau, Tama tipe cowok yang gantengnya nakal dan kekinian banget. Sementara Jerry ganteng yang kayaknya dari orok tuh udah paripurna, gantengnya orang kaya, aura duitnya gak bisa bohong, yang kalau Jerry jatuh miskin pun dia tetep kelihatan kaya.”

Clara tersenyum penuh arti. “Tunggu-tunggu, kita kelarin dulu kerjaan yang ini, habis itu nongkrong bahas Jerry. Kok gue jadi gemes denger cerita lo tentang Jerry.” Clara paling tidak bisa menahan diri untuk tidak bergosip. Dia langsung mengajak Kalya ke kafe dekat salonnya dan membahas lebih lanjut soal Jerry di sana. “Jerry kerjanya apa Kal?”

BAD JERRY [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang