Chapter 4

15 1 0
                                    

Chapter 4

Dan pada sebagian malam, Lakukanlah shalat tahajjud sebagai ibadah tambahan bagimu semoga tuhan mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

(Q.S Al – Isra' : 79)

Kehidupan yang menenangkan pikiran dan jiwa manusia adalah ketika suasana hening, sunyi dari keramaian. Lantas dimana waktu itu dapat di temui? Tentu waktu itu dapat kita temui ketika orang – orang sudah tidak lagi menjalankan aktivitas mereka yaitu ketika semua orang telah lelap dalam tidur mereka. Khususnya sepertiga malam. Dimana saat itu merupakan waktu yang sangat nyaman untuk berkeluh kesah melalui doa. Kita bisa berkomunikasi dengan Allah SWT, tanpa gangguan hiruk pikuk keramaian yang selalu bergulir dari pagi hingga malam.

Seperti saat ini seorang gadis tengah menangis tersedu mengadu pada sang pencipta. Di atas sajadah berbalut mukenah putih bersama dengan air mata yang terus berderai turun ke pipi cabinya.

Ia terus saja sesenggukan mengadukan semua rasa sakit yang ia rasakan dan juga Ibunya rasakan, kedua tangannya menengadah ke atas menyerahkan segala urusannya kepada sang Pemilik Alam Semesta.

" Ya Allah sebenarnya Aku malu, permintaanku begitu banyak namun dosaku tak kalah banyak. Ya Allah aku tau Engkau telah melihat semua rasa sakit yang pernah kulalui, aku memohon ampunan-Mu Ya Allah. Aku memohon atas segala keterlambatanku mengenalmu atau bahkan melupakanmu," ucapnya terisak.

" Ya Allah aku memohon kepada –Mu, jaga selalu keluargaku, Papa, Mama, Dan juga Syila adikku, seburuk apapun mereka dalam pandangan orang lain keluarga terbaik bagiku. Ya Allah bukakan hati Ayah hamba ya Allah agar segera mendekat kepadamu. Ia terus menengadah memohon ampunan dan merajut doa. Hingga tak terasa ia justru terlelap di atas sajadahnya

....

Di tempat lain

Setelah Hanna melaksanakan sholat Tahajjud ia kemudian melanjutkan bacaan Qur,annya yang rutin ia lakukan sehabis sholat malam.

Ia menutup Qur 'an miliknya lantas beranjak menuju meja belajar yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya. Ia menarik kursi di hadapannya kemudian duduk dengan tenang seraya membuka buku pelajarannya. Ini adalah kebiasaan yang ia terapkan sejak kelas 2 SMP. Sehabis tilawah biasanya ia melanjutkan kegiatannya dengan belajar sembari menunggu Adzan subuh. Atau sering juga ia selingi dengan muroja'ah hafalannya.

Namun perhatiannya sedikit tersita ketika melihat foto masa kecilnya dengan sang Ayah yang sengaja ia taruh di mejanya. Sejenak ia kembali mengingat sederet ingatan masa kecil dengan Almarhum, tak terasa cairan hangat membanjiri pipi nya, sedih dan rindu kembali memeluknya. Ia kembali membayangkan masa – masa indah dengan Ayahnya.

"Hanna kuat kok Ayah, walaupun Hanna juga sangat rindu dengan Ayah," ucapnya sembari mengusap rinai yang hinggap di pipinya.

Ia menaruh kembali figura tersebut. Jauh dalam hatinya ia menaruh begitu banyak rindu untuk sang ayah, dengan tersenyum ia mengusap wajah Ayahnya dibalik kaca figura lalu melanjutkan kembali kegiatannya.

Ahmad yang ingin menghampiri adiknya hanya bisa terdiam di balik pintu memperhatikannya lamat – lamat lantas beranjak kembali ke kamarnya. Ia tak tega melihat adiknya menahan kesedihan seorang diri.

Ahmad sendiri saat ini masih berkuliah di salah satu Universitas Negeri yang cukup terkenal di daerah tempat tinggalnya, ia adalah orang beruntung yang berhasil duduk di bangku perkuliahan dengan beasiswa penuh hingga ia selesai. Ia memang pantas mendapatkan hal itu karena prestasinya yang cukup gemilang.

....

Pagi harinya seperti biasa ia mematut diri di depan cermin ia memakai lipblam sebagai sentuhan akhir pada bibirnya agar tidak kering. Apalagi ia tinggal di daerah pegunungan yang bisa di katakan cukup dingin. Ia kemudian beranjak mencari bundanya untuk meminta bekal dan uang jajan miliknya hari ini.

Jejak Sang Gadis Mungil (Ongoing)Where stories live. Discover now