Chapter 3.

2.6K 35 5
                                    

Ada 2.520 word.

Fiksi | Nswf | Bdsm | Lokal porn words| Blowjob | Handjob|Slut | Slamming | Abusive | Mental ilness |Mental disorder.

Spoiler !!!


"Gue gak bakal ngasih aba-aba dua kali, kalau lo teriak hukumannya masih bakal lanjut. Inget ini, kak!" ucap Jagat datar yang langsung membuat Jizan menggunakan kedua tangannya yang gemetar, untuk menutup mulutnya sendiri erat sembari memejamkan mata.

Berusaha sedemikian keras agar tidak berteriak, supaya hukuman yang di lakukan oleh Jagat cepat berakhir. Sebab dirinya tidak mungkin bisa menahan cambukan yang di lakukan sang adik, saat kekuatan yang di gunakan Jagat sungguh sangat keras dan seolah bisa mengoyak dagingnya juga.

Ctar..

"AKHHHRGHH...."

Suara teriakan serta hantaman cambuk yang mengenai kulit langsung membuat semua orang yang ada di ruangan itu kecuali Jagat meringis ngeri, seolah ikut merasakan rasa sakit yang di perbuat oleh tuan muda mereka pada sosok yang di panggil kakak itu.

"Perjanjian batal kak, hukuman lo masih bakal terus berlanjut," ucap Jagat sembari terkekeh pelan merasa senang dan justru tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun pada sosok di bawah kakinya itu, gemetar hebat dengan tangisan keras serta mulai berdarah saat untuk kedua kalinya sabuk kulitnya mencambuk tubuh sang kakak.

"Ammkh—ppun hh.. amphun... tolong khh.. b-bherhenthii," isak Jizan dengan suara yang sudah tidak terdengar jelas akibat tangisan serta ringisan kesakitannya sendiri, sungguh demi apapun ia merasa ingin mati saja dari pada mendapatkan siksaan gila seperti ini dari Jagat.

"Bi di dapur ada jeruk nipis gak?" Tanya Jagat tiba-tiba pada seorang pelayan paruh baya di dekatnya yang menatap ke arah Jizan dengan tatapan khawatir, ia merupakan pelayan yang sudah lama mengabdi pada keluarganya.

Oleh karena itu tentu saja dia sangat mengenal sosok Jizan yang merupakan tuan muda pertamanya, kakak kandung dari Park Jagat selaku putra bungsu dari keluarga Park.

Ia tidak tahu permasalahan apa yang ada di antara mereka hingga Jagat tanpa belas kasih memperlakukan sang kakak sekejam ini, semua itu seolah berubah 180 derajat setelah sang kakak di masukkan ke rumah sakit jiwa.

"Ada tuan muda," tapi sebagai seorang pelayan ia tidak bisa melakukan apapun, selain menjawab pertanyaan dari tuan muda bungsunya.

"Kalau gitu potongin semuanya, terus ambilin bawa kesini," perintah Jagat dengan nada tenang yang membuat sang pelayan mengangguk, lalu segera pergi untuk menuruti apa yang telah di perintahkannya. "Ini akibatnya kalau berani ngelawan gue kak, gue tipe orang pendendam. Dan ini adalah balesan dari semua perbuatan lo ke gue dari dulu, gue bales berkali-kali lipat lebih sakit.

"B—bunuh aja arggh... g-gue hh... gak k—uuathh..," ringis Jizan dengan nafas memburu akibat rasa sakit yang di rasakannya, padahal luka yang di buat Jagat saat menyetubuhinya paksa belum sembuh.

Tapi dengan gilanya sang adik justru malah kembali menghukumnya sekejam ini, dua cambukan yang di lakukan oleh lelaki di depan Jizan itu sudah cukup membuat kulitnya mengelupas dan berdarah.

Merembes mengotori piama kotak-kotak bewarna kuning yang di gunakannya, dengan warna merah yang terlihat sangat kontras. Sayangnya keadaan dirinya yang sudah terlihat sangat menyedihkan itu, sama sekali tidak membuat Jagat ingin berhenti menyiksanya.

.

.

.

.

..

Mendengar itu Jagat segera mengambil wadah berisi jeruk nipis, lalu tanpa perasaan sedikitpun mulai memeras beberapa jeruk nipis ke atas luka Jizan yang masih berdarah dengan wajah tenang.

"ARGHHHH SAKIT, PERIH AHHH... BERHENTI BERHENTIII," teriakan Jizan jauh lebih keras dari pada teriakan saat tubuhnya di cambuk oleh sabuk kulit milik Jagat, tubuhnya menggelijang tidak karuan di atas karpet saat luka yang di buat Jagat terasa begitu perih dan semakin berdenyut sakit.

Seolah lukanya hidup dan terasa seperti di tusuk oleh ribuan jarum, sampai membuat Jizan berteriak sekeras yang ia bisa hingga suaranya menghilang. Menangis tanpa suara saking sakitnya luka yang di tetesi cairan jeruk nipis oleh Jagat.

.

.

.

..

.

.

"Kalian semua, lepas seluruh pakaian yang di kenakannya," perintah Jagat sembari mulai duduk di sofa tunggal tidak jauh dari sisi Jizan, posisi ini membuatnya mampu melihat jelas bagaimana sang kakak yang masih berteriak kesakitan mulai berusaha memberontak.

"L—leephas.. hh.. jangan senn—ttuh gue," suara Jizan sudah terdengar sayup, dan tubuhnya juga terlalu sakit untuk melakukan pemberontakan pada beberapa orang yang saat ini mengelilinginya.

Alhasil ia hanya bisa pasrah begitu mereka melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya, membuatnya telanjang buat sesuai dengan perintah Jagat barusan. Dinginnya ac jelas membuat tubuh Jizan meringkuk, berusaha melindungi diri dari tatapan semua orang yang melihat sosok telanjangnya.

"Ambilin gue lube, vibrator, dildo, korek, sama lilin khusus buat hal kaya gini," perintah Jagat lagi yang segera di lakukan oleh salah satu di antara penjaga itu, tidak lama dari itu sekitar 2 menit saja sang penjaga sudah berhasil memperoleh apa yang di minta sang tuan muda. "Kalian gunain lube ini buat ngelonggarin lubangnya, terus sumpel sama vibrator dan dildo ini."

"J—jangaaan gak mau hiks.. jangan, lo aja hiks... gak mau mereka," mohon Jizan yang memaksakan diri untuk merangkak demi bisa memeluk kaki Jagat, memang tidak ada lagi harga diri yang bisa ia pertahankan setelah semua perbuatan sang adik.


.

.

.

..

versi lengkap hanya tersedia di karyakarsa.

Aku tidak gila - KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang