8. Bawa aku pergi ✓

19 2 0
                                    

01 Desember 2023

"Ku kira hanya dengan mencintaimu seorang diri saja telah cukup bagiku, namun justru sebaliknya. Ini adalah luka yang ku gores sendiri karena telah berani untuk mencintaimu".

_Alsya Humeyra_


Firen berjalan gontai menuju ke arah kamar Alsya namun iya tidak melihat gadis itu berada disana "kemana tuh anak". Pikirnya tak bisa menebak. Sementara yang dia cari tanpa sengaja berjalan kearah yang berlawanan tanpa melihat siapa yang ada didepannya. Keduanya bertabrakan tubuh alsya hampir saja terjatuh dan dengan sigap firen langsung menangkap tubuh gadis itu, tatapannya saling tertuju satu sama lain.

"Shit sial". Batin firen.

Keduanya mulai sadar dan merasa canggung firen langsung melepaskan alsya dan membuatnya kikuk sendiri.

"Lo sibuk gak?". Ucap Firen memecah suasana.
Alsya tersentak mendengar suara serak basah laki-laki itu. Iya menjadi bingung mengapa tiba-tiba laki-laki itu menanyakan waktunya.

"Gak, kenapa kak?". Tanyanya pelan.

"Lo ikut gue sekarang!". Timpal firen tanpa basa-basi.

"Kemana?". Tanya Alsya yang masih mematung.

"Ikut aja bisa gak, gak usah banyak tanya".

"Tanya gitu doang aja marah, gak bisa apa ngomongnya jangan kasar kaya gitu". Gerutu alsya dalam hati.

"Cepetan, gue tunggu Lo di mobil". Laki-laki itu langsung pergi dari hadapan Alsya. Gadis itu sendiri pun sedang berperang dengan otaknya haruskah dirinya pergi atau tidak.

"Aku ikut gak ya? udah ah ikut aja". Alsya segera menuju kamarnya dan berganti pakaian.

Baru saja sepuluh menit firen sudah seperti orang kebakaran. Iya bahkan meneriaki alsya dari luar karena sangking lamanya sang istri didalam.

"Lo bisa cepetan dikit gak sih, lelet banget". Amuk firen.

"Tadi aku bingung mau pake baju apa, makanya...".

"Udah udah mau Lo pake baju mewah sekali pun Lo tetap jelek Dimata gue". Firen tersenyum sinis seakan tak peduli dengan perkataannya yang melukai hati alsya.

Alsya hanya mematung, menunduk dan menangis. Hatinya benar-benar sakit mendengar ucapan yang keluar dari mulut laki-laki itu.

Firen berdengus kesal "Lo mau berdiri disitu sampe subuh, hah? Cepetan naik duduk di kursi belakang, karena cuma Celine yang pantas duduk disebelah gue".

Alsya malas menganggapi suaminya yang sudah semakin keterlaluan bahkan sifatnya semakin terus berubah menjadi lebih kasar walaupun sudah seminggu lebih mereka menikah. Dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki itu akan berubah, semua sama saja bahkan lebih dari sebelumnya.

Didalam Sana keduanya tak bergeming apapun, alsya berusaha menahan rasa sakit hatinya sambil berusaha untuk menghapus buritan Bening dipipinya yang kian terjatuh. Iya hanya menikmati perjalanan itu tanpa rasa suka sama sekali, rasanya iya ingin pulang saja.

Tanpa iya sadari tempat yang akan mereka tuju sudah sampai, tepat didepan sebuah toko bunga.

"Ayo turun".

"Ngapain dia berhenti disini?". Tanpa berfikir panjang alsya langsung turun mengikuti suaminya.

"Coba Lo pilih mana yang Lo suka". Ucap Firen dengan nada pelan.

"Ini bagus non". Ucap salah satu penjualnya.

Dengan malas Alsya terpaksa mengambil bunga yang sudah dipilihkan oleh penjual itu, warnanya indah senada dengan warna bajunya dan sangat cocok jika diberikan untuk alsya.

Air Mata Dilangit Allerton Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang