Sebuah pedang dengan lambang kipas di ganggangnya, "Turunkan pedangmu, sekarang." Suara bariton Sasuke berucap dengan dingin, pangeran Uchiha yang sedari tadi diam kini melindungi tunangannya.
Manik biru safir Naruto terbelalak, seolah baru sadar siapa pria yang menghadang pedangnya.
Sedetik kemudian, pedang di tangan putra Duke Uzumaki kini terlempar ke arah samping, dan menimbulkan suara gaduh.
Hinata, wanita itu tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Karena Sasuke yang kini bertindak melindungi Sakura.
"Yang mulia pangeran," ucap Naruto, saat sadar dari keterkejutannya. Dia dengan cepat membungkuk hormat,"Maafkan kelancangan saya, Yang mulia," sambungnya pada seorang pria yang membuat pedangnya melayang.
"Masukan mereka ke penjara."
Sasuke memberikan perintah, membuat para prajurit yang dari tadi bersembunyi kini menodong pedang ke arah orang-orang kuil suci.
Kegaduhan terjadi, karena kata-kata yang meluncur keluar dari mulut pangeran ke-2.
"Yang mulia, anda tidak boleh melakukan ini!"
"Dewa tidak akan senang dengan perbuatan anda!"
"Mohon ampuni kami, Yang mulia."
Para utusan kuil, tidak terima memberikan ucapan yang mereka pikir akan mengubah keputusan gegabah sang pangeran.
"Ini hanya kesalahpahaman," ucap Hinata membuka suara, dia terlihat panik saat borgol ada di tangannya dan salah satu orang lainnya menodong pedang. "Pangeran, kami tidak berniat jahat."
"Yang mulia, setidaknya mohon jangan tahan Saintess." Naruto berusaha tenang, mengutarakan pendapatnya saat tangannya sudah di borgol lebih dahulu diantara yang lain.
"Benar, Yang mulia."
"Mohon jangan melibatkan Saintess kami yang malang dan tidak berdosa."
Di mata Naruto, Saintess Hinata adalah prioritasnya begitulah orang-orang kuil suci.
"Yang mulia...." Hinata menyatukan kedua tangannya di depan dada, dia berekspresi memelas. "Mohon bebaskan mereka," lanjutnya penuh kasih.
"Nona Saintess begitu memikirkan kita," gumam salah seorang pendeta, merasa terharu.
Mencoba menyembunyikan rasa senangnya, Hinata memerankan perannya dengan baik. Dengan begini, Sasuke akan luluh bukan? Dan, alur ceritanya akan kembali seperti semula.
Bola mata emerald itu berputar malas, Sakura masih bersedekap dada. Seriouly? Itu kata kata termunafik yang pernah dia dengar selama berada di dunia novel ini.
Raut wajah Sakura yang tampak jengah, berhasil membuat pemilik netra onyx yang sedari tadi meliriknya itu menyeringai halus. Sama sekali tidak mengindahkan Hinata, yang menatap padanya penuh harap.
Memasukan kembali pedangnya, Sasuke menatap datar, "Penjarakan mereka, tanpa pengecualian," titahnya, dingin.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Emerald itu mengedah ke langit langit kamarnya, "Shit," umpatnya, pelan.
Mengubah posisi kearah samping, Sakura menatap ke arah balkon kamarnya. Langit di luar, memperlihatkan bagaimana pemandangan alam dimana bulan menggantikan matahari.
Ketukan di daun pintu kayu kamarnya, "Lady, waktunya makan malam."
Seruan sopan dari salah seorang pelayan, membuat Sakura mengubah posisinya menjadi duduk dan beralih atensi pada pintu. "Baiklah, aku akan ke sana," sahutnya menjawab cukup kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Princess
FanfictionHaruno Sakura, seorang mahasiswi cantik dan terampil, namun ada satu hal yang paling tidak dia suka. Jika seseorang, mengusik hidupnya. Dia mengira itu pagi yang cerah seperti biasanya. Tapi jelas tidak sesimple itu. Saat dia, mendadak menjadi pemer...