Deelah siap-siap berangkat ke sekolah, sementara Dzira sudah menunggunya di ruang tamu. Ketika Deelah turun dari tangga, ia mendapati sepupunya itu tengah sibuk dengan ponselnya.
"Ayo berangkat," ucap Deelah pelan, sedikit menguap karena malam tadi ia kurang tidur. Dzira menoleh dan tersenyum.
"Tunggu sebentar," jawab Dzira, masih fokus pada ponselnya. "Eh, tadi Aira nge Wa kakak dia bilang kakaknya nitip salam buat kamu."
Deelah berhenti sejenak, wajahnya sedikit berubah. " Kak Arga?" tanyanya, meski ia sudah tahu jawabannya.
Widya mengangguk sambil tertawa kecil. "Iya, kakaknya Aira. Lucu ya, dia nitip salam segala. Kayak nggak berani langsung ngomong aja."
Deelah tersenyum tipis, tapi segera menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan perasaannya. Ada sesuatu yang berdesir lembut di hatinya saat mendengar salam dari Arga, tapi seperti biasa, ia berusaha bersikap tenang. "Oh. Ya udah. Aku juga nggak tau harus bilang apa."
Dzira mengamati wajah Deelah sejenak, mencoba menangkap ekspresi yang tersembunyi di balik ketenangan sepupunya. "Kamu oke kan?" tanyanya pelan.
Deelah mengangguk, meski dalam hatinya ia merasa canggung. "Ya, aku oke. Nggak ada yang spesial juga."
Dzira tidak ingin memaksa, tapi ia tahu Deelah tidak sepenuhnya jujur. "Oke deh, kalau gitu kita berangkat sekarang," jawabnya sambil berdiri, mengajak Deelah keluar.
Selama perjalanan ke sekolah, Deelah tak bisa berhenti memikirkan salam dari Arga. Ada rasa takut yang tiba-tiba muncul, rasa khawatir kalau perasaannya mulai berubah, atau kalau sesuatu akan berkembang lebih jauh. Tapi di sisi lain, ia tak bisa menyangkal kalau ada rasa nyaman yang ia rasakan setiap kali memikirkan Arga. Hanya saja, untuk sekarang, Deelah memilih menyimpan perasaan itu rapat-rapat. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya, dan ia belum siap untuk membiarkan orang lain masuk.
***
Dua pekan telah berlalu sejak persiapan bazar dimulai, dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Lapangan sekolah dipenuhi tenda-tenda berwarna cerah yang dihias dengan berbagai tema. Salah satunya, stand kelas 11 IPA 2, menonjol dengan dekorasi yang memukau. Tema mereka, Green Forest, mencuri perhatian banyak pengunjung. Tenda mereka dihiasi daun-daun imitasi yang menyerupai hutan rimbun, diselingi bunga-bunga hijau yang merambat di sepanjang tiang penyangga.Fadeelah, Aira, dan teman-temannya sudah bersiap di dalam tenda sejak pagi. Masing-masing sibuk menata pernak-pernik bertema penghijauan yang mereka jual, mulai dari pot tanaman kecil, biji-bijian untuk berkebun, hingga tote bag bergambar pohon dan daun. Suasana tampak ramai, dan Fadeelah merasa lega karena semua persiapan akhirnya membuahkan hasil.
"Kayaknya stand kita paling hijau di sini, ya?" Aira berkata sambil tersenyum puas, menatap dekorasi mereka.
Fadeelah mengangguk pelan sambil merapikan beberapa gantungan kunci berbentuk daun. "Iya, kita udah kerja keras banget buat ini. Aku harap banyak yang tertarik sama ide penghijauan kita."
Tepat di depan stand mereka, beberapa siswa lain sudah mulai berdatangan, tertarik dengan konsep unik yang mereka tawarkan. Salah satu dari mereka, seorang siswa dari kelas lain, menghampiri meja tempat Aira berdiri dan tertarik dengan salah satu tote bag berwarna hijau muda.
"Ini tote bag-nya keren, ya. Berapa harganya?" tanyanya sambil memegang tote bag tersebut.
Aira tersenyum. "Cuma 25 ribu! Dan sebagian dari hasil penjualan akan disumbangkan untuk kegiatan penghijauan di lingkungan sekolah."
Mendengar itu, siswa tersebut langsung setuju membelinya. "Wah, bagus banget. Aku beli satu, ya."
Di sudut stand, Fadeelah tersenyum melihat interaksi tersebut. Dia merasa senang karena usahanya dan teman-temannya tidak sia-sia. Dia dan timnya sudah menyiapkan semuanya dengan sungguh-sungguh, bahkan sejak awal mereka sangat serius mengangkat tema ini. Bagi mereka, menjaga alam dan mendukung penghijauan bukan hanya tema bazar, tapi juga misi untuk menyebarkan kesadaran lingkungan kepada teman-teman sekolah mereka.
YOU ARE READING
Jejak Sang Gadis Mungil (Ongoing)
Teen FictionPerjalanan hidup Deelah adalah kisah tentang keteguhan iman dalam mengejar ridho Allah. Meskipun banyak ujian dan cobaan yang menimpanya, Deelah tetap sabar dan tegar, menerima setiap kesulitan dengan lapang dada. Hatinya, meski diuji dengan berbaga...