Sore itu, Arga dan teman-temannya dari SMA Nusantara tengah berdiri di dekat gerbang, menunggu bus jemputan yang akan membawa mereka pulang setelah seharian berpartisipasi dalam acara bazar di MA Darul Ilmi Sembari menunggu, Arga terus-menerus melirik ke arah kantor sekolah, di mana ia bisa melihat Deelah dan Aira yang sibuk mondar-mandir menyusun dokumen. Meskipun rasa lelah mulai menghampiri, matanya tetap tidak lepas dari sosok Deelah, yang dengan cekatan bekerja di depan laptopnya.
Hatinya terasa hangat, sekaligus ada sedikit rasa khawatir yang terpatri. "Deelah kelihatan capek banget, apa dia nggak kecapean ya?" pikir Arga. Meski ia gagal menyatakan perasaannya hari ini karena kesibukan Deelah, ia tetap merasa bersyukur bisa sempat berbincang dengannya, walau hanya sebentar. Yang lebih penting lagi, Arga sempat melihat langsung senyum manis gadis yang selama ini hanya ia kagumi dari kejauhan.
Sementara itu, di aula, Alif yang menjadi pemandu acara sedang sibuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia sempat memperhatikan interaksi singkat antara Arga dan Deelah tadi. Ada perasaan aneh yang menyelinap di dadanya, rasa yang sudah beberapa waktu ini berusaha ia redam. Ia tahu betul perasaannya pada Deelah, tapi semakin ia mencoba mengikhlaskan, semakin sulit rasanya. Hari ini, ia harus belajar menerima bahwa mungkin Deelah dan Arga memiliki takdir yang berbeda dari harapannya.
Di dalam kantor sekolah, Aira dan Deelah yang sebelumnya tenggelam dalam kesibukan mereka, akhirnya bisa sedikit bersantai setelah urusan administrasi selesai. Aira menatap layar laptopnya sejenak sebelum matanya melirik ke arah jendela, melihat kakaknya, Arga, yang masih menunggu di dekat gerbang bersama teman-temannya. Sejenak terpikir olehnya untuk mengajak Deelah keluar menemui Arga. Ia merasa ini bisa menjadi kesempatan baik untuk mempertemukan kakaknya dengan sahabatnya, meski hanya untuk basa-basi.
"Apa aku ajak Deelah temenin aku ketemu Kak Arga, ya?" pikir Aira. Namun, niat itu hanya bertahan sebentar. Ia memutuskan untuk menunda, merasa bahwa mungkin saat ini bukan waktu yang tepat. Deelah terlihat lelah, dan Aira tidak ingin memaksakan sesuatu yang bisa membuat sahabatnya merasa tidak nyaman.
Namun, di tengah suasana itu, pintu kantor terbuka dengan keras, membuat Aira dan Deelah tersentak. Miss Nasya, salah satu guru yang juga panitia acara bazar, masuk dengan raut wajah panik.
"Deelah, Aira, tolong bantuin saya! Ternyata bingkisan untuk SMA Nusantara belum kita kasih!" ucap Miss Nasya buru-buru. "Bus mereka sebentar lagi datang, dan kita belum sempat menyerahkannya."
Deelah dan Aira langsung bangkit dari tempat duduk mereka, sadar bahwa mereka harus segera bertindak sebelum bus jemputan tiba. “Ayo, Ra, kita bawa bingkisannya sekarang!” ajak Deelah dengan semangat.
Mereka segera mengambil bingkisan yang sudah disiapkan, delapan kotak besar berisi oleh-oleh dan souvenir untuk SMA Nusantara, dan bergegas menuju gerbang sekolah. Di tengah langkah cepat mereka, Aira teringat sesuatu. Dengan cepat, ia membuka tas kecilnya dan tanpa sepengetahuan Deelah, ia mengambil salah satu gantungan kunci yang selama ini ia rajut sendiri. Aira sudah lama berencana untuk memberikan gantungan kunci itu pada kakaknya, tapi bukan di sini—nanti di rumah saja, secara diam-diam. Dia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk membuat hal tersebut menjadi terlalu mencolok di sekolah.
"Aku kasih nanti aja, nggak usah di sekolah," pikir Aira sambil tersenyum kecil, lalu kembali fokus membawa bingkisan.
Ketika mereka tiba di gerbang, Arga dan teman-temannya tampak sedang bersiap-siap menaiki bus. Arga langsung melihat Deelah dan Aira datang mendekat dengan membawa kotak-kotak besar di tangan mereka. Jantungnya berdegup lebih cepat saat Deelah semakin dekat, meskipun kali ini hanya sekadar untuk memberikan bingkisan, tetapi pertemuan ini sudah cukup untuk membuatnya bahagia.
YOU ARE READING
Jejak Sang Gadis Mungil (Ongoing)
Teen FictionPerjalanan hidup Deelah adalah kisah tentang keteguhan iman dalam mengejar ridho Allah. Meskipun banyak ujian dan cobaan yang menimpanya, Deelah tetap sabar dan tegar, menerima setiap kesulitan dengan lapang dada. Hatinya, meski diuji dengan berbaga...