1. Rumah Baru✓

53 2 0
                                    

Silahkan follow akun wattpad ini sebelum membaca.

"Apa yang terlintas dipikiran kalian saat seorang ibu mengatakan kepada anak laki-laki nya bahwa saat iya sudah siap untuk menikah, maka iya telah mengambil alih tanggung jawab seorang ayah anak gadis itu lalu berpindah kepadanya. Tentu hal ini akan terasa berat jika kita bersama dengan orang yang tidak kita cintai".

_Firendra Kasma Atmaja_

17 Juli 2023.

***

"Firen, kamu mau bawa mama kemana?". Tanya mama alaya.

"Mama diem dulu udah, nanti juga pasti tau sendiri". Balas firen yang masih fokus menyetir. Tak lama di perjalanan mereka pun tiba disebuah mansion mewah bak istana desain ala Victoria dengan model classic yang menambah kesan mewah pada rumah itu.

"Kenapa kita berhenti disini? Ini rumah siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa kita berhenti disini? Ini rumah siapa?".

"Kita masuk dulu ya ma, gak enak bicara di luar". Alaya tampak bingung namun putranya sudah menggenggam tangannya dan jalan beriringan memasuki lorong rumah itu. Mama Alaya tampak kagum dengan rumah yang iya masuki namun iya masih bingung rumah siapa ini.

"Tunggu, kamu belum jawab pertanyaan mama. Ini rumah siapa?". Alaya bertanya lagi sambil menghentikan langkahnya.

"Mama Duduk dulu, biar aku jelasin semuanya". Firen menghadap kearah ibundanya bersiap untuk menjelaskan.

"Ma. Mama masih ingatkan dulu kalau aku pernah bilang ke mama kalau suatu saat aku udah jadi seorang atlet tembak yang sukses dan terkenal aku bakal beli rumah sendiri. Mama ingatkan?".

"Iya mama ingat sayang. Mana mungkin mama lupa". Balas sang mama.

"Jadi aku rasa sekarang udah waktunya aku beli rumah ini untuk kehidupan aku kedepannya. Setelah aku menikah, aku akan tinggal disini". Jelasnya perlahan.

"Sayang, ingat kata-kata mama ya. Setelah menikah kamu bakal mengambil alih tanggung jawab seorang ayah untuk putrinya, dimana tanggung jawab itu akan di pindahkan ke kamu. Menikah bukanlah perihal waktu satu atau dua bulan, tapi ibadah seumur hidup. Jadi jangan sia-siakan waktu itu sayang. Siapapun jodoh kamu nantinya, mama harap kamu harus jaga dia dan sayangi dia sebagaimana orangtuanya menjaganya".

"Iya ma, firen bakal ingat kata-kata mama. Firen juga mau membangun keluarga yang bahagia. Firen mau menikah dengan orang yang firen cintai sama juga kaya papa yang cinta sama mama". Kekeh firen.

Alaya hanya bisa tersenyum melihat tingkah putranya yang sudah dewasa sekarang. Iya bahagia karena melihat firen tumbuh menjadi anak yang baik dan juga sayang padanya.Tapi hati dan pikirannya terus saja bertengkar mencari jalan mana yang akan iya pilih antara pesan ALM suaminya atau cinta anaknya yang sudah memiliki seorang kekasih. Air matanya berlinang menenggelami pelupuk matanya yang sebentar lagi akan jatuh.

"Mama kenapa nangis?". Tanya anak laki-laki itu mengusap pipi mamanya.

"Gak sayang mama gak nangis kok. Mama cuma terharu aja, yang dulunya kamu masih sekecil ini tapi sekarang sudah tumbuh besar, udah jadi pelindung mama". Ucap Alaya mengukur tinggi putranya dengan kedua tangannya.

***

Genangan air hujan kini sudah sejajar dengan anak rumput yang tumbuh di atas tanah-tanah basah itu, percikan air yang ikut terbawa angin itu kian membasahi wajah putihnya. Iya menatap kosong langit-langit yang mendung serta tiap rintikan hujan yang jatuh dihadapannya.
Rasa rindunya yang teramat dalam saat mengingat momen indah bersama dengan kedua orang tuanya terus saja mengiris hatinya. Berkali kali iya mencoba menghapus butiran bening yang terjatuh dari pipinya itu namun nihil, butiran itu masih setia menemani anak gadis itu dikala kesunyiannya.

"Ma, Pa. Alsya rindu kalian. Kenapa kalian pergi secepat ini". Alsya tak mampu menahan tangisnya, rasanya iya ingin berteriak sekeras mungkin untuk menghilangkan rasa sesak yang membelenggu didalam hatinya.

"Non Alsya". Bi suri menghampiri anak majikannya itu yang sedang duduk diatas balkon kamarnya.
Alsya menoleh saat mendapatkan panggilan itu.

"Bi.....". Ucapnya pelan. Alsya benar-benar rapuh sekarang, tak ada siapa-siapa yang iya punya lagi selain bi suri yang masih setia bekerja dirumahnya.
Alsya memeluk pinggang bi suri dengan kuat, baginya bi suri bukan lagi asisten dirumahnya melainkan sudah iya anggap seperti neneknya sendiri.

"Udah ya non jangan nangis lagi. Sudah dari tadi non alsya menangis. ini gak baik untuk kesehatan non alsya". Ujar bi suri menghapus air mata Alsya.

Ting tong.....bunyi bel di kediaman mereka. "Sebentar ya non bibi bukain pintu dulu". Bi suri pun keluar untuk melihat siapa yang datang.

Iya membukanya "Ehh ibu Alaya". Sapa bi suri saat melihat kedatangan Alaya. Alaya hanya tersenyum pada bi suri. "Bi apa Alsya ada didalam?.

"Ada buk, silahkan masuk". Ucap bi suri mempersilahkan Wanita paruh baya itu masuk dan langsung menuju kamar Alsya.

"Bu Alaya maafin bibi ya, akhir-akhir ini non alsya jarang makan. terus non alsya juga sering nangis bahkan lama banget". Bi suri mengadukan semuanya pada Alaya. Selama Alaya tidak mengunjungi alsya, iya juga memerintahkan kepada bi suri agar bisa merawat alsya dengan baik.

"Hari ini apa Alsya udah makan?".

"Belum Bu. Dari tadi pagi non Alsya gak keluar kamar".

"Ya udah kalau gitu bi suri ambilin makanannya alsya biar saya yang suapin dia". Bi suri menganggukkan kepalanya. Alaya pun langsung masuk kedalam kamar gadis itu. Perlahan iya membuka pintu kamarnya, iya melihat punggung alsya yang bergetar akibat tangisnya yang belum mereda.

"Alsya" Alaya bergumam memanggil gadis itu.

"Tante Alaya!". Alsya pun berlari memeluk Alaya dengan erat.

"Tante, hikss...hiks....alsya rindu mama sama papa. Hiikks.....". Tangisannya kembali pecah didalam pelukan Alaya.

"Alsya tenang dulu ya sayang. Udah jangan nangis lagi. Kalau mama sama papa tau alsya nangis kaya gini pasti mereka juga ikutan sedih". Alaya berusaha menenangkan Alsya sambil menepuk Pelan pundak gadis itu.

"Apa alsya udah makan hari ini sayang?". Alsya pun menggeleng.

"Kalau gitu alsya makan dulu ya, Tante suapin". Alsya hanya mengangguk. Sedikit demi sedikit alsya melahap makanan yang sudah diberi oleh BI suri dan langsung Alaya menyuapinya hingga piring itu kosong tak ada yang tersisa.

"Gimana kondisi alsya sekarang, alsya rutin cek up tiap Minggu kan?". Alaya bertanya pada alsya yang sudah mulai tenang.

"Kata dokter kondisi alsya udah sedikit membaik, tapi perlu di kontrol juga jangan sampai stress. Alsya rutin cek up kok Tante". Alaya pun tersenyum mendengar tentang kondisi alsya sekarang. Keduanya pun menghabiskan waktu bersama bahkan sampai menjelang sore. Kedekatan keduanya tidak diketahui oleh firen bahwa alsya adalah anak dari sahabat ayahnya. Dan begitu juga dengan alsya yang tidak tahu bahwa firen adalah anak dari Alaya. Walaupun sempat bertemu di tiga belas tahun lalu, tetapi ingatannya tidak bisa kembali lagi untuk mengingat pertemuan.

TBC

-Air Mata Dilangit Allerton-

Air Mata Dilangit Allerton Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang