Chapter 5.

2.4K 40 5
                                    

Ada 3k word.

Fiksi | Nswf | Bdsm | Lokal porn words| Blowjob | Handjob|Slut | Slamming | Abusive | Mental ilness |Mental disorder.

Spoiler !!!

"Maaf! Gue terlalu terbawa suasana," balas Jizan pelan dengan suara yang terdengar bergetar. "Arghhhh.. Sakit Jagat."

"Gue ngasih lo kebebasan, karena percaya lo gak bakal berbuat kekacauan. Tapi ternyata kayaknya hukuman kemarin sama sekali gak ngebuat lo takut sama gue, sampai dengan beraninya lo justru malah mukul kepala pelayan yang gue suruh buat ngelayanin lo di rumah ini," ucap Jagat tenang sembari terkekeh pelan dan semakin menarik rambut Jizan kuat, membuat sang empunya kembali meringis kesakitan.

"M— Maaf tolong maafin gue, gue janji gak bakal ngulangin hal ini lagi," balas Jizan di sela ringisan kesakitannya, dan menatap wajah sang adik dengan tatapan penuh permohonan.

"Maaf gak bakal nyelesaiin masalah apapun, jadi gue rasa hukuman merupakan salah satu cara untuk ngebuat lo jera. Dan gak berani buat ngelakuin hal kayak gini lagi," ucap Jagat datar sembari melepaskan sabuk kulit yang berada di pinggangnya, hal ini jelas membuat Jizan segera berlutut dan memeluk kakinya supaya tidak kembali menerima hukuman cambuk seperti saat itu.

"Ampun! Jiji mohon ampun, Jiji tahu Jiji salah, jadi tolong maafin Jiji Jagat. Jiji janji gak bakal kaya gitu lagi," dengan wajah ketakutan Jizan segera memilih membuang harga dirinya, ia peluk erat kaki sang adik agar Jagat setidaknya merasa kasihan dan tidak memberikan hukuman cambuk lagi.

Luka yang ia terima saat itu mungkin memang sudah mulai sembuh, dan hanya tersisa bekas luka samar yang sudah hampir hilang karena memang diberikan perawatan ekstra oleh beberapa dokter yang didatangkan langsung. Sebab Jagat memang tidak ingin ada bekas luka di tubuhnya, maka dari itu Jizan bisa mendapatkan perawatan.

Tetapi walaupun telah mendapatkan perawatan ekstra dari beberapa orang dokter, rasa sakit dari cambukan ditambah lagi oleh jeruk nipis yang diteteskan pada lukanya. Telah mampu merusak mental Jizan hingga ia tidak lagi berani untuk melakukan pemberontakan berlebih, agar tidak kembali menerima hukuman dari sang adik.

Dan salah satu alasan terbesar Jizan tidak ingin menerima hukuman itu, adalah karena ia takut jika secara tiba-tiba Jagat benar-benar memberikan perintah pada orang lain untuk menikmati tubuhnya. Ia mungkin masih memiliki tenaga untuk melawan orang-orang itu, tapi jika dirinya harus menghadapi begitu banyak orang sekaligus tentu ia pasti akan kalah.

Jadi daripada melakukan sebuah pemberontakan dan menerima hukuman yang akan membuatnya jauh lebih memilih untuk mati daripada hidup, akan lebih baik jika dirinya menurut dan menjadi boneka dari sang adik untuk alasan bertahan hidup dan tidak lagi menerima penyiksaan.

"Sayangnya gue gak mau maafin l—" belum sempat Jagat menyelesaian ucapannya, Jizan secara terburu-buru segera mulai meraba kejantanannya dengan pandangan mata yang terlihat berkaca-kaca. "Oh lo berharap pengen jadi jalang, buat ngeredain amarah gue? Oke, ayo kalau lo emang pengen jadi jalang kita buat pertunjukan sekalian."

Usai mengatakan hal itu, Jagat segera menarik paksa Jizan yang tengah berlutut masuk ke dalam villa. Membiarkan sang kakak sedikit kesulitan menyamai langkah panjangnya, sampai beberapa kali hampir terjatuh karenanya.

"Lepasin celana sama daleman yang lo gunain," perintah Jizan sebelum mereka menuju ke ruang pribadinya yang berada di villa ini.

Mendengar perkataan Jagat barusan tentu saja tanpa berpikir panjang Jizan segera menurut, ia sepertinya sudah mulai terbiasa telanjang di depan Jagat jadi hal seperti ini sangat mudah baginya.

Kini kaki jenjangnya terekspose bebas, dan hanya sekedar menggunakan kemeja yang lumayan pas dengan tubuhnya. Kemeja hitam yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya, membuat Jagat tersenyum lebar sebelum mulai membuka pintu sambil masih menarik tangan Jizan.

"Oh lo udah ba— eh, dia siapa?" Tanya salah seorang yang berada di ruangan dengan pandangan bingung, menatap ke arah sosok yang kini mematung melihat mereka.

"Gue punya jalang yang bisa kalian mainin di sini, sambil kita minum-minum dan ngebahas beberapa hal lainnya," ucap Jagat sembari tersenyum miring dan mendorong Jizan sampai terjatuh ke tengah, di bawah tatapan 4 orang lainnya yang berada di ruangan ini.

"Arghh..."

"Jalang? Bukannya dia itu Jizan, kakak lo yang di kabarkan gila itu," ucap Gavin sembari menaikkan salah satu alisnya heran, karena ia tentu pernah beberapa kali melihat Jizan di surat kabar ataupun media.

"Dia gak lebih dari seorang jalang di mata gue, percaya atau enggak kalian boleh nyobain tuh anak," balas Jagat tenang dan mulai duduk di satu-satunya sofa tunggal, menatap ke arah sang kakak yang terlihat berusaha menutupi bagian bawahnya.

Walaupun jelas akan mustahil bisa menutupi bagian itu, mengingat kemeja yang di gunakan Jizan terbilang lumayan pendek bagian bawahnya. Sehingga tentu semua temannya itu bisa melihat jelas jika sang kakak tidak tengah menggunakan apapun di pada bagian bawahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"ARGHHH...," suara keras dari benturan antara tubuh Jizan serta lantai terdengar lumayan menggema di ruangan yang sejak tadi sepi, dan seolah menjadi suatu kunci untuk membuat tiga orang lainnya bergerak.

Setelah Xavier mengambil tindakan, Kavi, Jemian, dan Gavin juga ikut melakukan permainan. Mereka juga merobek paksa kemeja yang menutupi bagian atas Jizan, membuat sang empunya kini telanjang sempurna.

"LEPAS ANJING, LEPASIN GUE," teriak Jizan marah dan berusaha melakukan pemberontakan, umpatan yang baru saja ia lontarkan sukses membuat ke empat orang itu merasa marah.

"Berisik! Sumpel aja pake kemejanya tuh mulut, ayo kita mulai permainannya," ajak Kavi dengan wajah yang terlihat kesal, lalu mulai menatap ke arah Jagat. "Jagat mana alat buat bdsmnya?"

"Gue udah siapin hal itu, ada di laci sebelah kanan bagian atas," tunjuk Jagat ke arah salah satu lemari yang segera membuat Kavi membukanya, kemudian mengambil beberapa alat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku tidak gila - KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang