Kalandra tetap diam diposisinya sembari menatap lurus kedepan. Mata miliknya dengan sorot yang sulit ditebak menatap tepat kearah tubuh lemah seseorang yang terbaring diatas brankar rumah sakit itu.
Sudah cukup lama, namun tidak ada tanda-tanda Lintang membuka matanya. Remaja itu masih setia menutup matanya rapat-rapat, dan menyelam dialam bawah sadarnya.
Satu hal yang membuat Kalandra kini terpaku, yaitu air mata yang terus turun dari pelupuk mata Lintang. Entah mengapa, namun hatinya begitu sesak saat melihat itu. Lintang menutup matanya, namun air matanya terus turun tampa henti, hingga membuat pipi tirusnya itu basah karna air mata. Pemandangan itu, begitu menyesakkan untuk dilihat.
Jantung milik Kalandra berdetak dua kali lebih cepat ketika melihat kondisi mengkhawatirkan Lintang. Sebuah perasaan aneh merayap dihati miliknya, hingga membuat hatinya sakit luar biasa.
Lintang mengingatkannya pada seseorang. Lintang mengingatkannya pada 'dia' yang sudah pergi. Kalandra kembali mengingat semua kenangan buruk yang sudah sedari lama dirinya kubur rapat-rapat. Tampa sadar, setetes cairan bening langsung meluncur dari pelupuk matanya.
Dengan langkah pelan, Kalandra mendekat kearah brankar Lintang. “Sakit banget, ya? Maaf.” Tampa sadar, ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Kalandra.
Kalandra sebelumnya tidak pernah merasa bersalah atas tindakkan apapun yang pernah dirinya perbuat. Saat melihat Lintang selalu dilakukan layaknya boneka oleh Jendala, dirinya bahkan tidak menghentikan atau bahkan menegur. Kalandra hanya diam, dan terus menyaksikan, padahal dirinya tau perbuatannya itu salah besar. Namun entah mengapa, untuk pertama kalinya dirinya benar-benar merasa bersalah pada Lintang.
“Bangun! Gue bakal ganti alat bantu denger lo itu kalo lo bangun.” Kalandra berucap lagi.
“Kenapa masih nangis?” Entah mendapat dorongan dari mana, sontak saja Kalandra mengusap air mata Lintang yang mengalir membasahi pipi tirusnya itu.
Pintu ruangan itu terbuka dari luar, dan menampilkan sosok Gentala yang sudah berdiri diambang pintu. Melihat kedatangan Gentala, dengan cepat Kalandra menjauhkan tangan kekar miliknya dari hadapan wajah Lintang.
Gentala berjalan dengan langkah cepat menuju brankar sang adik. Dirinya benar-benar terkejut ketika mendengar kabar bahwa adik bungsung dilarikan kerumah sakit. Gentala langsung saja pergi menuju rumah sakit dan meninggalkan kelasnya yang tengah melangsungkan kegiatan belajar-mengajar.
Gentala menatap kearah Kalandra. Dirinya sama sekali tidak mengenal pemuda dihadapannya ini. Namun, ketika Kalandra mengeluarkam suaranya, Gentala jadi tau siapa orang yang tadinya menelpon dan mengabari dirinya tentang Lintang.
Kalandra menyerahkan ponsel Lintang pada Gentala. Gentala langsung menerima ponsel Lintang yang baru selesai diperbaiki beberapa hari lalu itu dengan pandangan yang masih menuntut penjelasan pada Kalandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS [END]
Fanfic[PART LENGKAP] Hanya satu yang Lintang inginkan di dalam hidup. Lintang hanya ingin bunda dapat mencintai dan menyayanginya sama seperti sang abang. Hanya itu. Namun keingginan kecilnya tidak pernah sekalipun dapat terwujud. Namun, diakhir hidupnya...