3-The Villainess Princess

1.1K 244 50
                                    

Sesekali, emerald melirik ke belakang. Bangsawan Haruno berjalan beberapa langkah di depan pangeran ke-II kekaisaran.

Mereka hanya terus berjalan, berjalan dan berjalan. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir keduanya, cicitan suara burung-burung kecil berterbangan adalah satu satunya penghias kesunyian.

Kaki berbalut high heels berhenti melangkah, Sakura mendengus. Sekali lagi emerald melirik kebelakang.

Sakura membalikan arah tubuhnya, netra hijaunya memandang lurus ke depan. Pada pria berpakaian khas anggota kerajaan, dengan manik mata onyx yang memandang datar padanya tanpa minat.

Rahang yang tajam dan tegas, bulu mata yang panjang, alis tebal, rambut raven dan netra hitam tajam, semuanya sama.

Pria yang berdiri dihadapannya jelas-jelas adalah kekasihnya selama 2 tahun, justru sekarang memandangnya bagaikan orang asing.

Ini lucu.

Meski dunia ini hanya novel karangan biasa, hatinya merasa sedikit terganggu. Tak menampik, bahwa ekspresi Sasuke terasa dingin dan sedikit menyakitinya.

Putri Grand Duke itu mengulum senyum manis, setelah cukup lama memandang secara tidak sopan pada pangeran kedua.

"Kau sungguh tidak mengenalku, pangeran?" pertanyaan ambigu, meluncur di bibirnya.

Pertanyaan yang mengundang kerutan di kening pangeran ke-II, onyx itu memperlihatkan sebuah kebingungan. "Itu hal aneh, putri," balasnya datar.

Tidak puas dengan respon Sasuke, adik perempuan kesayangan Sasori itu melangkah mendekat, memangkas jarak. "Benarkah...?"

Berhenti melangkah, hanya ada satu langkah orang dewasa yang saat ini menjadi jarak. "Sesuatu yang ku lihat berbeda dengan yang ku dengar, Sasuke."

Kali ini, dengan berani Sakura tidak lagi memakai embel-embel 'pangeran' atau 'Yang mulia'. Dia memilih berucap informal.

Angin sejuk menerpanya, membuat surai surai rambut softpink itu terbang pelan sesuai arah angin. Dengan emerald, yang tanpa takut memandang pada onyx.

"Kalian, siapa?"

Suara lembut terdengar, suara yang familiar di telinga Sakura kini berasal dari belakang tubuhnya. Bahkan tanpa perlu melihat pemilik suara, Sakura dapat menebaknya dengan pasti.

Saintess Hinata, menutup mulutnya dengan cepat. Bertingkah seolah dia seharusnya tidak berucap demikian. Perempuan dengan gaun berwarna putih susu itu kemudian menundukkan kepala.

Membalik badannya, kini emerald itu memandang pada Hinata. Situasi berubah, dimana dua pemeran utama novel dan satu antagonis berada di tempat yang sama. Dengan dirinya sebagai antagonis berada di tengah tengah keduanya, sungguh ironis dan luar biasa.

Tapi alur cerita ini tidak akan sama, Will never.

Sakura bersedekap dada. "Teruslah membungkuk...." Berjalan mendekat pada Hinata yang masih menunduk, "Hingga kau tahu sopan santun, bahwa memasuki taman seseorang tanpa izin adalah tindakan tidak terhormat."

Tangannya Hinata terkepal di masing-masing sisi tubuhnya, gerak-gerik yang begitu jelas terlihat oleh manik mata Sakura. Putri keluarga Haruno itu mendengus.

"Kau tidak suka dengan kata kataku?"

Gelabakan, Hinata tidak lagi menunduk. Dia menggeleng dengan cepat, "Ti-tidak! Kau salah menerka putri," balasnya memberi penjelasan dengan kebohongan.

Manik amesty itu tidak fokus pada lawan bicaranya, atensi Saintess Hinata hanya tertuju pada pangeran ke-II berharap bahwa setidaknya dia akan di bela.

Nihil, Sasuke sama sekali tidak memandangnya. Onyx itu justru memandang pada setiap gerak gerik Sakura dengan sorot mata yang tidak dapat ditebak.

Kepala Sakura mengangguk-angguk saat mendengar pembelaan dari Hinata, "Kalau begitu, pergi dari sini." Tanpa basa-basi, dia mengusirnya dengan penuh penekanan.

Tidak! Hinata merasa enggan untuk pergi dari sini, alur ceritanya tidak begini. Harusnya saat ini, adalah pertemuan pertamanya dengan Sasuke. Dimana pria itu datang ke kediaman Arcduke untuk berbasa-basi tentang pertunangan nya dengan Sakura dan kemudian pria ini bertemu dengannya yang datang ke kediaman sebagai anggota keluarga baru Arcduke Haruno.

Ini bagian penting dalam cerita, pangeran Uchiha itu seharusnya akan jatuh cinta pandangan pertama kepada dirinya.

Harusnya begitu, tapi hal mengejutkan terjadi. Ada Sakura, yang merupakan tokoh pendukung diantara dia dan Sasuke. Ini melenceng.

Meski begitu, Hinata tetap kekeuh untuk berada disini. Takdirnya harus tetap berjalan. "Putri, aku---"

"Saintess!" Uzumaki Naruto-ksatria suci itu memanggil Hinata, dan menyusul mendekat bersama dengan rombongan orang-orang kuil suci lainnya.

"Putri Sakura, Saintess melakukan kesalahan. Saya akan mewakili meminta maaf," ucap Naruto, menyadari situasi yang terjadi di tempat ini dengan cepat.

Memasang wajah pura-pura terkejut, saat mendengar ucapan Naruto. Sakura kemudian kembali memandang Hinata. "Oh, dia Saintess?"

Naruto mengangguk, "Benar putri, dia Saintess Hinata," ucapnya, memperkenalkan Hinata.

"Lalu, apa seorang Saintess bisa cacat? Hingga harus di wakilkan orang lain untuk kata 'maaf'?"

Pertanyaan itu membuat semua pihak tertegun, sebuah hinaan pada makhluk suci kesayangan dewa yang dihormati semua pihak.

Sakura tahu dengan baik, pertanyaannya mengejutkan semua pihak. Sebuah pertanyaan kasar dan lancang. Tapi who cares? Dia merasa muak melihat wajah Hinata, perempuan tidak tahu diri yang membuat dunia konyol ini. Mungkin, jika ini bukan dunia novel. Sakura dapat memastikan tangannya mungkin sudah terayun sejak awal dan mendarat di pipi itu.

Suara benda tajam beradu, dalam hitungan sedetik kejadian diluar dugaan terjadi. Ksatria Suci yang merupakan seorang keturunan Duke itu hendak mengayunkan pedangnya ke leher Sakura yang telah berucap kasar, namun sebuah pedang yang lainnya menahan dengan gesit.

Sebuah pedang dengan lambang kipas di ganggangnya, "Turunkan pedangmu, sekarang." Suara bariton Sasuke berucap dengan dingin, pangeran Uchiha yang sedari tadi diam kini melindungi tunangannya.






















TBC!

pilih besok update ini, or forbidden?

The Villainess Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang