"Fuck," umpat Sakura, pelan.
Dia terjebak dalam cerita buku novel konyol, milik Hinata. Terlebih, dalam tubuh remaja berumur 17 tahun? Yang benar saja.
Bersedekap dada, Sakura menghela nafas panjang. Sudah lebih dari, 24 jam dia disini. Tidak ada tanda-tanda dia akan kembali, ke dunia asalnya.
Hanya ada beberapa ksatria dan juga pelayan, sekelompok orang yang beruntungnya. Karena tidak terlalu, menaruh curiga pada Sakura.
Kembali, pulpen itu ia gerakan diatas buku yang masih berisi satu barisan kalimat.
Sekalipun, ini dunia dalam novel halusinasi Hinata. Sakura tidak akan membiarkan, Sasuke menjadi milik orang lain.
Tidak akan pernah.
Menulis beberapa poin penting, seseorang dengan jiwa asli berusia 21 tahun itu merangkaian kejadian yang akan terjadi sesuai alur novel.
Diadopsinya, Hinata sebagai putri Arcduke.
Sakura melingkarinya, Hinata akan di adopsi oleh keluarganya. Untuk, kepentingan politik. Karena pertama kali dalam sejarah kekaisaran, wanita suci berasal dari kasta rendah.
Kemudian melakukan debut ke dunia sosial di waktu yang bersamaan dengan dirinya. Karena, mereka berada di usia yang sama. As if-shit!
Mendengus, Emerald itu berputar malas. Female selalu dengan latar belakang menyedihkan, bullshit.
Yeah, Hyuuga Hinata di dunia ini adalah rakyat biasa yang yatim piatu. Bukankah posisinya lebih baik? Dia villains yang terlahir dengan sendok emas.
Everything will be easy.
Sekarang, dia hanya perlu membuat wanita satu itu tidak jadi di adopsi keluarganya.
"Nah Hinata, bagaimana jadinya... jika tokoh antagonis yang kau buat ini, justru malah tidak bertindak sesuai alur yang kau tentukan?" tanya Sakura menyeringai, dia bermonolog sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gaun biru indah menjuntai, hampir mencapai lantai kastil. High heels tidak begitu tinggi menjadi penopang, dan memudahkan pemilik yang menggunakan untuk tidak menyapu lantai.
Haruno Sakura--- putri Arcduke Haruno, kini berdiri di depan pintu ruang makan utama keluarga.
Begitu terobsesi kah Hinata, dengannya. Hingga, membuat latar belakang keluarga sama persis dengan kehidupannya yang lalu?
Dua buah daun pintu terbuka, oleh dua orang kstaria yang berjaga. Dia samping, kanan dan kiri.
Ruangan mewah, dengan interior dan nuansa hangat antara perpaduan warna putih, hijau dan sedikit gold menyambut matanya.
Tiga orang, anggota keluarga duduk di sana. Keluarga Arcduke Haruno, berkumpul di waktu makan malam merupakan sebuah tradisi.
"Sakura!" Mebuki berdiri dari kursi yang dia duduki, menyebabkan sedikit bunyi gesekan.
Rasa hangat menjalar, pelukan dari Duchess Haruno mendekap tubuhnya tidak begitu kuat namun tidak juga longgar. Pelukan lembut, sarat akan kasih sayang.
"Sayang, kau baik-baik saja?" Melepaskan pelukannya, Mebuki memeriksa kondisi putrinya dengan seksama, yang beberapa saat lalu mengurung diri di dalam kamar untuk waktu yang tak sebentar.
Tawa halus, keluar dari bibirnya. Sakura memberikan senyum manis. "Semua baik-baik saja, ibu."
"Kau tersenyum?"
Pertanyaan aneh itu, merupakan celetuk spontan dari calon Arcduke masa depan. Haruno Sasori, yang terkejut untuk beberapa saat lalu.
Pria dengan guratan halus dibawah kelopak mata mendehem, netra mata Kizashi memelototi anak pertamanya, dengan tajam. "Sasori," tegurnya.
Sakura tertawa lagi, tawa yang terdengar begitu bahagia. Suasana yang sama, dan anggota keluarga yang sama. Membuatnya, tidak merasa asing sama sekali.
Tapi tawa Sakura membuat semua anggota keluarga inti, memberikan atensi padanya.
Perilaku putri satu satunya Haruno, bukanlah orang yang gampang tersenyum. Dia di gambarkan, sebagai perempuan yang angkuh, dan jahat.
Menghentikan tertawanya, iris emerald Sakura bergulir memandang Kizashi yang menatapnya balik. Seolah tahu, ada yg ingin dibicarakan oleh darah dagingnya.
"Katakan, apa yang kau inginkan, Sakura?" tanya Kizashi, sedikit merendahkan intonasi suaranya.
"Aku ingin membatalkan pertunangan."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kulitnya tampak putih dan bersinar, bola matanya terpejam. Kedua tangan, di depan dada saling menyatu.
Hyuuga Hinata, perempuan itu memimpin doa. Sebagai saintess yang terpilih selama 2 tahun belakangan, bersama para pengikut di kuil suci pada dewi yang di anut.
Perempuan yang menggunakan tudung kepala, guna menjaga kesucian itu tersenyum di balik penutup kepalanya.
Dia mulai terbiasa...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lapangan pelatihan itu begitu luas, tempat yang biasa diisi oleh prajurit Haruno untuk berlatih, saat ini hanya terdapat dua orang disana dengan gender berbeda.
"Angkat pedangmu!" seru Sasori, berteriak.
"Bisa kita akhir ini?" tawar Sakura, merasa kelelahan.
Dia memang berkata ingin berlatih pedang, untuk keamanannya. Mengingat akhir hidupnya yang bad ending, di eksekusi oleh Sasuke. Shit! Mengingat itu, membuat bulu kuduknya berdiri.
But seriously? Ini sudah lebih dari 3 jam. Tidakkah, Sasori terlalu kejam padanya?
Menghela nafas, Sasori berjalan mendekat pada adik satu satunya. "Kita istirahat disana," putusnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dahan yang rindang, begitu teduh hingga membuat Sasori berbaring di atas karpet tepat dibawah bayangan pohon.
"Pihak kuil akan datang beberapa hari lagi."
Sasori memulai percakapan, matanya masih terpejam. Membuat Sakura, yang sedang memakan pie susu dimulutnya, kini berhenti mengunyah.
"Mengadopsi saintess?" tanya Sakura, mengetahui tujuan percakapan.
Berdiri, netra Sasori memandang Sakura. Dia mengambil satu buah anggur dari dalam keranjang makanan, mereka seperti sedang piknik kecil.
"Iya, begitulah." Satu buah anggur, masuk ke dalam mulut Sakura yang baru memakan pie. Saat Sasori, menyuapinya.
Rasa asam, dan manis anggur begitu terasa di indra penyecapnya. Sakura, dia dengan senang hati memakan yang diberikan Sasori. "Berarti, aku bukan satu satunya adikmu ya," ucap Sakura, mengangguk dan tampak acuh.
It happens? no way.
Karena Sakura, sudah mempunyai caranya sendiri. Hinata ingin memiliki kasih sayang keluarga? God, that's a ridiculous joke.
Telapak tangan Sasori, mendarat di pucuk kepala Sakura dengan tiba tiba. Dan mengusapnya acak. "Tetap satu," balasnya.
Mengurung diri dikamar, Sasori tahu betul alasan Sakura melakukannya. Karena bungsu Haruno itu paling menentang tentang pengadopsian saintess Hinata.
"Karena, kita tidak akan menambah anggota keluarga," jeda Sasori, membuat wajah keheranan terlukis jelas di muka Sakura. "Kau putri Arcduke satu satunya, Sakura," sambungnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Dua hari lagi," ucapnya, menyilang satu tanggal di kalender kekaisaran.
Ruangan luas, dengan dominasi warna putih awan. Perempuan yang juga menggunakan gaun putih hingga menyapu lantai.
Hyuuga Hinata, tidak dapat menahan senyum bahagianya. "Dunia novel ini, akan segera di mulai," ucap saintess, dengan nada senang. "Tuhan, terima kasih, karena aku pemeran utamanya," sambungnya
TBC!
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
FanfictionHaruno Sakura, seorang mahasiswi cantik dan terampil, namun ada satu hal yang paling tidak dia suka. Jika seseorang, mengusik hidupnya. Dia mengira itu pagi yang cerah seperti biasanya. Tapi jelas tidak sesimple itu. Saat dia, mendadak menjadi pemer...