Zhanghao terbangun sendirian di ranjang itu. Hanbin sudah tidak ada. Yah Hanbin mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali kerumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus-terusan berada di apartemen ini?
Tapi entah mengapa Zhanghao merasa ada yang kosong. Setelah beberapa kali dia terbangun dengan Hanbin di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat dia terbangun sendirian sekarang.
Bodoh! Apa yang kau pikirkan Zhanghao? Kau hanyalah lelaki simpanannya, yang dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam. Lagipula masih ada Jeonghyeon yang harus kau cemaskan.
Sambil membungkus tubuhnya dengan seprai, Zhanghao melangkah ke kamar mandi. Tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Hanbin bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahan-nahan diri.
Ketika mengaca dan menurunkan selimutnya Zhanghao mengernyit. Dari Leher, dada sampai perutnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman Hanbin. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya merah di sekujur tubuhnya, dan Zhanghao yakin tak lama lagi akan berubah menjadi ungu.
Dasar Hanbin! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman. Di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher?
Zhanghao belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya sebelumnya. Percintaannya dengan Jeonghyeon selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga Jeonghyeon bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Zhanghao tahu bekas ciuman seperti ini butuh beberapa hari untuk hilang.
Dasar Hanbin bodoh! Gerutunya sambil mencari-cari turtle neck yang dapat menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer. Zhanghao hanya menyapukan pelembab ke mukanya serta mengoleskan lipbalm ke bibirnya, lalu segera melangkah keluar, jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.
Ketika berdiri di tepi jalan menanti bus, Zhanghao merasakan sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya. Aduh! Di saat seperti ini migrainnya kambuh.
Tapi tentu saja hal itu terjadi, dia belum sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Hanbin hampir tidak pernah membiarkan tidur nyenyak tiap malam.
Dengan memaksakan diri Zhanghao naik ke dalam bus menuju kantornya.
***
"Wajahmu pucat sekali." salah seorang temannya memandang Zhanghao dengan cemas ketika Zhanghao mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.
Zhanghao memegang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam? Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum.
"Tidak apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti agak baikan."
Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri, bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit.
Badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Zhanghao bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan.
"Zhanghao coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?" salah seorang rekannya memanggilnya.
Dengan mengernyit Zhanghao mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.
Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.
***
"Pingsan?!" Hanbin setengah berteriak kepada Jiwoong yang menyampaikan kabar itu padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/346227229-288-k856579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Story About Zhanghao
Romance'Zhanghao harus memilih, orang yang ia tunggu, atau yang selalu ada?' A HaoBin/BinHao fanfiction by @rosettarchive 🖇️ BxB 🖇️Mature 🖇️ Mpreg