8-Tipuan

99 14 1
                                    

Haii prenn, Ana dan tim muncak kembali untuk menghibur kalian hhe><

Jangan lupa tersenyum**

Happy reading ⛰️

••••

Andre mendongak lalu dengan cepat melempar buku yang ada ditangan nya kedalam tenda. Ana sempat mematung melihat judul buku yang Andre baca, Ana juga refleks melihat dimana buku itu terlempar yang ternyata berada tepat di didekat sebuah pisau, gunting dan 4 senter kecil yang Ana tidak tahu Andre membawa barang itu untuk apa.

"Eh Na? Eumm kenapa?" tanya Andre, keluar dari tendanya lalu segera menutup pintu tenda dari luar.

Andre berdiri menatap Ana yang masih melamun, lelaki itu melambai-lambaikan tangan nya di depan wajah Ana. Ana tersadar lalu menatap Andre dengan wajah penuh bertanya.

"Untuk apa alat-alat tadi?" tanya Ana dibalas gelengan kepala oleh Andre, Andre tidak mungkin memberitahukan apa yang sebenarnya akan dia lakukan dengan alat-alat itu.

"Gak untuk apa-apa, gue juga gak bakal nyelakain kalian. Itu hanya untuk berjaga-jaga Ana, gak usah khawatir." ujar Andre dengan suara lembut yang mampu membuat hati Ana menghangat, Ana lega dan yakin jika Andre tidak akan melakukan hal diluar kendali dengan alat-alat yang dia lihat tadi.

"Nih jagung bakar nya," Ana menyodorkan satu jagung bakar yang ada di atas piring kepada Andre. Andre mengambil jagung itu lalu duduk di kursi kayu panjang yang langsung menghadap ke lampu kota yang menyala-nyala di malam itu.

Ana ikut duduk di sebelah Andre, lalu menatap pemandangan didepannya dengan sangat kagum. Ini yang Ana sukai ketika mendaki, saat malam Ana akan melihat kerlap-kerlip lampu kota, Ana bisa melihat Sunset dan Sunrise dengan waktu yang sangat lama, Ana juga bisa merasakan sejuk nya udara. Berbeda saat berada di kota yang udara nya sudah tercemari polusi.

Ana memejamkan matanya, merasakan terpaan angin yang begitu dingin menusuk kulit nya. Namun gadis itu tidak merasa kedinginan, ia malah merasa tenang dan ringan, semua masalah hidup dan tugas kuliah seakan terlupakan begitu saja.

"Ana," panggil Andre dengan sangat lembut sembari menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga Ana. Ana baru menyadari jika sesaat matanya tadi terpejam, Andre telah menatapnya.

Ana menatap Andre penuh pertanyaan, namun lelaki itu hanya tersenyum tipis. Tampak manis dan sangat tampan, membuat Ana terperosok jatuh dalam pesona Andre. Andre melambai-lambaikan tangan nya di depan wajah Ana yang masih terus saja menatap nya.

"Hei? Ana?"

Ana terkesiap, gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, merutuki dirinya yang malah melamun setelah menatap wajah tampan Andre.

"Tapi emang tampan sih," ujar Ana tanpa sadar di dalam hatinya.

"Eh, astagfirullah." Ujar Ana yang baru menyadari ada yang aneh dengan dirinya, perasaan hatinya yang sedikit berbeda saat berada di dekat Andre. Entah apa yang terjadi, namun Ana selalu merasa jantung nya berdetak lebih cepat saat Andre berada di dekatnya.

"Kenapa Ana?" tanya Andre yang terlihat heran dengan tingkah Ana.

"Oh, gak pa-pa kok." jawab Ana sembari tersenyum kaku.

"Lucu deh,"

"Apa?" tanya gadis itu.

"Gak kedengaran emang?" tanya Andre di balas gelengan oleh Ana. Tentu saja Ana mendengarnya dengan sangat jelas, namun Ana memilih untuk pura-pura tidak mendengar saja.

"Gak sih, bukan apa-apa." ujar Andre kembali melihat pemandangan kota di hadapan nya.

Hening, tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Pada akhirnya Ana memilih untuk membuka suara, memecah keheningan yang terus terjadi beberapa menit yang lalu.

"Kalo boleh tahu, tujuan kamu membaca buku tentang....pemujaan kayak gitu, untuk apa?" tanya Ana sangat hati-hati, gadis itu takut jika pertanyaan nya salah dan bisa membuat Andre marah.

Namun dugaan nya salah, Andre malah terkekeh sembari masih menatap lurus ke depan.

"Gak tahu, tiba-tiba aja tertarik sama hal mistis. Cuma pengen tahu aja sih apa yang biasanya sering mereka lakukan, buat jaga-jaga juga." ujar Andre. Ana mengangguk walau jawaban Andre terdengar belum memuaskan di telinga nya.

Ana dan Andre kembali mengobrol dengan keduanya yang terus berusaha untuk tidak mematikan topik pembicaraan. Namun tidak lama Rendi keluar dari tenda nya, membuat semua teman-teman nya kebingungan, mereka mengira Rendi sudah tidur.

Ana dan Andre mengalihkan atensi mereka saat mendengar suara Ryan memanggil nama Rendi.

Andre tampak menatap Rendi dengan tajam sembari tersenyum miring, dugaan Andre kepada Rendi tepat sasaran. Semua yang Rendi lakukan sesuai perkiraan nya.

Ana yang melihat tatapan aneh Andre kepada Rendi terlihat heran sekaligus takut,  ada tatapan yang seakan ingin membunuh Rendi sekarang juga. Itu yang membuat Ana sedikit takut dan khawatir.

"Gabung disana yuk Dre?" ajak Ana, Andre kembali menetralkan ekspresi wajahnya, lalu mengangguk menyetujui ajakan Ana. Mereka berdua ikut bergabung bersama teman-teman nya duduk melingkar di atas tikar.

Andre mengambil gitar lalu memainkan nya, Ana mulai menyanyi di susul oleh yang lain nya. Fikri semakin terbawa suasana, lelaki itu memukul-mukul toples plastik yang isinya sudah tinggal setengah dengan mengikuti alunan nada lagu itu.

"Menarilah dan terus tertawa"

"Walau dunia tak seindah surga"

Mereka terus bernyanyi sampai tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Ryan mengajak teman yang beragama muslim nya untuk segera menunaikan ibadah sholat isya terlebih dahulu sebelum tidur. Mereka yang tidak ikut melaksanakan sholat, membereskan toples dan memasukkan sampah makanan ataupun minuman ke dalam plastik, untuk di bawa turun kembali esok hari.

Setelah mereka selesai melakukan kegiatan nya, mereka memilih untuk segera ke tenda masing-masing dan istirahat agar besok mereka dapat melihat terbitnya matahari yang sangat dinanti.

Rendi dan Ryan telah masuk kedalam tenda nya, bersamaan dengan Karin dan Syifa yang satu tenda juga.

"Kalian gak masuk tenda?" tanya Fikri kepada Zara dan Ana.

"Ini juga mau," jawab Zara sembari melengos masuk kedalam tendanya.

"Maaf ya, Zara emang kayak gitu." ujar Ana kepala Fikri, dibalas anggukan oleh Fikri. Ana menyusul Zara masuk kedalam tendanya.

Andre memperhatikan sekitar, sepertinya dia belum ingin masuk kedalam tenda.

"Gue baru nyadar kalo tenda disini ternyata banyak, tapi gue gak liat manusia satu pun kecuali kita ber-8." ujar Andre di balas deheman oleh Fikri, Fikri tahu arah pembicaraan Andre.

"Udah ah gausah bahas kayak gitu, perasaan gue udah gak enak." Fikri melengos masuk kedalam tenda nya.

Andre hanya menatap Fikri dengan heran, ternyata lelaki itu belum lupa ucapan nya 4 hari yang lalu.

"Lagi baca apa Dre?" tanya Fikri sembari duduk di kursi sebelah Andre, mereka kini sedang berada didalam kelas, menunggu dosen yang sebentar lagi akan datang.

"Katanya, para pemuja setan itu suka memberi tipuan untuk mangsa tumbal nya. Contohnya, memperlihatkan rumah dengan jumlah banyak supaya terlihat seperti daerah yang ramai penduduk, padahal tidak ada manusia yang tinggal satupun di antara rumah itu." ujar Andre membuat Fikri kebingungan.

"Lo lagi bahas apa sih? Gak jelas tau gak." Fikri mencoba mengabaikan ucapan Andre saat melihat seorang dosen lelaki sudah memasuki kelas nya.

"Tipuan," Andre tersenyum miring lalu berjalan masuk kedalam tenda nya, bukan untuk istirahat dan tidur pulas, tapi untuk merangkai sebuah rencana.

••••

Tbc

Wadduhh rencana apa nihhhh

Huhu penasaran ya?

Maaf ya aku up nya lambatt sekaliii, karna akhir-akhir ini aku lagi ngurusin masuk SMA dan beberapa kegiatan lainnya

Tapi sekarang udah selesai semua kegiatannya

See u next chapter prenn

Gunung SajenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang