Chapter 12

841 73 0
                                    


Pagi itu Hanbin duduk di kantornya dengan muram. Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Hanbin sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartemen itu sendirian tanpa Zhanghao.

Dia terbangun pagi-pagi sekali. Karena terbiasa mencari Zhanghao untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong. Dengan marah Hanbin langsung bangun dan murka. Berani- beraninya pelacur itu meninggalkannya?

Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Zhanghao itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Zhanghao bilang, "Sampai jumpa di kantor besok pagi." jadi Hanbin menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga.

Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas. Ia terlalu kasar. Ia tahu itu. Ia terlalu kuat dan Zhanghao terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukan Zhanghao, kalau pemandangan Zhanghao yang sedang dipeluk dan dicium oleh Jiwoong itu benar-benar membuatnya marah?

Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Zhanghao! Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Zhanghao!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan. Hanbin terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu. Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Zhanghao?

"Masuk."

Pintu itu terbuka pelan, dan Zhanghao muncul disana. Hati Hanbin langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Zhanghao. Zhanghao masih memakai pakaiannya yang semalam meskipun kelihatan segar setelah mandi. Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin.

Kenapa kau pucat sekali, Sayang?

Hanbin berdehem, menahan perasaannya. Detik itu juga Hanbin memutuskan dia akan memaafkan Zhanghao. Dia tidak bisa menyalahkan Zhanghao karena merayu Jiwoong, tidak ada yang bisa melarangnya kan?

Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Zhanghao tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Hanbin berhak memiliki Zhanghao sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu. Bahwa Zhanghao tidak boleh disentuh laki-laki lain. Bahwa tubuh Zhanghao adalah hak eksklusifnya miliknya.

Untuk sekarang, Hanbin yakin Zhanghao akan memohon maaf padanya, dan itu bukan masalah, Hanbin siap memaafkan Zhanghao atas pengkhianatannya semalam.

Dia siap menerima Zhanghao lagi. Dia belum mau melepaskan Zhanghao.

"Duduk." perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Zhanghao duduk, tapi Zhanghao tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

"Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?"

Dimana kau tidur semalam? apakah kau baik-baik saja? apakah aku menyakitimu?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang bermunculan di benak Hanbin, tetapi Hanbin menahankannya.
Zhanghao mendongakkan kepalanya, matanya tampak penuh tekad ketika menatap Hanbin.

Takut, tapi penuh tekad.

"Aku... ingin melunasi semua hutangku dan mengakhiri perjanjian kontrak kita."

Hanbin tertegun.

Rasanya seperti seluruh aliran darahnya dihentikan seketika. Ini adalah jawaban yang sama sekali tidak disangkanya. Hanbin begitu terkejut hingga membatu seperti patung. Tetapi ketika keterkejutannya usai, kemarahan langsung merayapinya. Seperti api yang membakar pelan- pelan, makin lama makin berbahaya.

A Romantic Story About Zhanghao Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang