"Guess who I am, Cherry?" bisik Sasuke bertanya, dengan lembut tepat di telinga Sakura. Sebuah bisikan yang mampu membuat iris emerald melebar dan tubuh adik perempuan Sasori mematung diam seketika.
Sebua teriakan nyaring perempuan tiba tiba terdengar begitu kuat, nampaknya seseorang tengah mengalami musibah.
Mengeluarkan belati kecil dari sakunya, Sasuke dengan cepat menyayat ibu jarinya sesuatu yang membuat emerald melebar karena terkejut, "Yang mulia, kau sedang apa?!" tanyanya panik, dan meninggikan intonasi.
Tidak mengindahkan pertanyaan tunangannya, Sasuke menempelkan ibu jarinya yang berdarah ke dahi Sakura sekilas sebuah simbol lingkaran berwarna hitam kecil dengan cahaya merah bersinar sejenak.
Dia memandang serius pada emerald yang terdapat banyak tanda tanya, "Kau akan aman, tetap disini," titahnya, membuat Sakura mengangguk patuh memilih untuk tidak banyak bertanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah dari tadi Sakura duduk dengan tidak betah di dalam tenda keluarga Haruno, dia masih berada di arena aman perburuan yang di tunda karena insiden dimana saintess hampir celaka karena beruang yang terdeteksi terkena pengaruh energi kegelapan.
Rumor kembali menyebar, tentang pangeran bungsu Uchiha yang membawa kembali energi gelap karena kutukan keluarga kerajaan.
"Energi kegelapan? Bullshit," gumam Sakura pelan, menyentuh dahinya sendiri.
Jika memang itu energi negatif yang mampu menghancurkan kekaisaran seperti rumor yang ada, kenapa apa yang di lakukan Sasuke padanya justru terasa hangat? itu tidak masuk akal.
Hatinya menjadi tidak tenang, Sakura benci hal ini. Apalagi Sasuke bertindak seakan-akan pria itu kekasihnya, dia harus mencari tahu guna memastikan. Lebih baik dia pergi ke tenda kesehatan dimana banyak orang berkunjung untuk melihat keadaan saintess.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tubuhnya terasa lemas, Hinata bersandar dengan hati-hati meski demikian seulas senyum menghiasi wajahnya kala mengingat siapa orang terakhir yang menolongnya sebelum dia jatuh pingsan.
"Nona saintess, anda baik-baik saja?" Naruto bertanya lebih dahulu, memastikan kondisi orang yang wajib di lindungi.
Mengangguk, Hinata memberikan senyum ramah, "Ya, aku baik-baik saja Naruto."
Itu melegakan untuk di dengar, dan ekspresi wajah sumringah Hinata yang sepertinya sedang bahagia tidak membuat Naruto bertanya lebih lanjut.
Ini seperti alur yang dia buat, Sasuke pasti yang menyelamatkannya dan membawanya ke sini. Mungkin takdir sudah berjalan sesuai seharusnya, "Naruto."
"Ya, nona?"
"Dimana yang mulia pangeran kedua?" Dari tadi banyak orang bergantian mengunjunginya setelah dia sadar dari pingsan, bahkan putra mahkota dan arcduke muda sudah ke sini, tapi dimana kekasihnya? kenapa belum terlihat.
Kening Naruto mengerut keheranan, "Maksud anda yang mulia Sasuke?" ulangnya, memastikan.
Tidak menyembunyikan antusiasnya, Hinata mengangguk, "Ya, dimana yang mulia Naruto? Aku ingin berterima kasih." Perempuan yang menerima berkat Dewi itu berucap lembut.
Menundukkan kepalanya, manik biru Naruto memandang lantai, "Maaf Saintess, yang mulia Sasuke saat ini sedang berbicara dengan paus agung," ucapnya menjelaskan.
Hinata ingat alur ini dengan baik, dia menyeringai kecil. Sebentar lagi rumor tentang kutukan Sasuke akan menyebar dan menimbulkan konflik.
Ini akan menjadi awal dimana dia akan banyak bertemu untuk menyegel kutukan ini awal perjalanan cintanya.
"Begitu ya?" Dengan nada sedih dia berucap, "Pangeran mungkin merepotkan saat ini. Ku harap tidak ada lagi energi kegelapan yang menganggu ketentraman dunia," sambungnya terdengar begitu peduli.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Tenangkan dirimu Hinata, pemeran utama dunia ini adalah kau dan takdir akan berjalan tanpa gangguan apapun." Dia sendirian di sana bergumam kecil dengan tangan saling bertautan.
Berusaha menyakini diri sendiri bahwa meskipun ada yang sedikit berubah tapi Sakura tidak akan bisa mengambil miliknya.
Dia pemeran utama dan semua orang disini menyayanginya, dunia ini berpusat hanya pada seorang Hyuuga Hinata.
Seseorang melangkah masuk, menaruh keranjang buah di atas meja kayu, "Kau berdoa tentang apa saintess? Kenapa begitu serius?" Sakura- menatap penampilan Hinata yang terbilang pucat seperti kekurangan darah.
Menurunkan tangannya, bibir Hinata tersenyum paksa bahkan hingga ujungnya berkedut, "Lady ingin mengetahuinya?"
Mendudukan diri di kursi, Sakura balik memberikan senyumnya, "Ya, jika saintess tidak keberatan."
Perempuan angkuh di hadapannya ini hanya sekedar batu loncatan untuk kisah cintanya, membayangkan akhir tragis dari seorang Sakura- yang dulunya primadona kampus membuat senyum Hinata melebar.
"Saya hanya berdoa pada dewi agar setiap orang menjadi tahu diri dan tidak menginginkan milik orang lain, dan apa yang binasa akan binasa," terangnya panjang lebar, dengan maksud terselubung.
Bodoh, pemikiran Hinata terlukis jelas di wajah wanita itu membuat Sakura tidak tahan untuk mendengus, "Doamu terdengar mengerikan, kau pasti sedang takut hingga berdoa demikian."
Menyentuh kalung sucinya yang ada dalam telapak tangan, Hinata tersenyum dan memiringkan kepala, "Ya, putri mungkin tidak tahu tapi orang-orang yang serakah ingin memiliki hak orang lain dan menentang takdir adalah bagian dari kegelapan dan mereka mengerikan."
Bahkan manik indigo itu tidak menyembunyikan niatnya lagi, membuat Sakura memberikannya tepuk tangan, "Pemikiran yang bagus."
Berdiri dari kursi, Sakura memperhatikan Hinata yang balik menatapnya, "Tapi bukankah perkataanmu cocok untuk dirimu, saintess?" tanyanya tersenyum manis, kemudian membalik badan tidak peduli pada Hingga yang terkejut karena kata-katanya dan keluar dari tenda kesehatan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Yang mulia terima kasih," ucap Hinata malu-malu, bahkan pipinya merona membayangkan bagaimana Sasuke menolongnya di dekat sungai dan menggendongnya kembali ke area aman.
Kedua sarung tangannya selesai di pasang, manik hitam Sasuke melirik sekilas pada Saintess, "Untuk apa?"
Jantungnya berdebar kencang, Hinata bahkan berusaha untuk tidak salah tingkah, "Yang mulia pangeran telah menyelamatkan dan menggendong saya ke sini, itu adalah hal yang saya syukuri."
Perburuan telah selesai di gelar, dengan Sasuke sebagai pemenang kontes dan pria ini yang membunuh beruang dengan energi kegelapan jelas dia adalah penyelamatnya.
Kening pria berdarah kerajaan itu berkerut, dia memandang Hinata datar, "Katakan itu pada kstaria mu bukan padaku," ucapnya, kemudian melangkah pergi.
Terdiam di tempat, Hinata membeku. Itu berarti bukan Sasuke yang menyelamatkannya melainkan orang lain. Itu berarti dia semakin jauh dari alur cerita, "Sialan!" makinya kelewat kesal tanpa sadar meninggikan suara.
210 vote next
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
FanfictionHaruno Sakura, seorang mahasiswi cantik dan terampil, namun ada satu hal yang paling tidak dia suka. Jika seseorang, mengusik hidupnya. Dia mengira itu pagi yang cerah seperti biasanya. Tapi jelas tidak sesimple itu. Saat dia, mendadak menjadi pemer...