Ia adalah seorang remaja seperti pada umumnya tidak ada yang berbeda sampai disaat ia bersekolah SMA semuanya berubah dan berhasil untuk merubah dirinya semakin dingin dan tertutup kepada semua orang termasuk kepada keluarganya.
Ia adalah Cesey Rainasya, remaja perempuan manis yang memiliki pipi tembem, semuanya berawal ketika ia memasuki SMA yang tidak sama seperti kakak perempuan dan ia memiliki sedikit perbedaan dengan sang kakak dalam beberapa hal yang menjadi alasannya selalu dibandingkan dengan kakak nya padahal SMA tempat ia bersekolah masih lah salah satu SMA terpandang dan elite dikotanya tapi itu semua tidak lah cukup bagi kedua orang tua nya dikarenakan mereka ingin Cesey untuk bersekolah di sekolah yang sama seperti sang kakak.
Sampai pada suatu hari dimana hari pendaftaran untuk masuk SMA, semua keluarganya sangat antusias dikarenakan Cesey akan mendaftar disalah satu SMA ternama di kota nya dan sampai pada akhirnya Cesey lebih memilih untuk bersekolah ditempat pilihannya karena ia tau jika ia tidak akan pernah bisa masuk ke sekolah yang sama seperti kakaknya.
"Sey kamu memilih SMA mana" ujar sang mamah ketika melihat Cesey keluar dari kamar nya.
"Mungkin di SMA yang berbeda dengan kakak mah karena aku tidak yakin akan bisa masuk kesana" jawab Cesey.
"Apakah kau yakin bersekolah disana sey?" Timbal lagi sang mamah kepada nya.
"Tentu yakin kenapa tidak lagi pula itu sekolah tidak lah terlalu jauh seperti sekolah kakak mah dari segi fasilitas atau hal lainnya tidak terlalu jauh" ujarnya menjawab pertanyaan sang mamah sambil duduk di kursi dekat dengan sang mamah.
Mamah nya hanya menatap anak nya sambil menghela nafas "hahh apakah kau tidak ingin untuk mencoba mendaftar terlebih dahulu di sekolah yang sama seperti kakak mu sey?"
Cesey menatap sang mamah dengan raut wajah bingung nya "bukan kah kita sudah sering membicarakan hal ini dan mamah tau bagaimana kapasitas otaknya sey yang gak akan bisa masuk kesana mah, lagian sekolah yang sey mau tidak lah terlalu jauh kualitasnya dibandingkan dengan sekolah kakak" ujarnya sambil menatap sang mamah
"Tapi bukan kah masih lebih baik jika kamu bersekolah yang sama seperti kakak mu sey"balas sang mamah sambil menatap kedua mata Cesey.
"Kenapa mamah selalu menekan sey untuk bersekolah disana mah, mamah tau kalau sey tidak akan diterima disana, sey tidak sama seperti kakak mah tolong mengerti lah" ujarnya sambil sedikit emosi.
Akhirnya dia memilih untuk kembali masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu kamarnya "bruk" dan mamahnya hanya menatap kepergian putrinya dengan raut wajah yang dingin.
Cesey pun memasuki kamarnya dan langsung merebahkan badannya di atas kasur sambil menatap langit langit kamarnya.
"Harus kah aku mencabut formulir pendaftarannya dan berubah mendaftar disekolah yang sama seperti kakak tapi disatu sisi aku tidak yakin kalau aku akan diterima disana, aaaa kenapa ini semua membuat ku gila sih" ujarnya sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri.
Akhirnya ia lebih memilih untuk memejamkam matanya dan terlelap dalam tidurnya untuk bisa melupakan masalah ini sesaat.
Dia pun terbangun dari tidurnya dan segera keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membawa makanan yang sudah ada disana dan ia memilih memakan makanan tersebut di meja makan yang letaknya tidak terlalu jauh dari dapur.
Ketika sedang memakan makanannya dia melihat papahnya masuk kedalam dapur untuk mengambil air minum.
"Kau sudah memilih untuk masuk kemana sey" ujar papahnya melihat anaknya yang sedang makan.
Cesey pun menghentikan acara makannya dan menatap papahnya dengan raut wajah yang sulit diartikan "sudah pah, aku sudah menentukan akan bersekolah dimana" jawabnya singkat.
Sang papah hanya bisa tersenyum sambil menatap putrinya karena ia tau kalau putrinya selalu ditekan untuk masuk ke sekolah yang sama seperti kakaknya.
"papah mendukung apapun keputusan mu asalkan itu semua masih positif dan kamu bisa bertanggung jawab akan semua nya" ujarnya kepada sang putri sambil berlalu keluar dari dapur setalah selesai mengambil minumnya.
"Kenapa papah tidak menekan sey seperti mamah yang selalu menekan sey agar selalu sama seperti kakak" ucapnya yang berhasil menghentikan langkah papahnya yang akan keluar dari dapur.
Setelah mendengar ucapan putrinya akhirnya ia menghentikan langkahnya dan membalikan badannya untuk bisa menatap putrinya "Harus kah papah juga melakukan hal seperti itu kepada mu sey?" Tanya nya kepada sang putri.
"Entah lah bukan kah semua orang selalu ingin sey terlihat sama seperti kakak dalam segala hal pah" jawabnya sambil menatap balik papahnya.
"Kau tidak perlu harus sama seperti kakak mu sey cukup jadi diri mu sendiri dan buktikan bahwa keputusan mu tidak akan pernah mengecewakan kita semuanya sey" ujar nya sambil melangkah mendekati putrinya.
"Hahahaha bukan kah sey selama ini selalu berusaha untuk membanggakan kalian semua tapi kalian tidak pernah melihat itu" jawab Cesey sambil menundukkan kepala nya.
Papah nya hanya terdiam melihat putrinya yang menundukan kepala karena memang kenyataannya tidak ada orang yang melihat bagaimana keras putrinya untuk bisa dilihat dimata keluarganya.
Papah nya hanya menghela nafas sebelum menjawab ucapan putrinya "kau tau tidak semua hal harus diliat oleh orang lain sey"
Cesey mengangkat kepala nya dan menatap papah nya dengan raut wajah yang cukup dingin "yah tidak harus orang lain melihat apa yang udah sey lakuin, sampai sampai mereka hanya bisa membandingkan sey dengan orang lain pah" ujarnya menjawab sang papah.
"Sudah lah lupakan semuanya dan ingat lakukan hal yang membuat mu bahagia Cesey Rainasya" ujar sang papah sebelum akhirnya memilih untuk keluar dari dapur.
Setelah melihat papahnya keluar dari dapur akhirnya dia berteriak "AAA KENAPA TIDAK ADA ORANG YANG BISA MELIHAT USAHA KU SELAMA INI DAN BISA BILANG KEPADA KU BAHWA MEREKA BANGGA DENGAN HAL YANG AKU LAKUKAN" ujarnya emosi sambil melempar semua barang yang ada di atas meja makan.
Akhirnya dia terjatuh dan duduk dilantai sambil memeluk lututnya sendiri "kenapa semua nya selalu seperti ini hiks jujur aku lelah dengan semua hal yang ada selama ini hiks" ucapnya sambil menangis dan menyembunyikan wajahnya didalam lipatan tangannya sendiri.
To be continued
Jangan lupa vote + komen oke
See you di chapter selanjutnya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With The Wound
Fiksi RemajaSemuanya berawal ketika ia memasuki SMA atau sekolah menengah atas yang menjadi awal mula dari semua kisah hidupnya mengenai rasa bahagia, cinta serta sakit yang harus ia hadapi serta permasalahan masa lalu keluarganya. Akan kah semuanya berakhir ba...