Sembilan
Suara gedoran pintu mengganggu tidur nyenyak Risha, cewek itu menutup telinganya dengan bantal dan terlelap. Namun suara gedoran pintu itu sama sekali tidak berhenti dan menembus bantal yang ia jadikan tameng.
Terpaksa Risha bangun dan berjalan ke arah pintu dengan langkah gontai, matanya masih tertutup.
"Buset, Kak. Lo masih tidur aja? Udah jam berapa ini? Waktunya makan malam."
Risha hanya bergumam lalu menggaruk kepalanya yang terasa sedikit gatal kemudian menguap lebar-lebar membuatnya merasa lebih lega.
"Jorok banget lo, sana cuci muka sama sikat gigi, mulut lo bau, terus turun," kata Rahagi.
"Gue nggak makan malam, masih mau tidur," balas Risha pelan, sungguh dia masih sangat mengantuk.
Rahagi menghela napas melihat kakak satu-satunya yang berpenampilan jauh dari kata rapi, rambut acak-acakan, muka bantal, mata masih tertutup dan baju yang sudah kusut.
"Setelah makan lo lanjut tidur deh, nggak akan ada yang ganggu, tapi lo harus makan malam. Tadi siang juga lo skip makan siang, nanti lo sakit, Kak."
Risha kembali bergumam dan menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Rahagi setia menunggu Risha di luar kamar, sekarang ini bukan waktunya untuk mengusik ketenangan Risha, biarlah kakaknya itu mengisi energi setelah energinya terkuras untuk menghadapi ujian beberapa hari belakangan.
Risha ke luar dari kamar mandi dengan penampilan yang sudah lebih rapi, rambutnya diikat meskipun belum disisir, mukanya juga sudah terlihat segar.
"Padahal gue udah lama tidurnya, tapi rasanya masih kurang aja," keluh Risha.
"Lo kecapekan, tidur lo juga sedikit banget, wajar aja sih," balas Rahagi. "Udahlah nggak perlu pakai bedak, nggak ada juga yang bakalan ngelihat lo, semua orang di rumah ini udah pernah liat lo pas lagi jelek-jeleknya," kata Rahagi mencegah Risha yang akan mengenakan bedak agar wajahnya terlihat semakin segar.
"Iya juga, sih," gumam Risha.
"Yaudah, ayo ke luar," ajak Rahagi. "Gue udah lapar banget, tapi waktu makan gue jadi tertunda gara-gara lo," ucap Rahagi di tengah perjalanan mereka menuju ke ruang makan.
Risha merangkul Rahagi lalu mengecup pipi adiknya itu. "Ututu, dedek Agi udah lapar banget, ya. Maafin kakak ya sayangku," kata Risha dengan nada lebay membuat Rahagi bergidik.
"Risha masih ngantuk, sayang?" tanya Fauzan yang sudah duduk di kursi meja makan, bukan hanya Fauzan saja, Ara dan Rahardian pun juga ada.
"Masih, Pa, kayaknya Risha bisa tidur dua hari nonstop deh," balas Risha.
"Jangan ngada-ngada lo," tegur Rahagi. Awalnya dia merasa maklum jika Risha mengantuk dan ingin tidur untuk waktu yang cukup lama, tetapi tidak dua hari juga, bukankah itu berlebihan?
"Udah dong, jangan pakai intro dengan adegan berantem. Gue udah lapar, nih," pinta Rahadian.
"Bukan gue yang mulai," kilah Risha. "Gue ngomong sama papa, Rahagi yang tiba-tiba nimbrung padahal dia nggak diajak," lanjut Risha.
"Eh lo tuh ya bener-bener bikin kesel," gerutu Rahagi yang tidak terima karena disalahkan oleh Risha.
"Pa," rengek Rahardian pada Fauzan yang menopang dagu memperhatikan perdebatan anak-anaknya. Terlihat jelas kalau Fauzan pasrah dengan hal tersebut, diperingatkan berkaki-kali juga sudah tidak mempan.
"Risha, Rahagi, jangan ribut lagi. Sekarang kita makan, kalau kalian ribut saat makan, uang jajan kalian Papa potong dan dikasih ke Rahardian."
"Oh yaudah kalau gitu, mending kalian ribut lagi," seru Rahardian dengan semangat.
Rahagi dan Risha kompak berdecak dan tidak mengatakan apapun, memilih untuk menurut pada Fauzan agar uang jajan mereka tidak dipotong dan menguntungkan Rahardian sendiri.
"Udah bisa tenang? Sekarang kita makan."
🐇🐇🐇
"Pa, kapan kita pergi liburan?" tanya Rahardian pada Fauzan yang duduk di sofa sambil menonton tayangan televisi.
"Setelah kakak kamu terima rapor, ya," jawab Fauzan dan dibalas anggukan antusias oleh Rahardian.
Sedangkan Rahagi sama sekali tidak tertarik dengan liburan, di antara ketiga anak Fauzan dan Ara, hanya Rahagi yang tidak suka kegiatan di luar rumah. Baginya lebih baik di rumah saja karena banyak hal yang bisa dia lakukan.
"Pa, aku boleh nggak ikut liburan? Mau bikin komik," pinta Rahagi, kini cowok itu sibuk dengan iPad dan stylus pen.
"Nanti Rahagi nggak ada yang jagain, ikut aja, ya? Nanti kalau udah sampai di penginapan, Rahagi bisa bikin komik lagi."
Rahagi mengangguk pasrah, mau membantah juga tidak akan ada gunanya, Fauzan pasti akan bersikeras untuk membuatnya ikut liburan kali ini.
Rahardian berdiri lalu duduk di sebelah Rahagi, ikut melihat layar iPad yang dipegang Rahagi, gambar yang dibuat kembarannya itu bagus. Menggambar adalah kelebihan Rahagi yang tidak dimiliki oleh Rahardian, jika ada tugas menggambar pun, Rahagi yang akan mengerjakan tugas mereka berdua. Rahardian hanya perlu mensuport dengan menyiapkan berbagai macam cemilan untuk Rahagi.
"Ikut liburan bagus loh, lo bisa dapat inspirasi untuk lanjutin komik yang lo buat. Suasana baru, pasti ide lo datangnya lebih lancar," hibur Rahardian. "Kalau lo tetap di rumah aja, nanti lo bisa mentok," lanjut Rahardian.
Tentu Rahardian tau kalau Rahagi setuju untuk ikut liburan itu karena terpaksa, sebagai kembaran yang baik, sudah tugasnya untuk menghibur Rahagi, kan?
Rahagi mengangguk setuju. "Iya, lo benar juga."
"Nanti gue temenin deh lo nyari inspirasi," janji Rahardian.
"Nanti gue bantu hancurin inspirasi lo," celutuk Risha.
Rahardian melempar bantal sofa pada Risha yang berbaring santai sambil menatap kedua adiknya dengan jumawa.
"Emosian banget," cibir Risha setelah lemparan bantal dari Rahardian mendarat di kakinya.
Rahardian sudah berusaha membuat Rahagi untuk tidak sedih lagi, tetapi Risha malah menghancurkannya. Wajar saja jika ia melempar bantal itu, kan? Ya, bagaimana pun juga, Rahardian menyayangi Rahagi.
"Biarin aja Kak Risha, nanti nggak usah kita temanin. Nanti dia gabut sendiri di sana," kata Rahagi menenangkan Rahardian.
"Nggak bakalan," balas Risha kemudian tersenyum miring. "Sima juga ikut liburan kan, Pa?" tanya Risha pada Fauzan.
"Iya, Sima juga ikut," jawab Fauzan dan Risha kembali meledek kedua adiknya. "See?"
"Kita liburan sama-sama, Pa? Semua keluarganya papa Juna juga ikut?" tanya Rahardian memastikan.
"Iya, kita pergi sama-sama."
"Risha mau bawa mobil sendiri ya, Pa, mau berdua sama Sima doang."
"Nggak boleh, perjalanannya jauh, nanti kalian capek meskipun gantian," tolak Fauzan dimana jawaban itu kembali menimbulkan keributan antara Risha dan adik-adiknya.
"Nggak naik pesawat, Pa?"
"Kita road trip, masa iya naik pesawat." Risha yang menjawabnya.
"Lo tau darimana, sih? Perasaan papa sama mama belum ada ngasih tau kita."
"Dari Sima."
"Curang banget, sih." Rahagi merasa dicurangi karena Risha lebih duluan tau daripada dirinya.
"Iri banget jadi orang," cibir Risha. "Pa, besok Risha sama Sima mau belanja, ya, untuk keperluan liburan."
"Gue mau ikut!" Rahagi dan Rahardian kompak mengatakan hal yang sama.
"Enggak!" tolak Risha tanpa pikir panjang.
"Papa izinin kalau adik-adik kamu dibawa ya, Risha," kata Fauzan membuat Risha mengerang sedangkan kedua adiknya bersorak bahagia karena kali ini Risha yang kalah.
🐇🐇🐇
Selasa, 11 Juli 2023
![](https://img.wattpad.com/cover/251003550-288-k731202.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You are back?
Teen FictionSequel My Daughter Aku sarankan untuk baca cerita 'My daughter' dulu ya 😁 🐇🐇🐇 Ketika Risha sedang liburan bersama keluarganya ke tempat yang dia tidak tau sama sekali apa namanya, gadis itu bertemu dengan Cakra...