HANYA TEMPAT SAMPAH

448 27 1
                                    

Tio teringat, saat dia bercerita pada Vira, gadis itu tidak menanggapi ceritanya seperti yang ia harapkan. Saat melihat respon Vira yang tak sesuai harapannya, dirinya langsung teringat pada Raya. Tidak satu atau dua chat yang Tio kirimkan, tapi berpuluh-puluh chat bahkan sudah mencapai ratusan. Baginya meski Raya tidak membalas, dia akan terus menceritakan semuanya pada Raya. Entah kenapa dirinya merasa tenang jika sudah mengabari dan menceritakan semuanya pada Raya, seolah memang harus melaporkannya pada gadis itu.

Tio terdiam, dirinya baru menyadari arti gadis itu bagi hidupnya. 

Pada awalnya Tio sering mengabaikan chat Raya dan hanya menghubunginya saat dirinya mengalami kendala. Namun saat ini, Tio menyadari bahwa ia membutuhkan Raya dalam hidupnya. Ia selalu menghubunginya disaat apapun, karena Raya yang selalu memenuhi pikirannya. Entah kenapa saat itu dia sering mengabaikan chat Raya, menurut Tio yang terpenting adalah dia bisa menceritakan semuanya kepada gadis itu. Ia tau, dirinya salah, karena yang dilakukan hanyalah komunikasi satu arah. Tapi tidak bisa dipungkiri jika ia membutuhkan ide-ide dan perhatian dari Raya. 

Entah kenapa dirinya merasa tidak nyaman setiap mengingat bahwa Raya belum membalas chatnya sama sekali.

"Tio!" Teriak seseorang yang pernah ia puja dari arah belakang.

Tio hanya terdiam sambil menoleh sedikit. Entah kenapa dirinya menjadi tidak bersemangat melihat Vira jalan mendekat.

"Hei, kamu kesini? Untuk menemuiku?" Tanya Vira dengan suara yang cukup untuk didengar orang-orang disekitar mereka. 

Tio menoleh sebentar sekelilingnya dan merasa tidak nyaman dengan suara Vira yang cukup keras baginya. Dirinya lagi-lagi ke fakultas ini untuk mencari Raya yang sudah seminggu tidak ada kabar.

Tanpa menjawab kekasihnya, laki-laki bergumam sedikit sambil melanjutkan jalan.

"Sayang, kamu habis gini ulang tahun. Mau dikasih apa?"

Entah kenapa Tio menjadi bersemangat. Kenapa dia bisa melupakan hari ulang tahunnya? Dia yakin, Raya pasti sudah menyiapkan surprise untuknya seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasti Raya sengaja menghindarinya karena mau memberikan surprise. Tidak mungkin Raya benar-benar meninggalkannya. 

"Sayang!" Vira menyentak tangan Tio karena laki-laki itu tidak menjawab perkataannya dari tadi.

"Hm? Kado? Apapun dari kamu aku suka kok Vira. Sudah yuk, kita mau jalan kemana?"

"Bisa aja sayangku ini, yuk!" Vira merangkul tangannya untuk berjalan menuju ke arah parkiran.

Dada Tio tiba-tiba berdetak kencang, tanpa sengaja dirinya melihat Raya dari kejauhan. Gadis itu sedang berbincang dengan beberapa temannya.

Dengan dahi berkenyit Tio merasa heran dengan pemandangannya di depan. Biasanya Raya hanya menghabiskan waktu dengannya atau Becca. Dia hampir jarang berbicara seakrab itu dengan laki-laki lain. Jika dilihat-lihat ada beberapa laki-laki disana. Entah kenapa perasaan takut kembali menyergap, Tio seolah melihat orang yang berbeda di depannya sekarang.

Raya menoleh sedikit melihat ke arahnya, membuat Tio tersenyum. Dirinya bersiap dengan beberapa kalimat yang sudah ada dipikirannya dari tadi. 

Kemana kamu selama ini? Ngapain aja? Kok belum balas Chatku? Kenapa telfonku ga diangkat tadi?

Namun semua pertanyaan itu terpaksa dia urungkan. Raya memang tadi berjalan mendekat ke arahnya, tapi gadis itu langsung berbelok tanpa sedikitpun menoleh lagi padanya. Tio hanya bisa menatap punggung Raya yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk. Tio berusaha menanamkan dipikirannya bahwa Raya melakukan itu karena ingin memberikan surprise untuknya. 

CARAKU MENINGGALKANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang