Ketika Zhanghao membuka matanya, dia mendapati Jeonghyeon duduk di sisi ranjangnya. Menatapnya dalam senyum. Zhanghao langsung sadar bahwa karena kepanikannya tadi, dia melupakan keberadaan Jeonghyeon.Ya Tuhan! Apa yang dipikirkan Jeonghyeon ketika menyaksikan semuanya tadi? Pikiran itu membuatnya panik dan hendak bangkit dari ranjangnya, tapi Jeonghyeon menahannya dengan tangannya. "Tidak apa-apa, tetap berbaring." gumamnya lembut.
Zhanghao menurut membaringkan tubuhnya, tetapi menatap Jeonghyeon dengan kepanikan mendalam.
"Jeonghyeon aku..."
"Sudah kubilang tidak apa-apa, aku sudah tahu semuanya Zhanghao, dan aku mengerti."
Kata-kata itu membuat wajah Zhanghao pucat pasi.
"Tahu apa? mereka mengatakan apa padamu?" bisiknya lemah.
"Semuanya, tentang dirimu dan Hanbin, dan perasaanmu kepadanya."
"Aku tidak punya perasaan apa-apa kepada..."
"Sttttt," Jeonghyeon menghentikan kata-kata Zhanghao, "Tidak perlu membohongi dirimu sendiri lagi Zhanghao, aku sudah tahu semuanya, kau begitu menyayangiku sehingga mau berkorban untukku, tubuhmu kau korbankan."
Jeonghyeon menghela nafasnya pedih, "Dan sekarang, bahkan jiwa dan kebahagiaanmu mau kau korbankan juga untukku?"
Mata Zhanghao mulai berkaca-kaca.
"Aku tidak merasa mengorbankan apapun Jeong, aku mencintaimu, aku ingin menjagamu, aku..."
Dengan lembut Jeonghyeon meraih tangan Zhanghao dan menggenggamnya."Ya aku yakin, kau sangat mencintaiku, aku percaya itu," dengan lembut Jeonghyeon menoleh ke arah pintu, "Dia ada di luar, menunggu waktu untuk menemuimu, aku sudah berbicara dengannya dan yakin bahwa cintanya padamu begitu besar, bahkan mungkin lebih besar dari cintaku padamu." desah Jeonghyeon getir.
"Jangan berkata seperti itu." air mata mulai menetes di pipi Zhanghao, dan Jeonghyeon mengapusnya dengan lembut.
"Itu kenyataannya, dia begitu mencintaimu sehingga mau mengambil resiko apapun agar kau bahagia, dan dia rela dibenci olehmu agar kau bahagia," Jeonghyeon tersenyum lembut, "Terus terang aku mengaguminya dan aku merasa tenang kalau dia yang menjagamu."
"Jangan berkata seperti itu." Zhanghao mulai merasa dirinya seperti kaset yang rusak, mengulang-ulang kalimat yang sama.
"Aku harus mengatakannya." gumam Jeonghyeon sedikit geli dengan kata-kata Zhanghao.
Yah, dia ternyata bisa bahagia juga menyadari bahwa pada akhirnya dia akan memberikan kebahagiaan pada Zhanghao, kebebasan yang akan di berikan pada Zhanghao akan membawa lelaki yang dicintainya itu kepada kebahagiaan, dan Jeonghyeon merasakan kebahagiaan tersendiri ketika dia pada akhirnya merelakan Zhanghao.
Semua patah hati dan kesakitannya akan sepadan dengan senyum dan kebahagiaan Zhanghao pada akhirnya.
"Tapi sebelumnya aku harus bertanya kepadamu, Hao, apakah kau mencintai Hanbin?"
Pertanyaan yang diungkapkan secara langsung tanpa diduga itu membuat Zhanghao tertegun.
"Jeong... aku..."
"Tanyakan kepada hatimu Zhanghao," bisik Jeonghyeon lembut, mendorong Zhanghao agar mau jujur kepada dirinya sendiri, "Aku yakin kau sudah menyadarinya, kau hanya perlu mengakuinya kepadaku."
Di luar, Hanbin yang menunggu sambil bersandar di tembok dekat pintu masuk mendengar semuanya, jantungnya berdetak keras, penuh antisipasi, ikut menanti jawaban Zhanghao.
Kumohon katakan Ya, bisik Hanbin dalam hati, menjeritkan permohonannya dalam diam, kumohon katakan Ya, kau mencintaiku Zhanghao.
Di dalam ruangan Zhanghao tertegun, menatap Jeonghyeon, menatap ketulusan yang ada di sana. Tidak apa-apakah kalau dia mengakuinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Zhanghao
Romance'Zhanghao harus memilih, orang yang ia tunggu, atau yang selalu ada?' A HaoBin/BinHao fanfiction by @rosettarchive 🖇️ BxB 🖇️Mature 🖇️ Mpreg