'Bahkan setelah semua ini, kau memilihnya tanpa ragu daripada menoleh ke padaku sedikit saja.'
.
.
.
.Zhanghao menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya.
Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Zhanghao tersenyum kecut, seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.
Ketika masuk Zhanghao menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan.
Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, ups! salah. Semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.
Lalu tatapannya itu, tatapannya itu! Sangat mengerikan. Mata hitam itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental
Zhanghao membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi laki-laki itu hanya diam menatapnya,mempertahankan
keheningan di antara mereka.Zhanghao mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan "Well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada laki-laki itu.
Lelaki itu mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Zhanghao, mulutnya menipis, "Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."
Akhirnya! Zhanghao menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki- laki itu.
"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan."
Sebenarnya Zhanghao tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.
"Menyelamatkan keadaan katamu?" Laki-laki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Zhanghao.
"Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?"
Zhanghao membalas tatapan garang laki-laki itu dengan tak kalah garang.
"Orang yang anda katakan klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah- tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?!"
Tatapan mata meremehkan dari laki-laki itu benar benar membuat Zhanghao sebal.
"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya." jawab laki- laki itu tenang.
"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"
"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun." Dia mengangkat bahu dengan bosan.
Cukup sudah! Zhanghao menarik napas dalam-dalam, "Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Zhanghao
Romantizm'Zhanghao harus memilih, orang yang ia tunggu, atau yang selalu ada?' A HaoBin/BinHao fanfiction by @rosettarchive 🖇️ BxB 🖇️Mature 🖇️ Mpreg