11-Sajen, Satan, Abadi

108 8 0
                                    

Kali ini udah tahu dong ya, siapa Rendi itu sebenarnya?

Happy reading ⛰️

••••

Rendi yang tadinya ingin menangkap Mirna, kembali mundur saat melihat Mirna juga membunuh dirinya sendiri. Rendi terduduk di atas tanah saat melihat ibunya yang sangat dia sayangi kini telah tiada, Rendi tidak akan pernah menerima kejadian ini.

Darah telah berceceran dimana-mana, semua warga bergotong royong membawa kedua jasad penari itu untuk di bersihkan lalu segera di kebumikan. Mereka bingung akan menyalahkan siapa disini, sedangkan Mirna sang pelaku, malah membunuh dirinya sendiri.

Setelah jasad ibunya di kebumikan, Rendi kembali ke rumah ditemani oleh Bagas. Namun, Rendi tidak berbicara sepatah katapun dia hanya melamun menatap kosong jendela.

"Rendi? Tidur gih!" titah Bagas namun Rendi tidak bergeming.

"Sajen, satan, abadi." Rendi berlalu pergi kedalam kamar nya. Bagas bingung dengan apa yang di ucapkan oleh anak lelaki itu, Bagas memilih untuk segera tidur walaupun matanya sulit sekali untuk terpejam, rasanya sakit sekali melihat Tina dibunuh di hadapan nya sendiri.

Rendi keluar dari rumah melalui jendela, matanya kosong menatap jalanan gelap yang sekarang sedang dia lewati. Mulut nya terus berucap 'Sajen, Satan, Abadi' tanpa henti.

Sampai kakinya membawa Rendi ke hadapan sebuah kuburan baru, dengan masih mengucapkan Sajen, Satan, Abadi. Rendi berjalan menuju cangkul yang berada di didekat pohon lalu segera menggali kuburan itu.

Seperti bukan Rendi yang masih berusia 13tahun, tenaga nya tiba-tiba menjadi sangat kuat mengangkat cangkul itu. Mulai menggali sampai anak lelaki itu menemukan jasad ibunya, membawa jasad itu di kedua tangannya tanpa merasa keberatan.

Rendi membawa jasad Tina ke sebuah lapangan terbuka yang agak jauh dari pemukiman warga, lapangan dekat hutan yang terkenal angker dan banyak penunggunya. Rendi menidurkan Tina di atas tanah lalu mengangkat tangan nya tinggi dan merapalkan sesuatu.

"Abdi bakal ngawula ka anjeun, pikeun nyegerkeun indung kuring. Abdi bakal masihan anjeun seueur pangorbanan, salami indung kuring hirup." ujar Rendi lalu tiba tiba saja petir menyambar, hujan turun begitu deras, langit terus saja bergemuruh seakan kecewa dengan perbuatan lelaki berusia 13tahun itu.

Namun anehnya, lapangan terbuka itu tidak terkena hujan sama sekali, walau Rendi kebingungan namun lelaki itu segera pergi mencari sesajen, untuk penghargaan kepada para satan.

Flashback off

Rendi menyunggingkan senyum nya, menatap ke-tiga mangsa nya sedang ketakutan.

"Rendi, gue tahu itu bukan lo. Tubuh Lo udah di rasuk sosok jahat, jiwa lo udah di kurung. Kembali Ren, kembali dan pergi dari tempat ini!" ujar Andre, tampak Rendi yang marah dengan ucapan Andre.

"DIAM! GUE BUKAN SOSOK JAHAT!! ARGHHH!" Rendi berlari menodong kan pisau ke arah Andre, namun Andre dapat menghindari nya.

"Bakar semua sajen itu!" perintah Andre kepada Zara dan Ana. Dengan cepat Zara dan Ana segera membakar sajen-sajen itu dengan korek dan bensin yang sebelumnya di berikan oleh Andre.

Sret

"Argh, sialan lo Rendi."

Bahu Andre tersayat oleh Rendi, namun Andre dengan segera menyerang Rendi dengan bertubi-tubi, sampai lelaki itu lemah terkapar tidak berdaya.

Tanah yang mereka pijak tiba-tiba bergetar hebat, melihat hal itu Andre menyuruh Ana dan Zara untuk terus membakar habis sajenya.

"Kalian turun duluan ke bawah, dan bakar semua sajen yang kalian lewati. Gue bakal nyusul," ujar Andre di balas anggukan oleh Zara dan Ana.

"Kamu hati-hati ya!" ujar Ana di balas anggukan oleh Andre.

Ana dan Zara segera membakar semua sesajen yang mereka lewati, membuat tanah di gunung sajen itu semakin bergetar.

"Ayo kembali Ren, kita bakal selamat kalo lo mau ikut sama gue." ujar Andre namun Rendi hanya tertawa mendengar ajakan Andre.

"Awak iyeu ges jadi milik urang!"

(Tubuh ini sudah jadi milik saya)

"Maneh ulah ngahalangan, da sakeudeung deui oge maneh mah bakal paeh."

(Kamu jangan menghalangi, karena sebentar lagi kamu akan meninggal)

Dengan secepat kilat Rendi kembali menyerang Andre membuat Andre tersungkur di tanah, Andre dapat melihat Ibu Rendi yang sedang tersenyum menyeramkan di belakang sana.

"Lo harus sadar Rendi!"

"Akhhhh, dasar anak-anak sialan!"

Rendi dan Andre terkejut melihat Tina yang tiba-tiba seluruh tubuhnya di kerubuni oleh api, tubuh nya terbakar.

"Ibu, SEMUA INI GARA-GARA LO!"

"ARGHH!"

Rendi mencoba menusuk Andre namun Andre dapat menghindarinya, tidak sampai disitu, Rendi masih terus berusaha membunuh Andre.

Clab

Andre kalah telak, pisau itu telah lebih dulu menancap di paha nya. Namun dengan sisa tenaga nya Andre memukul Rendi begitu keras lalu mendorong nya ke bawah jurang

Andre melihat Rendi yang berusaha untuk naik kembali ke atas, ada raut penyesalan diwajah Rendi. Namun Andre tidak akan terkecoh lagi dengan wajah Rendi yang penuh kepalsuan itu.

"Gue maaffin lo, tapi gue udah ga bisa nyelamatin lo Ren. Maaf," Andre berlari menuruni gunung sajen melewati jalur pendakian yang kini di setiap sisinya dipenuhi sajen yang sudah terbakar.

Dengan langkah gontai, Andre berlari sekuat tenaga untuk segara cepat keluar dari gunung itu.

Tanah semakin bergetar, Andre rasa sepertinya gunung ini akan longsor dan hancur.

***

Dibawah kaki gunung, Ana dan Zara baru saja berhasil keluar dari gunung sajen, mereka telah berhasil membakar semua sajen yang mereka lewati. Namun, Andre masih berada di gunung itu.

"Andre masih di sana Ra," ujar Ana dengan khawatir.

"Kita ke tempat aman dulu Na, gue yakin Andre pasti selamat." Zara menarik Ana untuk menjauh dari sana.

"Ra,"

Ana maupun Zara terkejut melihat gunung itu yang tiba-tiba tenggelam ditelan tanah. Sungguh fenomena yang sama sekali belum pernah Ana dan Zara lihat.

"Andre?"

Ana segera berlari menghampiri Andre saat melihat lelaki itu muncul di balik debu tanah yang menghalangi jalan dengan berjalan pincang. Bahkan sebuah pisau masih terlihat menancap di paha Andre.

Setelah berada agak jauh dari tempat tadi, Andre menarik paksa pisau di paha nya. Lalu dengan segera Ana mengikat paha Andre dengan baju lelaki itu yang sudah Andre buka sedari tadi.

"Kalian selamat?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari sebuah mobil Jeep.

"Kenapa bapak bisa tahu tentang hal ini?" tanya Zara.

"Sudah sering gunung itu memakan korban, dan tidak ada satupun pendaki yang selamat sebelum nya. Kalian ikut saya saja, nanti saya ceritakan di rumah." ujar bapak itu membantu Andre untuk berdiri dan berjalan menuju mobil Jeep nya.

Pria itu membawa mereka bertiga ke desa yang tidak berada jauh dari pos gunung sajen, namun aneh nya, di pos yang sebelum nya ada warung, dan banyak tenda terpal kini hanya ada lahan kosong yang sangat luas.

Setelah sampai di rumah pria tadi, mereka bertiga di bersihkan luka nya oleh warga sekitar, lalu setelah selesai pria itu memulai ceritanya....

Gunung SajenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang