Tentang Nathan

33 3 1
                                    

Plak..

Suara tamparan menggema di kediaman mewah milik keluarga Nathan.

“Kenapa harus peringkat dua, Nathan?” bentak sang Ayah murka setelah menampar pipi putra tunggalnya.

Nathan hanya menunduk dengan tangan terkepal erat. Lagi, dan lagi ia selalu diperlakukan begini bila nilainya tidak sesuai keinginan orangtuanya.

“Jawab! Kamu bisu hah?!” sentak sang Ayah lagi.

“Maaf,” ucap Nathan pelan.

Bugh!

Ayah mencengkram kerah seragam anaknya lalu memukul muka Nathan,
”Kenapa kamu tidak bisa mendapat peringkat pertama? Apakah sesusah itu Nathan?”

“Kalau begitu les kamu Ayah tambah durasi waktunya!” sentaknya di muka Nathan.

“Paham kamu?” Nathan hanya mengangguk dengan muka datar menanggapi ucapan orang yang disebut Ayahnya ini.

“Bagus, sekarang masuk kamar!” tanpa berkata-kata lagi sang Ayah pergi melenggang pergi tanpa memperdulikan keadaan sang anak.

Jika ada yang bertanya dimana Ibunya? Maka jawabanya adalah beliau sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuanya, mengerjakan pekerjaan kantor dengan serius tanpa memperdulikan pertengkaran sang suami dan anaknya.

Bagaimana keadaan Nathan? Tentu saja hatinya berdenyut sakit, tapi perlakuan seperti ini sudah biasa ia terima. Mempunyai orang tua yang perfeksionis memang begini, salah sedikit aja udah di kritik habis habisan, di tambah kedua orangtuanya sangat cuek dan tidak pernah memberikan ia kasih sayang dikarenakan orang tuanya sibuk bekerja.

“Serena Brianna, kenapa lo harus merebut tempat gue?” desis Nathan tidak suka.

**

Libur semester telah usai, saatnya memasuki semester baru dengan muka ceria seperti Serena yang sangat antusias ingin berangkat ke sekolah karena ingin melihat wajah orang yang ia sukai.

Libur sekolah memang menyenangkan baginya, tapi ia juga galau karena tidak bisa melihat wajah crush-nya.

“ADENA CAITLIN, AYOK BERANGKAT!” Teriaknya antusias di depan rumah sang sahabat.

“WOI BRIANNA! INI MASIH JAM SETENGAH ENAM BEGO!” teriak balas sang sahabat, namanya Adena Caitlin.

Gadis cantik itu mengerlingkan mata malas melihat tingkah gadis berwajah kucing yang sialnya adalah sahabatnya.

Serena Brianna-gadis berwajah mirip kucing itu hanya tersenyum imut,”Hehehe.. ayok dah berangkat Na, gue pengen liat muka ayang. Udah kangen berat tiga minggu gak ketemu,” ujarnya seraya menggelayuti lengan ramping Adena.

“Bucin banget sih!” cibir Adena.

“Kalau mau berangkat sana duluan, gue bisa berangkat sama Naufal.” Lanjutnya.

“Aaaa~ jangan gitu dong. Pokoknya lo harus temenin gue, gue gak mau sendirian hehe..”

Serena membuat wajah imut yang membuat siapa saja gemas, iya gemas pengen nabok kalau kata Adena mah.

Ready To Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang