PART 3

1.7K 156 14
                                    

Della terdiam sejenak, jantungnya berpacu begitu cepat hingga terasa seolah-olah akan meledak dari dadanya. Pemandangan di depannya begitu mengerikan—kengerian yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kepala manusia yang terpisah dari tubuhnya, dengan mata terbuka lebar seolah-olah sedang menyaksikan nasib tragisnya, membuat Della merinding. Lantai yang ia pijak basah oleh cairan merah pekat yang menimbulkan bau anyir menyengat, bercampur dengan aroma besi yang membuat perutnya mual.

Della segera menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan keinginan untuk muntah. "Apa-apaan ini..." gumamnya dengan suara bergetar. Seluruh tubuhnya gemetar, dan ia merasa seolah-olah ruangan itu mulai berputar.

Della merasa tubuhnya lemas hampir tidak mampu berdiri tegak. Namun genggaman tangan Dapa yang kuat seolah menjadi pelindung dirinya. Della berusaha untuk tetap tenang, meskipun pemandangan mengerikan di depannya membuat tubuhnya menggigil ketakutan. Dapa, yang masih menggandeng tangannya, tampak sama sekali tidak terpengaruh oleh pemandangan mengerikan itu. Bahkan, dia menatap Della dengan senyum lembut, seolah tidak ada yang salah.

“Mommy, ayo jalan,” suara Dapa terdengar riang, kontras dengan kengerian yang baru saja Della lihat. Tanpa menunggu persetujuan, Dapa menarik Della untuk melangkah lebih jauh ke dalam ruangan yang remang-remang itu.

Della ingin menolak, ingin melepaskan tangannya dari genggaman Dapa dan berlari sejauh mungkin dari tempat mengerikan ini. Namun, tubuhnya terasa kaku, seperti tidak mampu bergerak sesuai keinginannya. "Dapa...," suara Della hampir tidak terdengar, tenggelam dalam ketakutan yang mencekamnya. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa ada...," dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, rasa mual kembali menyerang tenggorokannya.

Dapa berhenti sejenak dan menatap Della dengan mata besar yang penuh kepolosan. “Mommy takut?” tanyanya, dengan nada seperti anak kecil yang baru menyadari bahwa seseorang di sekitarnya merasa tidak nyaman.

Della mengangguk lemah, tidak bisa menyembunyikan ketakutan yang menguasai dirinya. "I-ini... tempat ini, Dapa... kita harus keluar dari sini," katanya dengan nada memohon. Dia berharap Dapa, meskipun dengan kepribadian yang aneh ini, bisa mendengarkan dan membawa mereka keluar dari tempat menakutkan ini.

Setidaknya kepribadian Devan dan Dapa berbeda, ya walaupun mereka menempati tubuh yang sama. Jika yang dihadapannya ini Devan mungkin ia tidak akan bisa keluar dari ruangan penyekapan itu.

Dapa tiba-tiba merengkuh Della dalam pelukannya. Sentuhan hangat dan lembut itu terasa kontras dengan situasi mengerikan yang baru saja mereka saksikan. Della, meskipun masih gemetar ketakutan, merasa sedikit lega dalam pelukan Dapa. Setidaknya, Dapa terlihat tidak berbahaya seperti Devan.

“Mommy nggak usah takut,” bisik Dapa lembut di telinga Della, suaranya penuh kehangatan yang anehnya justru membuat Della merasa sedikit lebih tenang. “Dapa bakal bawa Mommy keluar dari sini.”

Della tidak membalas, hanya mengangguk pelan, merasa terlalu lemah untuk berkata apa-apa. Tangannya masih digenggam erat oleh Dapa saat mereka mulai melangkah keluar dari ruangan mengerikan itu. Setiap langkah terasa berat, seperti berjalan di atas pasir hisap, tetapi Dapa terus memimpin Della dengan tenang, seolah-olah mereka sedang berjalan-jalan santai di taman, bukan melarikan diri dari sebuah tempat yang penuh dengan potongan tubuh manusia.

Pintu besar dari kayu di ujung ruangan tiba-tiba berderit terbuka ketika mereka mendekat. Dapa menarik Della melewatinya, dan Della merasakan angin segar menerpa wajahnya, meskipun udara di luar terasa dingin dan suram.

Mereka melangkah keluar dari bangunan yang tampak usang dan menyeramkan, dan Della terkejut ketika melihat apa yang ada di hadapan mereka. Bukan jalan beraspal atau area perkotaan yang dia harapkan, melainkan deretan pepohonan tinggi yang menjulang ke langit malam. Di sekeliling mereka, hutan lebat dengan batang pohon besar dan dedaunan rimbun menyembunyikan langit, membuat segala sesuatu tampak semakin gelap. Hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan yang terdengar, menambah kesan bahwa mereka berada di tengah-tengah hutan.

Della merasa semakin bingung dan tidak nyaman dengan situasi ini. Dapa, yang masih memegang tangannya dengan erat, tampak begitu riang dan penuh semangat seperti anak kecil yang tidak menyadari betapa menakutkannya keadaan mereka saat ini.

"Mommy, ayo ikuti aku!" Dapa menarik tangan Della dengan lembut, langkahnya penuh keceriaan yang anehnya justru membuat Della merasa semakin bingung dengan situasi ini. "Kita akan keluar dari hutan ini dan hidup bahagia selamanya, hehee ≧∇≦," lanjutnya dengan tawa kecil yang ceria.

Della menelan ludah, mencoba meredakan kecemasan yang ada di dalam dirinya. Dia menatap wajah Dapa yang penuh senyum, lalu memalingkan pandangannya ke hutan yang gelap dan sunyi di sekitar mereka. Pepohonan tinggi dengan dedaunan lebat menghalangi cahaya langit, membuat suasana semakin mencekam. Della tidak tahu ke mana Dapa akan membawanya, tetapi dia merasa tidak punya pilihan lain selain mengikutinya, setidaknya sampai dia menemukan cara untuk melarikan diri.

Della merasakan jantungnya yang tadinya berdegup kencang mulai melambat sedikit saat Dapa menggendongnya dengan gaya bridal style. Namun, pikiran Della masih dipenuhi dengan ketakutan. Hutan yang gelap dan sunyi di sekeliling mereka hanya menambah suasana mencekam, bagaimana jika ada hewan buas yang berkeliaran disekitar hutan ini?? ia tidak mau mati mudaaaa!!

"Mommy kalau mau tidur, tidur aja yaa. Nanti Dapaa bangunin kalau udah sampai rumah,” ucap Dapa dengan nada yang sangat lembut, seolah-olah mereka sedang dalam perjalanan pulang dari piknik yang menyenangkan, bukan melarikan diri dari tempat mengerikan.

Della menatap wajah Dapa yang sedang menunduk melihatnya, dan meskipun Della masih merasa takut dengan suasana hutan yang menurutnya mengerikan, ia tidak bisa menolak pesona yang diberikan pria ini. Dengan patuh, dia menganggukkan kepala dan mencoba mencari posisi ternyaman di gendongan Dapa. Namun, meskipun Dapa meminta agar dia tidur, pikiran Della masih terlalu gelisah untuk bisa benar-benar beristirahat.

Della mencoba memejamkan matanya, tetapi pikiran tentang kemungkinan buruk yang bisa terjadi terus menghantui. Bagaimana jika tiba-tiba Dapa berubah menjadi Devan? Bayangan tentang dirinya dibuang ke jurang atau bahkan lebih buruk, dijadikan mangsa hewan buas, membuatnya gemetar ketakutan. Della tahu bahwa meskipun Dapa terlihat lembut dan penuh perhatian, kepribadian Devan yang lain jauh lebih mengerikan. Satu kesalahan kecil saja, dan dia bisa berakhir tragis di tangan pria ini.

Della mencoba untuk tetap terjaga, namun rasa kantuk mulai mengambil alih. Setiap kali dia hampir tertidur, pikiran tentang kemungkinan buruk yang bisa terjadi kembali menghantui. Namun, tidak lama kemudian, Dapa yang menyadari kegelisahan Della mengusap kepalanya dengan lembut. Sentuhan itu begitu menenangkan, hingga perlahan rasa takutnya mulai memudar, meskipun hanya sedikit.

“Mommy nggak perlu takut,” bisik Dapa dengan suara lembutnya yang khas, sambil terus mengusap kepala Della. “Dapa ada di sini. Dapa bakal jagain Mommy.”

Della ingin melawan rasa kantuk yang mulai menyerang, tapi sentuhan lembut Dapa di kepalanya seolah memiliki efek menenangkan yang tak bisa dia lawan. Kelopak matanya semakin berat, dan rasa kantuk yang tidak bisa dia tahan.

“Mommy sangat cantik,” bisik Dapa tiba-tiba, suaranya penuh kekaguman. Dapa lalu menunduk dan mengecup kening Della sekilas.



*********************
okeyy gess ramein yuk dengan vote dan komen kaliann. NANTI AKU BALIK LAGII KALAU VOTE NYA BANYAK! OKEYY

oh iya kalian bisa loh promosiin cerita ini ke teman-teman kalian  ataupun di akun sosmed kalian.

AKU BAKAL DOUBLE UP KALAU VOTE SAMA KOMENNYA SETARAA!!

Transmigrasi AdellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang